Eric Tjitra, Software Engineer TikTok

Eric Tjitra, Pemuda Jakarta Utara yang Jadi Software Engineer TikTok di Shanghai

9 Februari 2022 15:37 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ada sebuah pepatah klasik berbunyi 'Tuntutlah ilmu hingga ke negeri China'. Nah, itulah yang benar-benar dilakoni pemuda asal Kelapa Gading, Jakarta Utara, bernama Eric Tjitra.
Eric merupakan seorang Software Engineer di sebuah perusahaan teknologi besar ternama asal China, ByteDance. Berkantor di Shanghai, Eric bekerja sebagai Android Engineer di salah satu produk ByteDance yang sangat nge-tren saat ini, yaitu TikTok.
Semua bermula dari mimpinya melanjutkan studinya ke China usai lulus SMA. Ia tiba pertama kali ke negeri Tirai Bambu itu pada tahun 2011 lalu untuk belajar Bahasa Mandarin di Shanghai Normal University. Selanjutnya, dirinya pindah ke Beijing untuk kuliah S1 di bidang Software Engineering di Beijing Jiaotong University.
Ilustrasi anak main TikTok. Foto: Shutter Stock
Eric bercerita bahwa ia sudah meniti karier sebagai Android Engineer TikTok sejak pertengahan 2018 lalu. Eric bertanggung jawab pada infrastruktur aplikasi serta pembuatan fitur-fitur di dalamnya seperti TikTok search, system account, account security, dan fitur lainnya.
Pemuda kelahiran 1995 ini menjelaskan tantangan tersendiri dalam pekerjaannya tersebut. Cukup banyak yang harus dipertimbangkan untuk menghadirkan sebuah fitur yang menarik bagi para konsumen.
“Lumayan besar sih challenge nya, gimana develop dengan design dan architecture yang cocok, memastikan itu gampang di improve, gampang di extend juga. Karena program yang baik itu ciri khasnya adalah extendable, maintainable, dan good quality,” terangnya saat berbincang dengan kumparan secara virtual, Selasa (8/2).
Suasana di dalam kantor ByteDance di Shanghai, China. Foto: Dok. Eric Tjitra
Pada awal kariernya di TikTok, Eric mengaku sempat mengalami kesulitan dalam berkomunikasi Bahasa Mandarin di bidang pemrograman.
“Itu kan kita coding semua pake Bahasa Inggris ya, cuman ketika harus menjelaskan konsep-konsep coding, kita menggunakan Bahasa Mandarin. Itu paling susah sebenernya di awal. Lumayan menarik juga sih saat itu. Saya enggak tau kalau bahasa-bahasa coding itu ada Mandarin-nya juga ternyata,” ungkap Eric sambil tertawa.
Tak hanya itu, Eric juga mengungkapkan ada kekosongan yang perlu ia pelajari lagi saat pertama kali menjabat sebagai Android Engineer.
“Karena dari lulus itu kuliahnya software engineering, cuman di TikTok saya spesifik sebagai Android Engineer. Jadi di bidang itu juga banyak gap yang perlu dipelajari, jadi ya saya belajar sendiri. Self-taught. Saya bisa disebut self-taught programmer,” ungkap lelaki berusia 26 tahun tersebut.

