Eksklusif WNI yang Disekap di Kamboja: Saya Takut Sekali

2 Agustus 2022 21:47 WIB
·
waktu baca 13 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kasus penipuan berkedok lowongan kerja dengan syarata mudah dan upah tinggi di Kamboja semakin marak terjadi.
ADVERTISEMENT
Situasi ini yang menimpa 62 Warga Negara Indonesia (WNI) pada pekan lalu. Mereka baru sadar telah ditipu oleh perusahaan investasi bodong milik sindikat kriminal Tiongkok saat sudah tiba di Phnom Penh, Kamboja.
Berniat merantau demi perbaiki nasib, namun malah tiba di perusahaan investasi gaib. Para korban terjerat oleh kontrak paksaan dan mahalnya denda yang harus dibayar jika mereka memilih untuk pergi. Ancaman akan diperjualbelikan, kekerasan, hingga penyekapan dilakukan oleh para pelaku untuk menimbulkan rasa takut dan patuh pada setiap korbannya.
Meski demikian, tak hanya ke-62 WNI tersebut yang menjadi korban dari sindikat kriminal ini. Terdapat segelintir WNI lain yang bernasib sama namun tidak menerima perhatian yang serupa.
55 WNI yang disekap di Sihanoukville, Kamboja, berhasil diselamatkan (30/7). Foto: KBRI Phnom Penh
Berada di rombongan yang berbeda dengan ke-62 WNI yang sebelumnya marak diberitakan, sekelompok korban yang lebih dulu tiba di Kamboja ini berusaha untuk membebaskan diri namun tidak langsung tersorot media.
ADVERTISEMENT
Luntang-lantung di negeri orang, para korban ini masih menunggu bantuan agar dapat dipulangkan kembali ke Tanah Air dan bertemu bersama keluarga yang ditinggalkan.
Lantas, bagaimana cara kelompok pejuang ini masih bertahan hingga sekarang? Bagaimana awal mula mereka bisa terjerumus dalam jebakan oleh sindikat kriminal Tiongkok ini?
To the Point kumparan Kesaksian WNI yang Disekap di Kamboja. Foto: kumparan
Siapakah oknum yang berperan dalam aktivitas ilegal ini? Lalu mengapa mereka tidak menerima perhatian yang sama dari pihak berwenang?
Berikut ini hasil wawancara kumparan dengan salah seorang WNI korban penipuan kerja di Kamboja dan berhasil membebaskan diri secara mandiri. Demi alasan keamanan narasumber, kami memakai nama samaran, Reza.
Halo, Mas Reza.
Iya, halo.
Baik, Mas Reza bagaimana keadaan saat ini posisi sedang ada di mana?
ADVERTISEMENT
Iya saya sudah di posisi aman, saya di Phnom Penh. Ibu kota negara Kamboja.
Baik, Mas Reza asal domisilinya dari mana di Indonesia? Boleh diceritakan?
Saya dari pertama memang diajak oleh teman yang juga diiming-imingi oleh pihak negara China ini untuk datang ke Kamboja, kerja sebagai CS (customer service) online, yang di situ tidak disebutkan sebetulnya pekerjaannya apa.
Tapi karena memang diiming-imingi gaji besar, USD 1200 plus bonus dan komisi, kami tertarik dan berempat kami berangkat dari Jakarta, ke Bali lalu Singapura dan Kamboja.
USD 1200 itu per bulan ya dijanjikan?
Iya, per bulan.
Untuk latar belakang pendidikan atau pekerjaan sebelumnya?
Saya S1 sebelumnya juga saya sales juga di marketing.
ADVERTISEMENT
Mas Reza mungkin boleh diceritakan kembali awal mula bisa tahu soal lowongan kerja di Kamboja ini tahunya dari mana kemudian posisi yang dijanjikan itu apa saja posisinya, kriteria dan fasilitas yang ditulis di sana seperti apa? Boleh diceritakan dari awal?
Kriterianya memang enggak terlalu sulit ya. Kualifikasi untuk masuk ke perusahaan ini, syarat-syaratnya hanya typing fast 20-50, lalu bisa bahasa Inggris atau bahasa Mandarin. Lalu kami juga diminta untuk kontrak 1 tahun. Kami keberatan lah untuk itu.
Ilustrasi pengguna Facebook. Foto: Reuters
Teman anda ini tahu informasinya darimana? Apakah dari internet atau dari mulut ke mulut?
