Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Equinox 23 September, Masyarakat Diimbau Tak Banyak di Luar Rumah
20 September 2017 17:28 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
ADVERTISEMENT
Pada Sabtu, 23 September 2017 akan terjadi fenomena equinox di Indonesia. Masyarakat diimbau tak banyak beraktivitas di luar rumah/di luar ruangan karena suhu yang panas.
ADVERTISEMENT
Equinox merupakan fenomena astronomi yang terjadi ketika matahari berada tepat di atas garis khatulistiwa yang terjadi dua kali dalam setahun. Pada saat fenomena ini berlangsung, durasi siang dan malam di seluruh bagian Bumi relatif hampir sama, termasuk pada wilayah subtropis di bagian utara maupun selatan.
Pada tahun 2017, fenomena ini mulai terjadi pada tanggal 21 Maret dan 23 September 2017. Equinox melintasi beberapa provinsi di wilayah Indonesia mulai dari Ternate, Maluku Utara, Sulawesi Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kepulauan Riau, Riau, Sumatera Barat dan berakhir di Pulau Telo Sumatera Utara.
“Di wilayah Sumatera Barat, fenomena ini akan melintasi tiga kabupaten, yakni Kabupaten Limapuluh Kota, Kabupaten Pasaman, dan Kabupaten Pasaman Barat,” ungkap Kepala Stasiun Geofisika Kelas 1 Silaing Bawah, Kota Padang Panjang, Rahmat Triyono, ST, Dipl.Seis, M.Sc dalam siaran pers yang diterima kumparan (kumparan.com), Rabu (20/9).
ADVERTISEMENT
Dampak Fenomena Equinox
Rahmat Triyono menjelaskan, salah satu dampak yang kerap kali muncul saat terjadi fenomena equinox adalah terjadinya peningkatan suhu udara, dengan rata-rata suhu maksimal di wilayah Indonesia adalah sekitar 32-36 derajat Celcius.
Meningkatnya suhu udara menyebabkan meningkatnya tingkat penguapan. Hal ini dapat memicu pertumbuhan awan yang lebih cepat serta curah hujan yang lebih tinggi.
Terjadinya gelombang tinggi juga merupakan dampak lain dari fenomena ini. Hal ini disebabkan meningkatnya suhu di sekitar khatulistiwa. Meningkatnya suhu menyebabkan tekanan rendah karena angin bergerak menuju ke pusat tekanan rendah.
ADVERTISEMENT
Dijelaskan juga, pergerakan angin yang mengarah ke khatulistiwa dapat menyebabkan gelombang tinggi di wilayah khatulistiwa. Jika fenomena equinox bersamaan dengan fenomena/gangguan cuaca lain seperti daerah tekanan rendah, kovergensi, MJO (Madden-Julian Oscillation) bisa mengakibatkan cuaca ekstrem.
“Menanggapi fenomena ini, masyarakat diimbau untuk mengantisipasi cuaca yang cukup panas dengan tidak banyak beraktivitas di luar rumah, mengurangi aktivitas di laut, meningkatkan daya tahan tubuh, serta tidak terpancing berita hoax seperti kenaikan suhu yang dapat menyebabkan kerusakan organ dalam,” beber Rahmat Triyono.
“Perlu diwaspadai, ketika curah hujan yang tinggi terjadi bersamaan dengan gelombang tinggi dapat menyebabkan banjir di daerah sekitar muara sungai,” tambahnya.
ADVERTISEMENT