Enen Cahyati, Korban Pembunuhan Pria AS, Dimakamkan di Kamboja

29 Maret 2018 21:19 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemakaman Enen Cahyati. (Foto:  dok. kbri phnom penh)
zoom-in-whitePerbesar
Pemakaman Enen Cahyati. (Foto: dok. kbri phnom penh)
ADVERTISEMENT
Enen Cahyati, korban pembunuhan di sebuah hotel di Pnom Penh, Kamboja, hari ini Kamis (29/3) dimakamkan secara Islam di kompleks Masjid Al Akbar, Khleang Blek, Provinsi Kandal (33 kilometer dari Phnom Penh). Ia meninggal lantaran dibunuh oleh suaminya sendiri, Bilal Bilal Abdul Fateen, WN AS.
ADVERTISEMENT
Perempuan Warga Negera Indonesia itu tak bisa dimakamkan di kediamannya di Jagakarsa, Jakarta Selatan, karena kondisi yang tak memungkinkan.
"Pemakaman di Kamboja dilakukan karena kondisi jenazah yang sudah tidak mungkin dipulangkan. Pemakaman dilakukan atas persetujuan dari keluarga di Jagarkarsa, Jaksel," ucap Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kemlu RI Lalu Muhammad Iqbal, dalam keterangan tertulisnya, Kamis (29/3).
Iqbal juga mengatakan, hasil visum menunjukkan bahwa Enen meninggal karena kekerasan yang dilakukan oleh Bilal yang sudah ditetapkan sebagai tersangka. Menurut Iqbal, Bilal masuk ke Kamboja pada tanggal 16 Maret dan keluar Kamboja tanggal 22 Maret.
"Ini sesuai dengan perkiraan kepolisian bahwa almarhumah dibunuh 3 hari sebelum jenazahnya ditemukan pada tanggal 25 Maret," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini Bilal diketahui masih buron. Iqbal mengatakan, Mabes Kepolisian Kamboja juga sedang menunggu laporan lengkap dari Kepolisian Phnom Phen sebagai dasar untuk mengajukan Red Notice terhadap Bilal dari Interpol.
Pemakaman Enen Cahyati. (Foto:  dok. kbri phnom penh)
zoom-in-whitePerbesar
Pemakaman Enen Cahyati. (Foto: dok. kbri phnom penh)
Sementara itu, Insya Maulida, putri dari Enen mengaku amat terpukul dengan kejadian yang menimpa ibundanya itu. Ia juga sedih mendengar kabar dari KBRI bahwa Enen tak bisa dimakamkan di kediamannya.
"Sangat sedih. Tapi mau bagaimana lagi, kami tidak ada biaya juga. Dan kata KBRI di Phnom Penh jenazahnya sudah tidak memungkinkan untuk dibawa pulang," ucap Insya, saat dihubungi kumparan (kumparan.com), Kamis (29/3).
Insya dan keluarganya sebenarnya amat ingin melihat makam Enen di Kamboja. Sayangnya, keluarganya tak memiliki biaya yang cukup untuk bisa terbang ke negara itu. Oleh karena itu Insya berharap, pemerintah dapat memberinya bantuan.
ADVERTISEMENT
"Tapi kami masih mengharapkan dari pemerintah agar kami sekeluarga bisa melihat makamnya di sana," tutur dia.
Enen dan Bilal menikah secara siri di penjara Salemba pada 2015. Saat itu, Bilal dipenjara atas kekerasan dalam rumah tangga terhadap istri pertamanya. Selama menikah, Enen kerap mengalami kekerasan.
Keduanya berkenalan di situs muslima.com pada tahun 2014. Mereka lantas bertemu di Hotel Ibis di Sarina. Dalam pertemuan tersebut, Enen diajak menikah oleh Bilal.