Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.0
Esai Foto: Lepas Liar Kukang Jawa di Taman Nasional Gunung Halimun Salak
11 Februari 2025 13:05 WIB
·
waktu baca 3 menit![Hutan Gunung Halimun: Suasana habitat asli Primata Kukang Jawa (Nycticebus Javanicus) di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Sukabumi, Jawa Barat. Foto: Yulius Satria Wijaya/ANTARA FOTO](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01jksp7vtv71hdrn6kb6nnhr6w.jpg)
ADVERTISEMENT
Bertahun-tahun atau bahkan mungkin ribuan tahun, kukang jawa (Nycticebus javanicus) menghuni damai hutan hujan tropis Pulau Jawa. Di bawah lindungan rindangnya dedaunan dan kekayaan beraneka ragam buah, satwa berjuluk Sang Mata Bulan ini terus tumbuh dan berkembang biak serta menyatu dalam ekosistem alam.
![Melihat Kesehatan Kukang Jawa: Petugas mengecek kondisi Kukang Jawa (Nycticebus Javanicus) sebelum dilepasliarkan. Foto: Yulius Satria Wijaya/ANTARA FOTO](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01jksnn02xe8gwf9d1ph69ajjq.jpg)
Namun, kebaikan alam tak semudah dirasakan oleh primata nocturnal (aktif di malam hari) itu. Kedamaian dan keberadaan mereka belakangan ini mulai terusik.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data International Union for Conservation of Nature (IUCN) menempatkan kukang ke dalam kategori Kritis (Critically Endangered) atau berada satu tingkat di bawah kepunahan. Hal ini dikarenakan selama rentang 24 tahun terakhir atau tiga generasi, populasi kukang jawa diperkirakan telah menurun hingga 80 persen.
Semakin terancamnya populasi dan habitat kukang membuat pemerintah dan masyarakat yang peduli berupaya untuk melestarikannya. Salah satu langkah yang ditempuh adalah merehabilitasi dan mentranslokasi kukang jawa sitaan serta hasil penyerahan dari oknum warga yang memeliharanya secara ilegal.
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat bersama Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (BTNGHS) dan Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) telah melaksanakan translokasi 10 ekor kukang jawa di Gunung Kendeng Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Sukabumi, Jawa Barat.
Sebanyak sepuluh ekor kukang yang ditranslokasi terdiri dari tiga kukang jantan bernama Petruk, Yuda, Gareng, serta tujuh ekor kukang betina bernama Alon, Citas, Kunthi, Madrim, Bestari, Kajol, dan Loni.
ADVERTISEMENT
Setelah diserahkan oleh warga, mereka sempat dititip rawatkan di pusat rehabilitasi satwa YIARI di Ciapus, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Di sana, mereka menjalani penanganan medis secara intensif dan proses rehabilitasi yang komprehensif untuk memulihkan kesehatan dan perilaku alami mereka, sekaligus mempersiapkan mereka untuk kembali ke alam liar.
Setelah melalui rehabilitasi, para kukang jawa itu belum bisa langsung dikembalilan ke alam. Mereka harus berproses lagi di kandang habituasi seluas 18 meter persegi dalam waktu sepekan. Di lokasi itu mereka diberi pakan dan waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan baru secara bertahap untuk memastikan kukang mampu bertahan sebelum dilepas ke alam. Setelah masa habituasi usai, para kukang jawa siap untuk ditranslokasi ke rumah mereka yakni di hutan tropis Jawa.
Kawasan Resort PTN Gunung Kendeng, Seksi PTN Wilayah III Sukabumi BTNGS yang berada di dalam lingkungan Taman Nasional Gunung Halimun Salak menjadi pilihan pengembalian para kukang jawa ke alam. Alasannya, lokasi tersebut memiliki ketersediaan pakan, keamanan lokasi dari perburuan atau gangguan, serta jarak yang relatif jauh dari pemukiman untuk meminimalisasi konflik dengan masyarakat.
Akan tetapi, pelepasan para kukang jawa itu rupanya belum menjadi akhir dalam langkah pelestarian ini. BBKSDA Jawa Barat bersama BTNGHS dan YIARI masih melakukan pemantauan pascapelepasliaran selama dua hingga tiga bulan dengan menggunakan GPS collar. Pemantauan bertujuan untuk melacak adaptasi kukang pada habitat baru mereka, memastikan mereka mampu bertahan hidup, mencari makan, dan berperilaku sesuai kebutuhan alaminya.
ADVERTISEMENT
Menurut Direktur Operasional Program YIARI Argitoe Ranting, pelepasliaran merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam konservasi satwa liar.
Sementara itu, Kepala Bala Taman Nasional Gunung Halimun Salak Budhi Candra mengatakan, pelepasliaran kukang jawa bukan hanya langkah penting dalam konservasi satwa yang terancam punah, tetapi juga merupakan wujud nyata komitmen dalam melestarikan keanekaragaman hayati di Taman Nasional Gunung Halimun Salak.
Tak hanya Sang Mata Bulan yang dapat kembali nyaman dalam pelukan hutan, pelepasliaran ini diharapkan juga dapat mengajak masyarakt dalam menjaga keseimbangan alam.