Esai Foto: Lepas Liar Kukang Jawa di Taman Nasional Gunung Halimun Salak

11 Februari 2025 13:05 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hutan Gunung Halimun: Suasana habitat asli Primata Kukang Jawa (Nycticebus Javanicus) di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Sukabumi, Jawa Barat. Foto: Yulius Satria Wijaya/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Hutan Gunung Halimun: Suasana habitat asli Primata Kukang Jawa (Nycticebus Javanicus) di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Sukabumi, Jawa Barat. Foto: Yulius Satria Wijaya/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Bertahun-tahun atau bahkan mungkin ribuan tahun, kukang jawa (Nycticebus javanicus) menghuni damai hutan hujan tropis Pulau Jawa. Di bawah lindungan rindangnya dedaunan dan kekayaan beraneka ragam buah, satwa berjuluk Sang Mata Bulan ini terus tumbuh dan berkembang biak serta menyatu dalam ekosistem alam.
Melihat Kesehatan Kukang Jawa: Petugas mengecek kondisi Kukang Jawa (Nycticebus Javanicus) sebelum dilepasliarkan. Foto: Yulius Satria Wijaya/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Melihat Kesehatan Kukang Jawa: Petugas mengecek kondisi Kukang Jawa (Nycticebus Javanicus) sebelum dilepasliarkan. Foto: Yulius Satria Wijaya/ANTARA FOTO
Bersiap Menimbang Kukang Jawa: Petugas bersiap menimbang Kukang Jawa (Nycticebus Javanicus) sebelum dilepasliarkan. Foto: Yulius Satria Wijaya/ANTARA FOTO
Namun, kebaikan alam tak semudah dirasakan oleh primata nocturnal (aktif di malam hari) itu. Kedamaian dan keberadaan mereka belakangan ini mulai terusik.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data International Union for Conservation of Nature (IUCN) menempatkan kukang ke dalam kategori Kritis (Critically Endangered) atau berada satu tingkat di bawah kepunahan. Hal ini dikarenakan selama rentang 24 tahun terakhir atau tiga generasi, populasi kukang jawa diperkirakan telah menurun hingga 80 persen.
Menimbang Kukang Jawa: Petugas Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) menimbang Kukang Jawa (Nycticebus Javanicus) sebelum dilepasliarkan ke habitatnya di Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) Tamansari. Foto: Yulius Satria Wijaya/ANTARA FOTO
Semakin terancamnya populasi dan habitat kukang membuat pemerintah dan masyarakat yang peduli berupaya untuk melestarikannya. Salah satu langkah yang ditempuh adalah merehabilitasi dan mentranslokasi kukang jawa sitaan serta hasil penyerahan dari oknum warga yang memeliharanya secara ilegal.
Melihat Kesehatan Kukang Jawa: Petugas Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) mengecek kondisi Kukang Jawa (Nycticebus Javanicus) sebelum dilepasliarkan ke habitatnya di YAIRI Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (23/10/2024). Foto: Yulius Satria Wijaya/ANTARA FOTO
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat bersama Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (BTNGHS) dan Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) telah melaksanakan translokasi 10 ekor kukang jawa di Gunung Kendeng Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Sukabumi, Jawa Barat.
Memberi makan Kukang Jawa: Petugas Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) memberi makan Kukang Jawa (Nycticebus Javanicus) di tempat rehabilitasi sebelum dilepasliarkan ke habitatnya. Foto: Yulius Satria Wijaya/ANTARA FOTO
Proses Pemindahan Kukang Jawa: Petugas Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) memindahkan Kukang Jawa (Nycticebus Javanicus) dari tempat rehabilitasi untuk dilepasliarkan ke habitatnya. Foto: Yulius Satria Wijaya/ANTARA FOTO
Sebanyak sepuluh ekor kukang yang ditranslokasi terdiri dari tiga kukang jantan bernama Petruk, Yuda, Gareng, serta tujuh ekor kukang betina bernama Alon, Citas, Kunthi, Madrim, Bestari, Kajol, dan Loni.
ADVERTISEMENT
Perjalanan Menuju Pelepasliaran: Petugas membawa kandang berisi primata Kukang Jawa (Nycticebus Javanicus) menuju kawasan habituasi sebelum pelepasliaran kembali ke habitatnya di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Foto: Yulius Satria Wijaya/ANTARA FOTO
Setelah diserahkan oleh warga, mereka sempat dititip rawatkan di pusat rehabilitasi satwa YIARI di Ciapus, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Di sana, mereka menjalani penanganan medis secara intensif dan proses rehabilitasi yang komprehensif untuk memulihkan kesehatan dan perilaku alami mereka, sekaligus mempersiapkan mereka untuk kembali ke alam liar.
