Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Elite PDIP: Modal MBG Rp 10 Ribu Tidak Cukup Buat Kasih Makan Anak di Papua
18 Februari 2025 22:55 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Ketua DPP PDIP Bidang Kehormatan Komarudin Watubun menilai modal Makan Bergizi Gratis (MBG) sebesar Rp 10 ribu tidak cukup untuk memberi makan anak-anak di Papua. Menurutnya yang dibutuhkan anak-anak Papua saat ini adalah tempat belajar karena orang tua masih bisa memberikan mereka makan.
ADVERTISEMENT
“Makan dalam jumlah ribuan itu kan tidak gampang juga, dengan modal cuma Rp 10 ribu apa mau dikasih makan, di Papua cukup nasi satu piring,” kata Komarudin di Kantor DPP PDIP, Jakarta Pusat, Selasa (18/2).
“Nah oleh karena itu, tuntutan anak-anak itu harus dipahami. Karena mereka butuh tempat belajar yang presentatif. Makan minum mereka, orang tua bisa kasih makan,” tambah dia.
Apalagi anak-anak Papua ini, kata Komarudin, ada yang menempuh pendidikan hingga Universitas Harvard. Ada juga yang orang tuanya petani, sehingga kebutuhan gizi mereka tercukupi.
“Anak-anak Papua banyak sekolah di Harvard, ada kuliah sampai Harvard, Cambridge. Ada anak petani. Berarti kan tidak kekurangan gizi juga kan? Mereka butuh, mereka menuntut sekarang ruang kelas yang bagus,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, unjuk rasa menolak Makan Bergizi Gratis (MBG) dilakukan sejumlah pelajar di Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan, pada Senin (17/2).
Dalam orasinya, pendemo meneriakkan soal penolakan MBG. "Kami tidak butuh makan siang gratis, kami butuh pendidikan gratis," katanya.
Para pendemo kemudian melakukan pelemparan terhadap aparat karena diadang. Sementara para aparat menembakkan gas air mata untuk membubarkan para pelajar.