Dari Facebook, sosial media.
Jadi ditulis di sana pekerjaannya sebagai Customer Service ya?
Iya, customer service online.
ADVERTISEMENT
Lalu ketika dari teman ini memberikan informasi, kemudian apakah prosesnya cepat hingga berangkat ke Kamboja atau membutuhkan waktu beberapa bulan sampai akhirnya bisa diberangkatkan?
Saya untuk membuat paspor satu minggu, lalu proses pemberangkatan dibiayai kantor kecuali tiket saya dari Jakarta ke Bali yang mereka janjikan akan dibayarkan pada saat saya sampai di Kamboja. Itu satu-dua minggu saya sudah sampai di Phnom Penh.
Apakah sempat bertemu dengan perekrutnya atau mungkin orang yang diinformasikan sebagai perpanjangan tangan dari perusahaan di Kamboja sebelum berangkat? Atau memang ini hanya berkomunikasi dengan teman saja?
Di Indonesia tidak ada, hanya dengan teman saya saja. Kami berempat datang ke Bali lalu sampai ke Kamboja, di situ kami baru tahu orang yang merekrut kami itu juga orang Indonesia. Mereka janjikan di sini (berisi) orang-orang Indonesia semua.
ADVERTISEMENT
Website pun orang Indonesia juga yang pegang. Lalu market-nya juga orang Indonesia juga sehingga kita tidak kesulitan. Tetapi, di situ kami sudah mulai curiga. Kenapa harus bisa bahasa Inggris dan Mandarin?
Ilustrasi Penipuan. Foto: Shutter Stock
Tetapi dari awal sebenarnya sudah tahu bahwa ini perusahaan China yang merekrut?
Belum. Saat itu saya meminta alamat website-nya, mereka tidak berikan dan saya minta untuk video call saat itu, mereka juga tidak menampilkan wajahnya. Mereka hanya berikan kamera belakang, lalu membeberkan isi kantor mereka. Enggak detail.
Apa yang membuat Mas Reza dan teman-teman merasa yakin untuk berangkat?
Saya merasa yakin itu pada saat saya tiba di Bali dan mereka akomodasi untuk hotelnya, lalu untuk keberangkatannya kami sudah diberikan tiketnya semua atas nama kami sendiri. Lalu untuk makan, akomodasi itu kami disediakan juga. Jadi yang menurut kami oke, ini perusahaan benar-benar bonafit, menurut kami saat itu.
ADVERTISEMENT
Tapi setelah kami sampai di Kamboja dan 3 hari setelah itu saya tahu bahwa ini investasi bodong, kerjanya menipu orang lalu cari customer. Cuma gimana lagi saya harus cari kerja juga, karena biar bagaimanapun keluarga saya di rumah butuh uang.
Mas Reza, ketika sampai di Phnom Penh, hal janggal apa saja yang kemudian dirasakan ketika sudah sampai di sana bersama dengan empat teman lainnya?
Dari pertama yang jemput kami itu orang Tiongkok. Kedua, website juga belum siap. Mereka juga masih memulai platform yang baru lalu dari situ website ini pun saya lihat agak janggal, karena tidak seperti pada umumnya seperti dot com atau dot co dot id, atau apa. Ini hanya meniru dari website yang mereka tunjukkan sebelumnya, lalu mereka mirip-miripkan, seperti itu.
Suasana lalu lintas di Kota Phnom Penh, Kamboja. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Kemudian kalau tadi, ada yang berasal dari Indonesia, perekrutnya dari Indonesia, apakah ikut ke Phnom Penh juga atau tidak?
ADVERTISEMENT
Dia sudah stay di sana, saya kurang tahu berapa lamanya, tapi setahu saya itu memang sudah stay di sana lebih dari 2 bulan sebelum kami sampai.
Tapi tidak bertemu ketika sampai di Phnom Penh?
Bertemu dan dia mengepalai kami orang-orang Indonesia sampai akhirnya dia sendiri minta jemput oleh polisi Kamboja. Dan informasi yang saya dapat, dia pulang ke Indonesia dengan membayar USD 8000 ke pihak yang terkait.
Jadi maksud Mas Reza adalah, perekrut ini pun merasa ditipu?
Kebetulan perekrut ini yang saya tahu kasusnya mengambil uang perusahaan juga kurang lebih 20.000 dolar, itu USD maksud saya, dan dia bayar USD 8000 pulang ke Indonesia itu menurut saya uang kecil.
