Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Elektabilitas Jokowi dan Prabowo Turun, 2019 Perlu Calon Alternatif
10 Oktober 2017 21:44 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB

ADVERTISEMENT
Dalam waktu yang berdekatan tiga lembaga survei yaitu Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Media Survei Nasional (Median) dan Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI) merilis hasil survei mereka terkait dengan elektabilitas calon presiden menjelang Pemilu 2019. Hal yang menarik dari hasil survei ketiga lembaga survei ini adalah soal elektabilitas Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
ADVERTISEMENT
Hasil survei SMRC menyatakan elektabilitas Jokowi 38,9%. Median menyebutkan elektabilitas Jokowi 36,2 % sedangkan berdasarkan hasil survey KedaiKopi hanya 44,9% responden yang memilih Jokowi. Sebagai petahana elektabilitas dibawah 50% tidak aman bagi Jokowi.
Sementara itu elektabilitas Prabowo yang merupakan saingan Jokowi di Pilpres 2014 yang juga disebut-sebut sebagai penantang terkuat di Pilpres 2019 juga tidak menggembirakan. Bahkan elektabilitas Prabowo jauh di bawah Jokowi. Hasil survei SMRC elektabilitas Prabowo 12,0% sedangkan hasil survei Median angka Prabowo lebih baik 23,2 % namun tetap tertinggal jauh dari Jokowi.
Mencermati hasil survei ketiga lembaga survei ini, pemerhati politik yang juga Direktur Mahara Leadership Iwel Sastra mengatakan, ini merupakan peringatan dini bagi Jokowi.
"Karena untuk petahana elektabilitas di bawah 50% itu berada pada batas yang tidak aman jika nanti ingin kembali maju dalam kontestasi politik. Bagi Prabowo sendiri menunjukkan bahwa Prabowo belum berhasil menjaga elektabilitasnya sehingga keinginan Prabowo untuk bisa kembali head to head dengan Jokowi seperti pilpres 2014 tidak terwujud," kata Iwel dalam keterangan tertulisnya, Selasa (10/10).
ADVERTISEMENT
Elektabilitas Jokowi dan Prabowo yang masih kurang menggembirakan ini merupakan indikasi ada keinginan dari masyarakat munculnya calon alternatif.
"Salah satu kandidat yang memiliki potensi untuk itu adalah Panglima TNI Gatot Nurmantyo. Memang hasil survei Gatot masih kecil itu karena Gatot masih menjabat sebagai Panglima TNI yang tidak dibolehkan berpolitik praktis sehingga Gatot belum melalukan kerja politik untuk mendongkrak elektabilitasnya," urai dia.
Menurut Iwel ini momentum memunculkan tokoh-tokoh yang sudah memiliki modal popularitas dan pengalaman masuk dalam bursa bakal calon Presiden. Meskipun Pilpres diadakan tahun 2019 namun prosesnya sudah mulai berlangsung tahun depan.
"Nama-nama yang layak untuk mulai dimunculkan selain Panglima TNI Gatot Nurmantyo, Ketua MPR Zulkifli Hasan, Gubernur NTB Tuan Guru Bajang dan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan," tutup dia.
ADVERTISEMENT