Perjalanan Menuju Pelepasliaran: Petugas membawa kandang berisi primata Kukang Jawa (Nycticebus Javanicus) menuju kawasan habituasi sebelum pelepasliaran kembali ke habitatnya. Foto: Yulius Satria Wijaya/ANTARA FOTO
Setelah melalui rehabilitasi, para kukang jawa itu belum bisa langsung dikembalilan ke alam. Mereka harus berproses lagi di kandang habituasi seluas 18 meter persegi dalam waktu sepekan. Di lokasi itu mereka diberi pakan dan waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan baru secara bertahap untuk memastikan kukang mampu bertahan sebelum dilepas ke alam. Setelah masa habituasi usai, para kukang jawa siap untuk ditranslokasi ke rumah mereka yakni di hutan tropis Jawa.
Perjalanan Menuju Pelepasliaran: Petugas membawa kandang berisi primata Kukang Jawa (Nycticebus Javanicus) menuju kawasan habituasi sebelum pelepasliaran kembali ke habitat. Foto: Yulius Satria Wijaya/ANTARA FOTO
Kawasan Resort PTN Gunung Kendeng, Seksi PTN Wilayah III Sukabumi BTNGS yang berada di dalam lingkungan Taman Nasional Gunung Halimun Salak menjadi pilihan pengembalian para kukang jawa ke alam. Alasannya, lokasi tersebut memiliki ketersediaan pakan, keamanan lokasi dari perburuan atau gangguan, serta jarak yang relatif jauh dari pemukiman untuk meminimalisasi konflik dengan masyarakat.
Mengeluarkan Kukang Jawa: Petugas mengeluarkan seekor Kukang Jawa (Nycticebus Javanicus) saat habituasi sebelum pelepasliaran kembali ke habitat. Foto: Yulius Satria Wijaya/ANTARA FOTO
Akan tetapi, pelepasan para kukang jawa itu rupanya belum menjadi akhir dalam langkah pelestarian ini. BBKSDA Jawa Barat bersama BTNGHS dan YIARI masih melakukan pemantauan pascapelepasliaran selama dua hingga tiga bulan dengan menggunakan GPS collar. Pemantauan bertujuan untuk melacak adaptasi kukang pada habitat baru mereka, memastikan mereka mampu bertahan hidup, mencari makan, dan berperilaku sesuai kebutuhan alaminya.
ADVERTISEMENT
Kukang Jawa di atas pohon: Primata Kukang Jawa (Nycticebus Javanicus) berada di atas pohon saat habituasi pelepasliaran kembali ke habitatnya di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Foto: Yulius Satria Wijaya/ANTARA FOTO
Menurut Direktur Operasional Program YIARI Argitoe Ranting, pelepasliaran merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam konservasi satwa liar.
Kukang Jawa setelah di pelepasliaran: Primata Kukang Jawa (Nycticebus Javanicus) berada di atas pohon saat habituasi pelepasliaran kembali ke habitatnya di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Sukabumi. Foto: Yulius Satria Wijaya/ANTARA FOTO
Sementara itu, Kepala Bala Taman Nasional Gunung Halimun Salak Budhi Candra mengatakan, pelepasliaran kukang jawa bukan hanya langkah penting dalam konservasi satwa yang terancam punah, tetapi juga merupakan wujud nyata komitmen dalam melestarikan keanekaragaman hayati di Taman Nasional Gunung Halimun Salak.
Kukang Jawa berada di tempat Habituasi: Primata Kukang Jawa (Nycticebus Javanicus) berada di tempat habituasi saat pelepasliaran kembali ke habitatnya di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Foto: Yulius Satria Wijaya/ANTARA FOTO
Tak hanya Sang Mata Bulan yang dapat kembali nyaman dalam pelukan hutan, pelepasliaran ini diharapkan juga dapat mengajak masyarakt dalam menjaga keseimbangan alam.
Penempalan stiker himbauan: Petugas menempelkan stiker primata Kukang Jawa (Nycticebus Javanicus) di tempat habituasi pelepasliaran kembali ke habitatnya di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Sukabumi, Jawa Barat. Foto: Yulius Satria Wijaya/ANTARA FOTO