Erdogan Tantang Israel Tunjukkan Senjata Nuklir: Akhir Netanyahu Sudah Dekat

16 November 2023 5:59 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
10
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meresmikan pembangkit listrik tenaga nuklir pertama Turki melalui tautan video, di istana Presiden di Ankara, Kamis (27/4/2023). Foto: Kepresidenan Turki melalui AP
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meresmikan pembangkit listrik tenaga nuklir pertama Turki melalui tautan video, di istana Presiden di Ankara, Kamis (27/4/2023). Foto: Kepresidenan Turki melalui AP
ADVERTISEMENT
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menyinggung serangan Israel di Palestina saat menghadiri pertemuan kelompok parlemen Partai Keadilan dan Pembangunan (Partai AK) di Ibu Kota Ankara, Rabu (15/11). Dalam pidatonya, Erdogan dengan tegas menyebut Israel sebagai teroris.
ADVERTISEMENT
"Saya dengan jelas mengatakan di sini, Israel adalah negara teroris!" tegas Erdogan dilansir media lokal Turki, Daily Sabah, Kamis (16/11).
Erdogan lalu menantang Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk mengeluarkan senjata nuklir mereka. Dengan yakin, Erdogan menyebut ada atau tidak senjata nuklir Israel, mereka akan segera berakhir.
"Apakah Anda punya bom atom atau tidak? Saya menantang Netanyahu untuk mendeklarasikannya, tapi menurut saya dia tidak bisa. Anda bisa mengancam orang apa pun yang Anda bisa, tapi akhir bagi Netanyahu sudah dekat," ucap Erdogan.
"Akhirnya sudah dekat, entah anda (Israel) punya senjata nuklir atau tidak," imbuhnya disambut tepuk tangan meriah para pendukungnya.
Pendukung Palestina Presiden Turki Tayyip Erdogan merayakan setelah hasil jajak pendapat awal dalam pemilihan presiden Turki, di Khan Younis di Jalur Gaza selatan 28 Mei 2023. Foto: Ibraheem Abu Mustafa/REUTERS
Turki adalah salah satu negara yang jadi pelopor penyaluran bantuan bagi warga Palestina yang terjebak di Jalur Gaza yang dikepung oleh Israel sejak awal Oktober 2023 lalu. Ia juga merupakan orang yang paling vokal mengkritik Israel dan mencoba menjadi penengah dalam konflik Israel-Palestina.
ADVERTISEMENT
Erdogan menekankan, Israel adalah negara teroris karena mereka menjalankan strategi "menghancurkan seluruh kota beserta warga sipilnya". Ia juga mengkritik beberapa anggota komunitas internasional yang ia sebut "tidak berpihak pada yang benar" dalam masalah ini.
"Sayangnya negara-negara barat, khususnya Amerika Serikat, malah menunjukkan sikap yang berbeda [dibanding negara-negara lain yang mengkritik Israel]. Prancis sempat mengubah pendiriannya. Mereka bertindak berbeda di satu hari, dan mundur di hari berikutnya. Jujurlah dan jadilah seperti Turki," ucapnya merujuk pada dukungan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, pada Israel.
Selama 40 hari, kata Erdogan, Israel bisa melanjutkan pembantaian tanpa henti mereka karena mendapat dukungan penuh dari AS dan negara-negara barat. Israel juga tak segan melanggar aturan internasional dengan menargetkan sekolah, tempat ibadah, rumah sakit, pasar dan memaksa warga sipil meninggalkan tempat tinggal mereka.
ADVERTISEMENT
"Mereka menyebut Hamas sebagai kelompok teroris, padahal Hamas adalah partai politik yang memenangkan pemilu. Anda telah merampas hak-hak mereka yang memenangkan pemilu. Isral dan Amerika Serikat melakukan ini secara bersama-sama," ungkap Erdogan.
Seorang pekerja kamar mayat mengatur kantong jenazah di rumah sakit al-Shifa di Kota Gaza pada 12 Oktober 2023. Foto: Mahmud Hams/AFP
Erdogan lalu menyebut, setidaknya dua per tiga dari sekitar 12.000 warga Gaza yang dibantai oleh Israel adalah perempuan dan anak-anak. Israel telah melakukan serangan paling keji terhadap warga sipil.
"Perang bukanlah kata yang bisa kita gunakan untuk menggambarkan apa yang terjadi di Gaza. Bahkan perang pun punya etika, hukum, dan batasan," kritiknya.
Ia mengatakan, Israel bahkan sudah bicara soal rencana membunuh lebih dari dua juta warga sipil Palestina dengan bom atom. Ancaman itu oleh Otoritas Palestina telah dilaporkan kepada Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
ADVERTISEMENT
Ancaman tersebut diucapkan oleh Menteri Warisan Israel, Amichay Eliyahu, yang merupakan anggota partai sayap kanan Otzma Yehudit. Akibat pernyataan tersebut, ia diskors dari pertemuan pemerintah sampai waktu yang tak ditentukan. Israel selama ini tak pernah secara terbuka mengakui apakah mereka punya senjata nuklir atau tidak.
"Para menteri Israel mengatakan mereka punya bom nuklir, tapi IAEA tidak mengambil tindakan. Mereka, orang-orang yang menoleransi pembakaran Al-Quran dengan alasan kebebasan berekspresi, namun menahan orang-orang yang punya hati nurani untuk memprotes pembataian di Gaza," tegas Erdogan.