Elektabilitas Agus Turun karena Manuver Politik SBY yang Salah

12 Februari 2017 7:17 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Paslon No.Urut 1 Agus-Sylvi. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Paslon No.Urut 1 Agus-Sylvi. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Poltracking kembali merilis hasil survei terbarunya terkait Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta pada 6 hingga 10 Februari 2017. Dalam surveinya kali ini, elektabilitas pasangan calon (paslon) nomor urut satu, Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni kembali menurun dengan dukungan 23,39%.
ADVERTISEMENT
Pengamat politik, Arie Sudjito, berpendapat menurunnya elektabilitas Agus disebabkan kesalahan manuver politik yang diberikan ayahnya, Presiden Republik Indonesia ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono. Manuver yang dimaksud Arie, salah satunya adalah keluhan yang sering dilontarkan SBY di media sosial.
“Sejak awal Agus-Sylvi lebih mengandalkan kapitalisasi bapaknya karena reputasinya tidak begitu banyak dikenal publik. Mungkin salah satu faktor penurunan itu karena beberapa “manuver politik” yang dilakukan SBY belakangan bisa jadi kontraproduktif,” ujar Arie saat dihubungi kumparan, Sabtu (11/2) malam.
Hal itu cukup mempengaruhi hasil beberapa survei yang mengumumkan penurunan pada elektabilitas Agus. Seperti Survei Litbang Kompas pada 28 Januari hingga 4 Februari yang merilis dukungan 28,2 %. Tak hanya itu, Charta Politika Indonesia juga menyebut dukungan Agus menurun menjadi 19 %.
ADVERTISEMENT
“Biasanya yang unik itu hasil polling selalu berbeda-beda, tetapi gejala anehnya saat ini di beberapa lembaga survei mengatakan mereka (Agus-Silvy) menurun,” ujar Arie.
Pun begitu, Arie tetap mengingatkan hasil survei bukanlah jaminan kemenangan utuh salah satu kandidat. Fokus perhatiannya saat ini adalah bagaimana ketiga kandidat tersebut dapat memperebutkan dua macam suara.
“Suara pemilik Jakarta ada dua. Pertama adalah suara loyalis, mereka yang sudah setia dengan pasangan calon tertentu. Kedua, yaitu suara mengambang, mereka yang masih ragu-ragu. Ini yang pasti diperebutkan untuk mengambil hati,” tuturnya.
Arie juga mengatakan, walau masa kampanye sudah usai, unsur saling mempengaruhi masih akan tetap dilakukan.
“Kemungkinan masih ada gerilya baik dalam bentuk media sosial, tim sukses, agen atau pun personal. Di masa tenang ini politik selalu mencari celah,” tuturnya.
ADVERTISEMENT