Epidemiolog Ibaratkan Omicron BA.4 Seperti Ninja, Apa Maksudnya?

18 Juli 2022 14:45 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dicky Budiman, epidemiolog dari Griffith University Australia. Foto: Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Dicky Budiman, epidemiolog dari Griffith University Australia. Foto: Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
Epidemiolog dan peneliti Indonesia dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menyebut subvarian baru Omicron BA.2.75 memiliki karakteristik seperti ninja. Pasalnya, virus ini dapat menghindar dari deteksi antibodi yang terbangun dalam tubuh.
ADVERTISEMENT
“Yang dibawa karakter dari itu aja seperti Ninja ya seperti itu. Jadi luput dari sering bisa atau punya potensi luput dari deteksi antibodi dari vaksinasi atau seperti luput dari deteksi antibodi yang terbangun,” jelas Dicky kepada kumparan, Senin (18/7).
Senin (18/7) Kementerian Kesehatan mengkonfirmasi 3 kasus subvarian baru COVID-19 Centaurus di Indonesia. Nama Centaurus disematkan pada subvarian baru BA.2.75. Nama ini yang diberikan oleh beberapa ahli virus dunia. dr. Dicky Budiman epidemiolog dari Universitas Griffith, Australia menyebut nama ini bukanlah nama resmi yang diberikan oleh WHO.
Dicky menyebut subvarian baru ini masih merupakan turunan dari omicron. Sama dengan subvarian BA.4 dan BA.5 subvarian BA.2.75 juga memiliki kemampuan imun escape yang artinya dapat menghindari dari deteksi antibodi.
ADVERTISEMENT
“BA.2.75 sejauh ini adalah juga masih dianggap turunan dari Omicron karena dia BA2 dari omicron, sub varian omicron. Kelebihan dia adalah dalam menghindar atau luput dari deteksi antibodi atau yang disebut dengan imun escape,” ujar Dicky.
Dengan adanya kemampuan ini orang yang memiliki kekebalan imunitas atau sudah divaksin tetap dapat menginfeksi orang lain.
Kendati demikian, Dicky menyebut bahwa proteksi yang terbangun dari adanya kekebalan dalam tubuh membuat efek virus ini tidak sekuat dan sekompleks bila belum memperoleh kekebalan.
Dicky menegaskan meskipun orang yang telah divaksinasi tetap dapat terinfeksi, gejala yang diderita akan menjadi lebih ringan. Hal ini lah yang membuat vaksinasi utamanya dosis tiga atau booster menjadi penting.
“Proteksi yang terbangun dari orang yang terinfeksi tidaklah sekuat sekompleks dan selama orang yang divaksinasi. Makanya vaksinasi menjadi penting. Meskipun orang yang sudah divaksinasi tetapi bisa terinfeksi tapi angkanya jumlahnya kecil termasuk gejalanya juga lebih ringan atau bahkan mayoritas tidak bergejala dan bahkan data terakhir menunjukkan angka masuk Icu dan juga kematian semakin kecil. Apalagi sudah tiga atau empat,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Meskipun perlu penelitian lebih lanjut, Dicky menjelaskan bahwa saat ini kemampuan BA.2.75 untuk bertransmisi masih sama dengan BA4 dan BA.5 tetapi kemampuannya dalam menerobos kekebalan imunitas berpotensi mengalahkan sub-sub varian sebelumnya.
“Selain itu di BA.2.75 ini kalau bicara potensi keparahannya masih belum kita bisa kita katakan. Bicara potensi mudah menginfeksinya setidaknya sama dengan BA4 BA5, tapi karena dia punya kemampuan yang lebih dalam mengisi immunity tadi, luput dari deteksi maupun menerobos sistem imunitas kekebalan sehingga dia bisa mengalahkan dominasi BA5 BA4. Ini potensinya seperti itu,” terang Dicky.
Ilustrasi virus corona Omicron. Foto: Dado Ruvic/REUTERS
Bila dilihat dari asalnya yang sama dengan Varian Delta yaitu dari India, Dicky berucap belum ada potensi keparahan serupa. Hanya saja pertumbuhannya yang jauh lebih cepat dibanding BA.5
ADVERTISEMENT
“Namun kalau dari sisi gejala varian ini ya dari data yang ada di India tidak ada perubahan mencolok sejauh ini. Masih sama dengan BA4 dan BA 5 kurang lebih. Hanya pertumbuhannya yang jauh lebih cepat daripada ya dari BA5 dan apalagi kalau centaurus harus berhati hati itu kalau lahir terutama di dua tempat Afsel dan India. dia memiliki kelebihan entah itu kecepatan dalam penularan, kemudian kalau bicara saat ini menurunkan efikasi antibodi, ataupun potensi keparahan ini yang harus diwaspadai,” pungkasnya.