Epidemiolog AS: Jangan Remehkan Varian Delta, Lihat Kasus di Inggris dan Israel

2 Juli 2021 7:01 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana London Inggris saat penerapan lockdown kembali. Foto: REUTERS/Hannah McKay
zoom-in-whitePerbesar
Suasana London Inggris saat penerapan lockdown kembali. Foto: REUTERS/Hannah McKay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Merebaknya varian Delta di negara-negara dengan tingkat vaksinasi COVID-19 tinggi kini cukup mengkhawatirkan.
ADVERTISEMENT
Epidemiolog asal Amerika Serikat, Eric Feigl-Ding, mengatakan jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit akibat COVID-19 semakin meningkat. Termasuk di Israel dan Inggris bersamaan dengan meningkatnya kasus harian.
“Siapa pun yang meragukan bahwa gelombang varian Delta akan segera tiba hanya perlu melihat Israel dan Inggris—dua dari negara-negara di dunia dengan vaksinasi tertinggi. Perawatan di rumah sakit pun juga meningkat di kedua negara,” tulis Feigl-Ding pada Kamis (1/7).
Tak hanya Inggris, Skotlandia, yang merupakan bagian dari Britania Raya, juga mengalami peningkatan kasus sejak Mei 2021. Kematian akibat COVID-19 di Britania Raya, menurut Feigl-Ding, juga mengalami peningkatan sejak Mei hingga Juli ini.
“Apakah Israel mengalami peningkatan pasien dirawat akibat COVID-19 secara tiba-tiba? Ya. Penambahan enam pasien baru dalam semalam. ‘Peristiwa yang sudah lama tak terjadi,’ menurut wartawan @JeffSmithi24,” ungkap anggota senior Federasi Ilmuwan AS di Washington DC ini.
ADVERTISEMENT
Dalam cuitan tersebut, disebutkan bahwa kasus COVID-19 di Israel meningkat hingga 800 persen dalam kurun waktu dua pekan saja.
Feigl-Ding menyebut, lonjakan kasus di negara-negara bagian Amerika Serikat yang memiliki tingkat vaksinasi rendah, seperti di Nevada, Missouri, Utah, Arizona, Arkansas, dan Oklahoma.
“Skotlandia kini mencatat rekor peningkatan kasus tertinggi sepanjang waktu. Lebih tinggi dibandingkan peningkatan saat musim dingin. Itu akibat varian Delta. Dan itu [varian Delta] dapat memicu merebaknya wabah di perkumpulan publik,” jelasnya.
Skotlandia merupakan salah satu negara yang berpartisipasi pada ajang sepak bola Euro 2020. Dikutip dari Reuters, Pemerintah setempat menyatakan bahwa hingga 2.000 penonton yang menghadiri pertandingan terinfeksi COVID-19.
“Kebanyakan dari pasien di tengah lonjakan kasus ini adalah dewasa muda. Tetapi, patut dilihat bahwa kasus juga meningkat pada kelompok usia 45-65 tahun dan para lansia—di mana hampir mereka semua sudah divaksinasi. 49 persen dari warga Skotlandia telah divaksinasi dosis penuh,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Feigl-Ding menjelaskan, jika seseorang telah divaksinasi dosis penuh dengan vaksin yang efikasinya baik tetapi tingkat penularan lebih tinggi, berarti diperlukan herd level yang lebih tinggi untuk bisa menghentikan varian Delta dari menjangkiti dan menyakiti manusia.
Di Singapura, kata dia, orang yang telah divaksinasi pun masih bisa tertular.
Dari 29 pasien positif yang telah divaksinasi, sebanyak 21 kejadian penularan merupakan penularan dari orang tervaksinasi ke orang tervaksinasi, atau dari orang tervaksinasi ke orang yang belum tervaksinasi.
“Inilah bagaimana varian Delta—yang dua kali lebih menular dan empat kali lebih parah pada peningkatan risiko perawatan rumah sakit, bahkan dengan vaksin yang baik dan menurunkan angka kematian—bisa jadi lebih buruk, jika diabaikan,” tutupnya.
ADVERTISEMENT