Kemudian setelah sampai di sana, mulai merasa ganjil, ada yang janggal dengan situasi dan kondisi di sana, instruksi kerjanya apa yang mereka instruksikan?
ADVERTISEMENT
Selama satu minggu sampai 10 hari seingat saya, kami tidak ada pekerjaan yang betul-betul kami harus kerjakan. Kami cuma diminta ‘coba kamu bantu rekrut orang Indonesia lagi supaya kita lebih banyak pasukannya untuk kerja di sini’.
Di situ saya sudah mulai curiga karena memang website tidak betul-betul adanya, juga metode kerja yang masih belum jelas, lalu platform juga yang masih acak-acakan. Lalu di sini yang kami diberikan arahan, nantinya kamu akan mencari customer untuk diajak bicara, seperti CS online.
Mas Reza, apakah anda dan teman-teman mengalami kekerasan fisik selama berada di sana?
Di pekan pertama, kami sempat lihat salah satu pekerja dari Tiongkok juga, dia disiksa karena melakukan kesalahan. Disetrum, dipukul, lalu divideokan juga dan dipertontonkan kepada kami di proyektor oleh bosnya sendiri. Itu yang menjadi langkah pertama kami untuk memikirkan bagaimana caranya keluar dari sini.
ADVERTISEMENT
Tetapi kalau anda sendiri dan teman-teman apakah mengalami juga?
Setelah kami lapor ke KBRI lalu kami ketahuan, sebagian orang dari kami itu masih diperbolehkan kerja, tetapi keputusan dari mereka karena yang merekrut kami sudah dijemput KBRI maka saya yang ditunjuk sebagai kepalanya orang Indonesia dan saya enggak bisa berbuat apa-apa. Jadi, saya diberikan dua pilihan; hanya “kamu mau cari perusahaan sendiri atau kami yang carikan perusahaan ke Chinatown?”
Suasana di distrik Chinatown Sihanoukville, Kamboja Foto: REUTERS / Matthew Tostevin
Chinatown yang saya tahu di sini adalah lokasi di mana paling banyak terjadinya penyiksaan dan di situ saya tidak mau. Lalu saya kabur dengan modus naik taksi yang saya katakan adalah driver konsulat untuk jemput saya. Kalau tidak diizinkan saya keluar, saya akan telepon Interpol. Tetapi, untungnya mereka kasih saya keluar dengan adegan cakar-cakaran, tarik-tarikan ponsel saya untuk mereka hilangkan bukti.
ADVERTISEMENT
Lalu selain tadi (bersitegang sebelum anda pergi) apakah ada lagi yang dialami? Anda dan teman-teman apakah mengalami kekerasan fisik yang lain?
Teman-teman yang saya tahu hanya disekap di kamar tidak boleh keluar selama 3 hari, kemudian mereka kembali dijual (jasa kerjanya) ke perusahaan lain yang selanjutnya saya tahu itu adalah di buffet.
Apakah selama di sana tetap diberikan makan hingga minum yang cukup dengan layak, atau seperti apa?
Selama di sana, kami diberikan makanan yang cukup dan layak. Tetapi memang khususnya untuk Muslim tidak dipisah makanan haram dan halalnya. Jadi, sebisa mungkin dipilihlah yang mana yang bisa dimakan, yang mana yang tidak boleh.
Pedagang makanan di Kota Phnom Penh, Kamboja. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Waktu itu, apakah sempat meminta bantuan kepada polisi, Mas Reza (polisi setempat)?
ADVERTISEMENT
Sempat, karena mereka ada kerja sama dengan polisi juga. Polisi pun ada di dalam juga. Saya sempat minta tolong kepada salah satu polisi yang ada di sana. Namun, mereka enggak bisa ngomong apa-apa karena mereka juga dibayar untuk menjaga keamanan di sana.
Jadi waktu itu, yang berjaga di sana siapa saja selain, tadi menurut anda ada oknum polisi juga di sana. Ada siapa lagi? Apakah bersenjata, atau bagaimana?
Iya, itu ada security guard di setiap gerbang besarnya itu dari pintu masuk, keluar itu kurang lebih 20 orang security guard dengan pakaian hitam-hitam kurang lebihnya seperti satpam kalau di Indonesia. Tetapi ada polisi juga yang ikut berjaga-jaga karena dibayar khusus untuk menjaga keamanan yang tadi saya maksud.
