Ekstremis Hindu Ingin Rebut Situs Muslim di India, Termasuk Taj Mahal

20 Mei 2022 19:48 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah wiasatawan berada di Taj Mahal yang bersejarah di Agra, India, Senin (16/3). Foto: Pawan Sharma / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah wiasatawan berada di Taj Mahal yang bersejarah di Agra, India, Senin (16/3). Foto: Pawan Sharma / AFP
ADVERTISEMENT
Pada 1992, massa nasionalis Hindu menghancurkan Masjid Babri di India hingga memicu gelombang pertumpahan darah yang merenggut ribuan nyawa. Gambar mengerikan itu kini menggema kembali.
ADVERTISEMENT
Ekstremis Hindu di India sedang mengincar berbagai situs-situs bersejarah Muslim lainnya, termasuk adi karya termasyhur, Taj Mahal.
Mereka mengantongi dukungan dari media sosial hingga pengadilan. Para anggota partai Perdana Menteri India Narendra Modi, Bharatiya Janata Party (BJP), bahkan turut mengulurkan tangan.
Dorongan itu membuat kelompok pinggiran memercayai, situs-situs Islam tersebut dibangun di atas kuil-kuil Hindu. Bagi mereka, itulah representasi agama sejati India.
Masjid Gyanvapi di Negara Bagian Uttar Pradesh menghadapi ancaman terbesar. Situs yang berusia berabad-abad itu mendiami Varanasi. Kota itu pun merupakan salah satu kota tertua di dunia.
Umat Hindu memang memiliki sejarah mengakar di kota tersebut. Mereka mengkremasi ratusan mayat dalam ritual di tepi Sungai Gangga di Varanasi.
ADVERTISEMENT
Orang Hindu meyakini, jiwa mereka akan dibawa ke surga dan terlepas dari siklus kelahiran kembali bila abunya ditebarkan di sungai tersebut.
Mereka membantu sesama umatnya menempuh perjalanan terakhir di penghujung hari dalam ritual suci itu. Namun, citra ketentraman beragama itu kemudian terusik. Menggandeng pengadilan, kelompok ekstremis justru berkeinginan menghentikan hak umat lain.
Pengadilan mengeluarkan mandat untuk melakukan survei di Masjid Gyanvapi. Kelompok nasionalis itu kemudian mengatakan, mereka telah menemukan shivalinga di situs tersebut. Shivalinga ialah representasi dari Dewa Siwa.
"[Penemuan] ini berarti itu [Masjid Gyanvapi] adalah situs sebuah kuil," ujar anggota partai BJP, Kaushal Kishore, dikutip dari AFP, Jumat (20/5/2022).
Pemerintah telah melarang umat Muslim melakukan wudhu di tangki air di masjid tersebut. Sebab, para ekstremis mengeklaim telah menemukan peninggalan di lokasi itu.
ADVERTISEMENT
Mereka mengabaikan penjelasan otoritas masjid bahwa penemuan itu sebenarnya hanya air mancur.

Kerusuhan Agama

Umat Muslim khawatir perseteruan itu akan memicu konflik seperti yang menimpa Masjid Babri. Ekstremis Hindu mengeklaim masjid itu dibangun di tempat kelahiran Dewa Ram.
Hiruk pikuk penghancuran gedung berusia 450 tahun itu lalu meletuskan kerusuhan agama yang menewaskan lebih dari 2.000 orang. Mayoritas korban jiwa tersebut ialah umat Muslim.
Pembongkaran itu juga menjadi momen penting bagi supremasi Hindu atau Hindutva. Prinsip gerakan itu meyakini Hindu sebagai agama asli India. Dogma ekstrem tersebut membuka jalan bagi Modi untuk melesat ke tampuk kekuasaan pada 2014.
Perdana Menteri India Narendra Modi. Foto: Prakash SINGH / AFP
Sejumlah kelompok bahkan telah mengalihkan pandangan mereka terhadap Situs Warisan Dunia UNESCO, Taj Mahal. Meskipun tidak memberikan bukti kredibel, mereka bersikeras bahwa makam itu dibangun oleh kaisar Mughal Shah Jahan di situs kuil Siwa.
ADVERTISEMENT
"[Kuil] itu dihancurkan oleh penjajah Mughal sehingga sebuah Masjid dapat dibangun di sana," ujar juru bicara organisasi garis keras Hindu, Mahasabha, Sanjay Jat.
Anggota BJP kemudian mengajukan petisi agar badan arkeologi India (ASI) membongkar 20 ruangan di dalam Taj Mahal. Mereka meyakini ruangan-ruangan itu berisi berhala-berhala.
ASI menolak petisi itu tanpa membuang waktu. Pihaknya menerangkan, tak ada berhala seperti itu di dalam Taj Mahal.
Profesor sejarah Asia Selatan di Universitas Rutgers, Audrey Truschke, turut membantah klaim tersebut.
"[Klaim itu] sama masuk akalnya dengan ide bahwa Bumi itu datar," terang Truschke.
"Tidak ada teori yang koheren tentang Taj Mahal yang berlaku di sini, hanya ada kebanggaan nasionalis yang rapuh yang tidak mengizinkan apa pun yang non-Hindu menjadi bagian dari India dan menuntut untuk menghapus bagian Muslim dari warisan India," tegasnya.
Taj Mahal, India Foto: Shutter Stock
Segala penolakan itu tidak menghentikan upaya Jat. Kasus Taj Mahal tampaknya bukan yang pertama maupun yang terakhir.
ADVERTISEMENT
"Saya akan terus berjuang untuk ini sampai kematian saya," tegas Jat.
"Kami menghormati pengadilan, tetapi bila diperlukan, kami akan menghancurkan Taj dan membuktikan keberadaan sebuah kuil di sana," lanjutnya.
Taj Mahal mungkin tetap berdiri setidaknya untuk saat ini. Namun, impian para fundamentalis telah menyasar situs-situs lain.
Masjid Shahi Idgah di Mathura juga jatuh ke dalam garis bidik. Situs itu dibangun oleh Kaisar Mughal Aurangzeb usai menyerang kota dan menghancurkan kuil-kuilnya pada 1670.
Masjid tersebut berada di sebelah kuil. Orang Hindu meyakini, kuil itu dibangun di atas tempat kelahiran Dewa Krishna.
Pada Kamis (19/5/2022), pengadilan menyetujui untuk mendengarkan gugatan yang menuntut penghapusan masjid tersebut. Petisi-petisi serupa semakin berhamburan hingga kini.