Elektabilitas Ganjar Bisa Turun karena Tolak Israel, tapi Pemilih RI Cepat Lupa

31 Maret 2023 15:17 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menghadiri HUT ke-50 PDIP di JI Expo Kemayoran, Jakarta pada Selasa (10/1). Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menghadiri HUT ke-50 PDIP di JI Expo Kemayoran, Jakarta pada Selasa (10/1). Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo diserang netizen Indonesia imbas penolakan terhadap Timnas Israel dan berujung pada FIFA membatalkan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20.
ADVERTISEMENT
Direktur Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, mengatakan tak ingin berspekulasi apakah serangan netizen akan berpengaruh terhadap elektabilitas Ganjar di bursa capres 2024.
"Saya tak mau berspekulasi. Apakah rujakan netizen dan sentimen negatif di media itu automatically berkoherensi dengan turunnya elektabilias Ganjar. Harus ada survei untuk mengukur itu semua. Sejauh ini belum ada rilis survei soal itu," kata Adi kepada wartawan, Jumat (31/3).
"Tak bisa hanya berdasarkan asumsi atau praduga umum. Tapi biasanya secara umum sentimen negatif berkolerasi positif dengan turunnya elektabilitas. Tinggal diukur apakah turunnya signifikan atau tipis saja," imbuhnya.
Namun, Adi menuturkan pemilih Indonesia mudah memaafkan dan biasanya isu ramai akan redup dengan sendirinya. Yang pasti, kata dia, isu ini akan menjadi gorengan politik lawan Ganjar.
ADVERTISEMENT
"Tapi pemilih kita cepat lupa. Mudah memaafkan. Sentimen negatif semacam itu kadang hanya meletup sesaat saja. Yang jelas ini akan jadi gorengan politik untuk terus nyerang Ganjar," kata dosen UIN Jakarta itu.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno (kanan). Foto: Dok. Istimewa
Dia mencontohkan sejumlah kasus yang ternyata tak berdampak signifikan terhadap elektabilitas parpol seperti awal tahun 2000-an, Golkar sering didemo kalangan aktivis agar dibubarkan karena dianggap underbow Orba. Nyatanya Golkar menang pileg 2004.
Lalu, PDIP pada pemilu 2014 dan 2019 lalu, dituding tidak ramah terhadap umat Islam, antiulama, dan lainnya. Nyatanya PDIP menang pileg dan pilpres 2 kali beruntun. Prabowo dan Gerindra juga sempat diprediksi terjun bebas setelah berkoalisi dengan Jokowi. Buktinya Prabowo dan Gerindra selalu masuk 2 besar survei.
ADVERTISEMENT
"Dulu, partai pendukung Ahok termasuk NasDem juga dituduh partai penista agama di pilkada 2017 lalu. Ada seruan tenggelamkan mereka. Hasil pileg 2019 lalu NasDem naik signifikan dan saat ini NasDem melesat gara-gara deklarasi dukung Anies," kata dia.
"Ketum dan Sekjen Golkar dan Ketum PPP jelang Pemilu 2019 berurusan dengan KPK. Dirujak netizen juga. Golkar diprediksi turun di pemilu. Hasil pilegnya Golkar runner up perolehan suara di Senayan. PPP lolos ke Senayan," jelas Adi.
Karena itu, ia menjelaskan ramainya medsos dan gemuruh pemberitaan seringkali berbeda dengan realitas hasil pemilu. Ia menyebut isunya lekas berganti penentunya tentu meyakinkan pemilih jelang pencoblosan.
"Itu kejadian politik di kita. Betapa pendeknya memory pemilih. Apakah peristiwa politik lampau itu akan berlaku pada Ganjar masa mendatang. Atau malah sebaliknya. Waktu dan kerja politik yang bisa jawab. Semua orang bisa berkesimpulan masing-masing. Ada yang bilang nyungsep ada yang bilang tak berpengaruh dan lainnya," tandasnya.
ADVERTISEMENT