Esai Foto: Inovasi Petani Asal Kalsel, Tanam Padi Apung di Lahan Rawa

20 Agustus 2024 17:32 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Spanduk pengumuman tanah lahan pertanian yang dijual di Gambut, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Foto: Bayu Pratama S/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Spanduk pengumuman tanah lahan pertanian yang dijual di Gambut, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Foto: Bayu Pratama S/ANTARA FOTO
Wilayah Kalimantan Selatan saat ini didominasi lahan rawa. Berdasarkan data Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalsel, luas lahan rawa mencapai 4,9 juta hektare, yang terdiri dari lahan gambut, lahan rawa pasang surut dan lahan rawa lebak.
Foto udara aerial lahan rawa di Kalimantan Selatan. Foto: Bayu Pratama S/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Foto udara aerial lahan rawa di Kalimantan Selatan. Foto: Bayu Pratama S/ANTARA FOTO
Di tengah hamparan lahan rawa, masyarakat Banjar telah mengembangkan sistem pertanian yang mampu beradaptasi dengan kondisi tergenang, yaitu padi apung.
Petani menanam padi konvensional di lahan rawa di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan. Foto: Bayu Pratama S/ANTARA FOTO
Inovasi pertanian ini merupakan ide kreatif warga untuk tetap bisa tetap bercocok tanam sekaligus menjaga ketahanan pangan.
Petani padi apung Suparlan bersama istri berpose di depan rumah di Desa Sampurna, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Foto: Bayu Pratama S/ANTARA FOTO
Padi apung, dengan kemampuannya tumbuh di air, menjanjikan solusi bagi petani yang menghadapi keterbatasan lahan rawa pasang surut dan gambut.
Peralatan untuk menanam padi apung. Foto: Bayu Pratama S/ANTARA FOTO
Sistem ini tidak hanya memastikan pasokan pangan yang stabil, tetapi juga mengoptimalkan potensi lahan yang sebelumnya terabaikan.
Petani menggunakan perahu menyiapkan media apung untuk menanam padi apung di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan. Foto: Bayu Pratama S/ANTARA FOTO
Suparlan (55) adalah contoh nyata keberhasilan inovasi ini. Setelah mengalami kegagalan panen akibat banjir besar tahun 2021 di Desa Sampurna, Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala. Ia kemudian bangkit dengan menerapkan teknik padi apung.
Petani menyiapkan media apung untuk menanam padi apung di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan. Foto: Bayu Pratama S/ANTARA FOTO
Menggunakan 76 lembar stirofoam sebagai media pengapung, ia menanam lebih dari 1.500 rumpun padi di atas air. Stirofoam berfungsi sebagai penopang, dan tiang-tiang kayu yang mencegah pergeseran tanaman, memungkinkan padi tumbuh dengan optimal.
Bibit padi apung yang tumbuh di atas air di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan. Foto: Bayu Pratama S/ANTARA FOTO
Menurut Suparlan, budi daya Padi Apung memerlukan perhatian ekstra, mirip dengan hidroponik.
"Setiap hari, pertumbuhan tanaman harus diperhatikan dengan telaten," katanya, dilansir Antara.
Petani Suparlan menunjukkan akar padi apung di Desa Sampurna, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Foto: Bayu Pratama S/ANTARA FOTO
Pada Mei 2023, Suparlan menjadi satu-satunya petani di desanya yang berhasil panen Padi Apung, menghasilkan sekitar 240 kilogram gabah kering dari sawah seluas 340 meter persegi.
Petani Suparlan memanen padi apung. Foto: Bayu Pratama S/ANTARA FOTO
Padi Apung tidak hanya memperkenalkan teknologi pertanian baru, tetapi juga menjadi alternatif vital dalam menghadapi perubahan iklim dan solusi lahan pertanian baru.
Petani Suparlan mengangkat padi apung yang telah di panen. Foto: Bayu Pratama S/ANTARA FOTO
Dengan kemampuannya untuk tumbuh di lahan rawa, Padi Apung menunjukkan potensi besar untuk menjaga ketahanan pangan di Indonesia dan memanfaatkan lahan yang ada secara lebih efektif.
Petani Suparlan menunjukkan beras dari padi apung yang telah di panen. Foto: Bayu Pratama S/ANTARA FOTO