Epidemiolog Unair: Syarat Penerbangan Harus PCR, Bukan Antigen Apalagi GeNose

30 Juni 2021 11:54 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bandara. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bandara. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Penggunaan tes Antigen maupun GeNose sebagai syarat utama perjalanan udara terus mendapat kritik dari berbagai ahli. Pasalnya, Antigen hanya dianggap sebagai alat screening dan GeNose yang juga belum dipastikan keakuratannya.
ADVERTISEMENT
Sejumlah ahli mengatakan, perjalanan udara punya risiko penularan yang lebih tinggi dibanding dengan transportasi lainnya. Untuk itu, syarat yang sebaiknya digunakan adalah hasil negatif tes PCR, bukan Antigen apalagi GeNose yang berbasis embusan napas itu.
"Sekarang kalau tetap saja masih membolehkan perjalanan lintas batas, tentu lebih baik pake PCR daripada antigen apalagi GeNose. GeNose ini enggak bisa saya komentar banyak karena belum sama sekali direferensikan, WHO saja belum menyinggung tentang GeNose apalagi merekomendasikan karena false negative tinggi. Antigen pun begitu, itu kan untuk screening bukan diagnostik," kata Pakar Epidemiologi UNAIR, Windhu Purnomo, kepada kumparan, Rabu (30/6).
Selain itu, Windhu menilai penggunaan PCR sebagai syarat bisa menurunkan minat orang untuk bepergian. Sebab, harga tes PCR yang relatif jauh lebih mahal dibanding kedua alat tes sebelumnya.
ADVERTISEMENT
"Tentu PCR lebih bagus dan itu bisa menurunkan minat orang pergi karena mahal. Misal dari Surabaya ke Jakarta, harga PCR saja seharga tiket pesawatnya. Itu bisa mengurangi minat pergi, itu bagus daripada tetap menggunakan Antigen yang terjangkau, apalagi GeNose cuma Rp 40 ribu," tambah Windhu.
Untuk itu, PCR menjadi pilihan yang lebih tepat dibanding Antigen dan juga GeNose. Akan tetapi, lamanya surat hasil tersebut harus dibatasi hanya berlaku 24 jam setelah dites.
"Nah jadi artinya kalau memang masih nekat membuka penerbangan,oke, PCR test tapi tetap PCR test harus digunakan dengan benar. Tidak bisa umur PCR test itu lebih dari 24 jam, itu nggak boleh. Kan PCR atau apa pun itu hanya melihat status seseorang di suatu saat," katanya.
ADVERTISEMENT
"Makin lama (jarak antara tes dengan jadwal penerbangan) risiko penularan makin tinggi," tutup Windhu.