ADVERTISEMENT
Saya mau pastikan sekali lagi, berarti di sana itu sekitar berapa lama Mas Reza dan teman-teman?
1 bulan lebih dan tidak digaji sama sekali, hanya menerima komisi yang akumulasinya USD 100-200.
Komisinya langsung diberikan kepada anda dan teman-teman atau hanya dijanjikan saja?
Diberikan tetapi banyak varian. Ada besar, kecil, hari enggak tentu. Kurang lebihnya total USD 200 yang saya terima.
Baik, lalu kemudian ini kalau tidak salah anda bersama 4 teman lainnya. Ada 5 orang artinya berhasil membebaskan diri. Kalau tadi, anda akhirnya berhasil melarikan diri dengan 4 taksi tadi, kalau teman-teman lainnya bagaimana sampai akhirnya bagaimana kalian bisa sama-sama keluar dengan bebas?
4 teman lainnya ini yang saya maksud bukan dari perusahaan saya yang sama, tetapi dari perusahaan yang berbeda dari sana. Tetapi bayar denda USD 5 ribu untuk diri mereka masing-masing, tetapi mereka juga tidak diberikan paspornya.
ADVERTISEMENT
Hanya dibiarkan saja keluar lewat gerbang. Mereka itu dari KPS (Kom Pong Som) itu mereka sudah keluar intinya, tetapi tidak ada dokumen jadi harus terpaksa membuat lagi, menunggu proses dari KBRI.
Orang-orang mengendarai sepeda motor di sepanjang jalan yang sedang dibangun di Sihanoukville. Foto: TANG CHHIN Sothy / AFP
Mas Reza juga sudah sempat menghubungi keluarga di Indonesia?
Sempat. Memang saya sempat hubungi keluarga, tetapi karena memang tujuan utama saya ke sini untuk cari uang, saya juga kan membebankan keluarga lagi saya udah enggak mungkin, jadi apa pun saya di sini yang penting saya kerja lagi, saya cari peluang lowongan kerja lagi dengan memberanikan diri. Enggak ada paspor, cuma saya pikir yang lebih penting rumah saya tetap bisa makan.
Kepadatan kota Phnom Penh. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Pada akhirnya, teman-teman berhasil untuk bertemu ini kalau tidak salah sudah bareng sama mereka bersama ya, Mas?
ADVERTISEMENT
Orang-orang ini dari perusahaan yang berbeda. Jadi 6 orang pertama yang saya kenal di perusahaan yang sama ini masih terjebak di perusahaan yang lain-lain di Sihanoukville dan juga di buffet.
Yang bersama dengan Mas Reza saat ini WNI juga atau dari negara lain?
WNI juga. Semuanya WNI.
Dan paspornya juga masih ditahan?
Iya. Kalau menurut pengalaman saya enggak mungkin untuk kembali lagi itu paspornya. Karena saya saja dulu kabur itu dibakar paspornya, mungkin mereka juga. Apalagi mereka sudah terima uang. Menurut saya enggak mungkin masih ada paspornya.
Baik. Berarti sejauh ini, respons dari KBRI adalah masih menunggu dulu ya?
Untuk kami yang berlima, kami hanya disuruh tunggu untuk pembuatan SPLP (Surat Perjalanan Laksana Paspor)-nya. Hanya untuk pulang itu kami harus bayar juga untuk overstay di sini, yang kurang lebih dari saya itu 4 bulan di sini berarti harus bayar USD 1200, kurang lebih 20 juta lalu tiket pesawat, kamar hotel USD 12 per hari, lalu makan juga kami tidak ditanggung.
ADVERTISEMENT
Mas Reza, ini kalau kita bicara perusahaan yang anda temui ini, berarti modusnya adalah penipuan online begitu ya? Dan judi online ya kalau tidak salah?
Betul. Mereka memang pakai berbagai macam modus, mulai dari forex trading seperti ex Binomo, binary options, lalu mereka ada modus love story juga. Berkenalan dari aplikasi kencan online, lalu mereka ajak–diperas lah begitu uangnya. Ada e-commerce, ada judi online juga. Itu yang bodong.
Mereka mungkin kasih pertama kali atau dua kali withdrawal (tarik uang) tetapi untuk ketiga kalinya dan seterusnya uangnya semakin membengkak, mereka tidak akan pernah kasih uang kembali ke member.