China Speed

Eric Tjitra, Software Engineer TikTok. Foto: Dok. Eric Tjitra
Menurut Eric, budaya kerja di sana sangatlah cepat. Hal tersebut membuat dirinya juga ikut terdorong untuk membiasakan diri dengan tempo kerja yang demikian.
“Awalnya kaget dengan speed nya juga. Seperti dalam periode 1 bulan kita harus launch 4 fitur misalnya. Pertama-tama agak kaget. Sampe ada joke sendiri yang kita sebut China speed," terang Eric sambil tertawa.
"Cuman di sini mereka punya cara tersendiri untuk support speed development tersebut. Itu sih yang saya pelajarin dari work flow di sini,” imbuhnya.
The world's most-used social platforms Januari 2022. Foto: we are social & Hootsuite
Pada September 2021, TikTok mengumumkan bahwa aplikasi tersebut meraih 1 miliar pengguna aktif bulanan secara global. Lalu menurut survei dari we are social dan Hootsuite, pada Januari 2022, TikTok menduduki posisi ke-6 dalam daftar media sosial yang memiliki paling banyak pengguna aktif di dunia.
Bahkan, Indonesia menjadi negara kedua setelah Amerika Serikat dengan pengguna aktif TikTok terbanyak di seluruh dunia, dengan total 87,5 juta pengguna.
Eric punya pandangan pribadi terkait hal tersebut. Dirinya mengungkapkan bahwa ini merupakan kecerdikan ByteDance yang melakukan inovasi terhadap tren video pendek yang pernah terjadi di China beberapa tahun lalu. Tren ini disebut ‘short video era’.
“Ada satu era yang kita sebut ‘short video era’. Dulu kan video YouTube relatif panjang-panjang. Lalu dulu juga mulai muncul vine. Saya menilai bahwa ByteDance melihat ini sebagai peluang untuk video berdurasi pendek berkembang, sehingga ByteDance catch this opportunity,” ungkapnya.
“Dan kebetulan banyak teknologi baru yang men-support saat itu, seperti machine learning, algorithm, 5G, dan lain-lain. Menurut saya pas sekali semua itu berkembang pada saat yang sama. Makanya saat itu coba untuk inovasi dan muncullah TikTok,” tambah Eric mengutarakan pendapat pribadinya.
Namun, selain kecerdikan ByteDance dalam berinovasi pada tren video pendek, Eric menilai ada hal lain yang lebih penting dari itu, yakni tim di dalamnya.
Ia berkata bahwa dirinya kagum dengan tim serta rekan kerja yang berada di sekitarnya. Tak hanya tempo kerja yang cepat, tetapi juga supportive terhadap keberlangsungan kerja yang lain
“Yang paling penting itu adalah timnya sebenernya. Saya kagum dengan tim TikTok. Jumlah orang di sini banyak sekali, ratusan orang, dengan sangat efisien bisa develop tons of feature (fitur) dalam waktu yang relatif sedikit. Itu menurut saya yang hebat sih,” tegasnya.
Suasana di luar kantor ByteDance di Shanghai, China. Foto: Dok. Eric Tjitra
Eric punya tips serta bocoran bagi seorang software engineer pemula. Yang pertama ialah kesabaran. Dirinya mengungkapkan seringkali ditemui masalah atau issue yang tidak pernah terduga sebelumnya. Untuk menghadapi hal tersebut, kata Eric, kesabaran adalah kunci.
Selain itu logical dan berpikir kritis juga perlu dimiliki.
"Software engineer berpikir step by step. Next step nya apa, hubungannya apa, dan lain-lain. Kita akan lebih mengerti konsepnya dengan critical thinking itu,” jelasnya.
Eric Tjitra, Software Engineer TikTok. Foto: Dok. Eric Tjitra
Melihat ke belakang, Eric sadar akan satu hal yang ternyata menjadi sebuah pencapaian terbesar dalam hidupnya, yakni pengembangan diri.
Pemuda lulusan SMAK 5 Penabur ini mengungkapkan keputusannya untuk melanjutkan studi serta berkarier di China merupakan pilihan terbaik. Dengan langkah yang dipilihnya itu, dirinya menjadi cepat dalam memahami bidang yang diminatinya sejak lulus di bangku SMA, software engineering.
“Dengan saya bekerja di China, di industri teknologi seperti ini, saya jadi lebih cepat belajar mendalami ilmu software engineering dan tech industries secara utuh. Itu luar biasa bagi saya," kata Eric.
“Kalau saya memutuskan untuk tidak pergi ke China, saya mungkin belajar hal itu baru di tahap awal sepertinya saat ini. 6 tahun di sini luar biasa banget yang sudah saya pelajari. Jadi cukup impressive menurut saya sampai berada di posisi saat ini," imbuhnya.
Eric Tjitra, Software Engineer TikTok. Foto: Dok. Eric Tjitra
Selain bekerja di TikTok, Eric juga gemar melakukan olahraga fitness serta berselancar di waktu luangnya. Tak hanya itu, Eric juga sering mengeksplor serta berkeliling ke penjuru kota.
Uniknya, di saat dirinya melakukan hobi sekalipun, dirinya seringkali berpikir untuk menciptakan suatu improvement.
“Kadang saya juga suka mikir untuk combine skill saya di teknologi dengan skill fitness, seperti research sedikit juga lah, di fitness industry ini ada yang bisa di-improve gak ya dengan teknologi, lalu juga cari-cari apa yang jadi masalah saat orang-orang berolahraga, apa yang mereka butuhkan, apa yang belum ada, segala macem. Dengan begitu, suatu saat saya bisa menciptakan product yang help people," jelasnya.
Ketika kumparan bertanya tentang keinginannya untuk pulang dan berkarya di Tanah Air, Eric mengakui bahwa dirinya sering memikirkan hal tersebut. Memikirkan momen yang tepat untuk kembali ke Indonesia.
Eric menegaskan bahwa tujuan awal dirinya bertolak ke China yakni untuk belajar software engineering dan Industri Teknologi. Karena saat itu di tahun 2012, bidang tersebut dinilai belum berkembang di Indonesia. Hal itu lah yang membuat Eric memutuskan untuk terbang ke negeri Tirai Bambu.
Of course,” jawabnya saat kumparan mengkonfirmasi kesediaannya untuk pulang ke tanah air.
“Aku bersedia. Dan harusnya semua orang bersedia ya,” jelasnya sambil tersenyum.
Gak ada syarat khusus sih, melihat pada saat nanti aja. Apakah yang semua kita butuh cocok, seperti kondisi keluarga, teman, dan karier. Kalau semua cocok, lebih banyak pros daripada cons nya, mungkin saya akan ambil,” tegas Eric saat ditanya pertimbangan untuk pulang ke Indonesia.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten