Endang Driver GO-JEK Berharap Ada Donatur Tetap di Ponpes Nurul Iman

9 Januari 2018 18:58 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gerbang Ponpes Nurul Iman (Foto: Tommy Utomo/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gerbang Ponpes Nurul Iman (Foto: Tommy Utomo/kumparan)
ADVERTISEMENT
Meski bisa bertahan hingga 12 tahun, Endang Irawan tak menampik bila Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Iman masih banyak membutuhkan bantuan dari pihak luar.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, sebagai pesantren yang bukan berbadan yayasan, operasional pesantren masih tergantung dari donatur tidak tetap termasuk dari penghasilan menjadi driver GO-JEK.
Namun dirinya tetap bersyukur bahwa Ponpes Nurul Iman bisa bertahan hingga 12 tahun di tengah kesulitan yang melanda. Hal itu ia ungkapkan saat berbincang dengan kumparan (kumparan.com), Senin (8/1) di Ponpes Nurul Iman, Ciomas, Bogor.
Kompleks Ponpes Nurul Iman (Foto: Tommy Utomo/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kompleks Ponpes Nurul Iman (Foto: Tommy Utomo/kumparan)
"Ya itu, Allah punya urusan, setiap ada permasalahan selalu ada jalan. Kalau pakai hitungan matematika mungkin tidak masuk, susah. Semisal ini ada 50 orang, sehari butuh berapa liter beras? makanya enggak ketemu kalau dihitung seperti itu. Kita bismillah saja semoga hari ini bisa ada, besok-besok ada," ujar Endang.
Selain biaya untuk santri dan fasilitas pesantren, yang juga menjadi perhatian Endang adalah tenaga pengajar. Terlebih materi yang dipelajari cukup beragam yakni tahfidz quran, fikih, ushul fikih, ilmu mantiq, nahwu, serta shorof.
ADVERTISEMENT
Endang Irawan, Driver Go-Jek pengasuh ponpes (Foto: Tommy Utomo/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Endang Irawan, Driver Go-Jek pengasuh ponpes (Foto: Tommy Utomo/kumparan)
Endang menuturkan, hingga saat ini para tenaga pengajar tidak menerima bayaran sama sekali.
"Memang pengajarnya didominasi keluarga sama saudara dan mereka ini tanpa bayaran. Jadi saya itu berpikir, dimana-mana yang namanya pengajar kan ada uangnya atau gajinya, di sini tidak pernah ada gaji, darimana gajinya, sedangkan buat santrinya aja kembang kempis, kan gitu. Dengan kebutuhan sandang pangan mereka, apalagi untuk pengajarnya. Sampai saat mereka tanpa bayaran. Kadang saya mencari donatur bagaimana untuk menggaji ini, walaupun mereka keluarga tapi kan statusnya ustaz, pengajar. Wajib kita memberi, tapi selama ini belum ada itu," papar Ayah dua anak ini.
Endang dengan santri dan pengurus Ponpes (Foto: dok. Ponpes Nurul Iman Ciomas Bogor)
zoom-in-whitePerbesar
Endang dengan santri dan pengurus Ponpes (Foto: dok. Ponpes Nurul Iman Ciomas Bogor)
Sampai saat ini, dana operasional pesantren masih berasal dari dirinya dan para donatur tidak tetap. Maka dari itu, bersama rekannya yang bernama Izul, ia masih terus berusaha mencari orang-orang yang bersedia menjadi donatur tetap.
ADVERTISEMENT
"Ada kawan saya namanya Bang Izul, dia ini banyak membantu mencari donatur. Keluarga semua juga mencari tapi yang sering ke luar ya Bang Izul ini," kata pria berambut gondrong ini.
Endang berharap, ramainya pemberitaan tentang dirinya dan juga Ponpes Nurul Iman dapat menjadi pembuka jalan bagi para dermawan.
"Ya semoga dengan adanya media seperti ini, bisa ada donatur tetap agar kita bisa memperhatikan kesejahteraan para pengajar. Bukannya materialistis tapi ini sebagai bentuk penghargaan, masa bertahun-tahun kerja tapi tidak di bayar. Ini mudah-mudahan ada yang bisa membantu aktivitas belajar mengajar di pesantren ini. Kalau misal ada yang bingung mau bersedekah ke mana, kami menerima, Insya Allah berkah," pungkas Endang.