Ilustrasi Binomo. Foto: sdx15/Shutterstock
Baik, tadi anda sempat menyebutkan bahwa anda yakin terlibat juga di sana ada kepolisian setempat. Itu karena memakai seragam polisi atau gerak-gerik dan gesturnya sampai anda yakin bahwa ini ada kerja sama dengan polisi setempat?
ADVERTISEMENT
Saya di sana ada fasilitas gym, ada fasilitas billiard. Polisi itu bermain bersama saya dan mereka betul-betul mereka adalah polisi Kamboja.
Tetapi ketika melapor, ya mereka tidak merespons?
Karena mereka juga dibayar.
Jadi anda yakin bahwa ini memang sindikat yang sudah bekerja sama dengan kepolisian setempat. Sehingga karyawan-karyawan di sana yang mau melarikan diri bingung begitu ya, tidak tahu harus berbuat apa. Seperti itu ya, Mas?
Betul. Pada saat saya ketahuan juga di Phnom Penh, itu sempat saya dikumpulkan 11 orang ini (di satu ruangan perusahaan yang sebelah), saya ditanyakan “siapa yang buat surat pengaduan ke KBRI?”
Mereka sudah tahu duluan berarti ada yang memberitahukan dari pihak KBRI begitu, ya. Itu saya bukan asumsi, tetapi saya lihat sendiri dengan mata kepala saya bahwa agen ini yang telepon sendiri dengan pihak KBRI dan mereka menanyakan apakah betul 11 orang ini dan mereka ini betul-betul buat laporan mau pulang atau bagaimana?
ADVERTISEMENT
Karena kami sudah ditakut-takuti oleh bos-bos Tiongkok ini. “Kalau kamu lanjutkan laporan ini, kamu akan kami bikin susah dan siksa”. Jadi kami di situ sudah enggak ada pilihan. Kami hanya menonton saja untuk proses pencabutan laporan yang mereka lakukan di nominal USD 1500 dari pihak KBRI minta kepada agennya dan agenya itu mark up lagi untuk dananya sampai USD 3000 dan mereka berikan sisanya untuk agen dan KBRI dibagi dua.
Saat ini mas Reza dalam kondisi masih menunggu begitu ya, dan masih terus berusaha untuk berkomunikasi dengan pihak KBRI juga. Komunikasi juga kah dengan 62 WNI? Masih intens sampai saat ini?
Masih intens.
62 WNI ini juga paspornya sama-sama ditahan, jadi benar-benar ini 62 orang tanpa paspor, ya?
ADVERTISEMENT
Untuk 62 orang ini saya pastikan mereka paspornya sudah dipegang oleh pihak KBRI, tetapi beberapa dari mereka juga ada di dalamnya tidak punya paspor karena sudah terjebak di sini kurang lebih sampai 3 tahun karena mereka tidak ada dana untuk pulang ke Indonesia.
Kemacetan di jalan raya Ibu kota Phnom Penh. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Baik, Mas Reza. Mungkin ada yang ingin disampaikan kepada keluarga yang mungkin mengenal dan menyaksikan saat ini. Apa yang ingin disampaikan, Mas?
Untuk keluarga saya harapkan untuk sabar menunggu saya dan kawan-kawan ini pulang. Proses dari KBRI dan pihak-pihak yang terkait saya rasa untuk pekerja-pekerja di Indonesia yang mencari pekerjaan di luar negeri agar lebih hati-hati dan cek validasi untuk validitas perusahaan tersebut di KBRI setempat.
Kalau bisa ditelepon hotline-nya, ataupun di cek website-nya. Apa pun yang bisa dibuktikan bahwa perusahaan itu betul-betul ada, atau ada teman/kerabat yang sudah bekerja di tempat yang sama, mungkin itu menjadi rekomendasi yang lebih baik daripada bekerja seperti ini yang saya terima hanya iming-iming belaka lalu kejadiannya seperti ini.
ADVERTISEMENT
Baik, mas reza terima kasih banyak untuk waktunya. Ini masih dalam kondisi menunggu kepastian kepulangan ke Indonesia. Kami berharap tentunya, kami doakan agar prosesnya bisa berlangsung dengan baik, dengan semestinya dan lancar.
Semoga ada jalan keluar yang baik ke Tanah Air.