Esai Foto: Menjaga Hutan Sumber Kehidupan Suku Moi di Sorong

19 Januari 2025 10:44 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto udara Kampung Malasigi yang dikelilingi hutan Balempe. Foto: Erlangga Bregas Prakoso/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Foto udara Kampung Malasigi yang dikelilingi hutan Balempe. Foto: Erlangga Bregas Prakoso/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
"Tanah ulayat terjaga, masyarakat sejahtera", sepenggal kalimat itu mencerminkan idealisme seluruh masyarakat Suku Moi di Kampung Malasigi, Distrik Klayili, Kabupaten Sorong, Papua Barat.
Seorang anak Suku Moi mingintip dari rumahnya. Foto: Erlangga Bregas Prakoso/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Seorang anak Suku Moi mingintip dari rumahnya. Foto: Erlangga Bregas Prakoso/ANTARA FOTO
Nilai itu teramat penting bagi generasi mereka di tengah ancaman alih fungsi lahan hutan Balempe yang menjadi sumber kehidupan selama bertahun-tahun, bahkan berabad-abad.
Foto udara sejumlah bangunan penginapan di Kampung Malasigi. Foto: Erlangga Bregas Prakoso/ANTARA FOTO
Suku Moi yang terdiri dari 15 kepala keluarga di Kampung Malasigi tersebut pada tahun 2020 mencanangkan hutan Balempe sebagai sumber utama penghasilan. Mereka pun berjuang agar bisa mendapatkan pengakuan dari pemerintah untuk mengelola hutan kampung itu.
Warga Suku Moi Riki Ricardo Fami menggunakan teropong binokuler saat mengamati burung cendrawasih kuning kecil. Foto: Erlangga Bregas Prakoso/ANTARA FOTO
Usaha mereka tidak sia-sia, pada 2023 legitimasi pun diperoleh melalui Surat Keputusan Pengelolaan Hutan Kampung Nomor SK.8557/MENLHK- PSKL/PKPS/PSL.0/8/2023. Surat Keputusan itu diserahkan langsung oleh Presiden Joko Widodo yang saat itu berkunjung ke Papua Barat.
Mama-mama warga suku Moi menganyam noken. Foto: Erlangga Bregas Prakoso/ANTARA FOTO
Pengakuan tersebut menjadi angin segar bagi warga yang menghuni kampung seluas 1.750 hektar itu dalam mempertahankan hutan. Mereka kini berhak penuh dalam mengelola kawasan hutan kampung.
Warga suku Moi Riki Ricardo Fami mengamati burung cendrawasih kuning kecil di hutan Balempe. Foto: Erlangga Bregas Prakoso/ANTARA FOTO
Keanekaragaman hayati beserta keindahan alam hutan tersebut berpadu dengan budaya masyarakat suku Moi yang terus dijaga sehingga menjadi daya tarik sebagai kampung wisata dan mampu menarik turis untuk berkunjung.
ADVERTISEMENT
Burung cenderawasih kuning kecil (Paradisaea minor) bertengger di ranting pohon di hutan Belempe. Foto: Erlangga Bregas Prakoso/ANTARA FOTO
Kampung Malasigi memiliki daya tarik alam berupa tutupan hutan alami dengan kontur pepohonan yang rindang sebagai habitat burung-burung endemik Papua, termasuk Cendrawasih Kuning Kecil (Paradisea minor).
Warga Suku Moi berjalan berjalan di Kampung Malasigi. Foto: Erlangga Bregas Prakoso/ANTARA FOTO
Tak hanya keindahan flora dan fauna, tradisi masyarakat yang selalu ramah dengan para pengunjung juga menambah daya tarik bagi wisatawan untuk datang ke kampung itu.
Warga suku Moi Riki Ricardo Fami (kanan) mendampingi pengunjung saat mengamati burung cendrawasih di hutan Balempe. Foto: Erlangga Bregas Prakoso/ANTARA FOTO
Pengelolaan Kampung Malasigi sebagai destinasi wisata terus dilakukan melalui promosi dan penataan kawasan agar semakin menarik kunjungan wisatawan lokal dan mancanegara. Upaya itupun didukung pemerintah, organisasi non profit dan perusahaan turut berkontribusi untuk keberlanjutan lingkungan.
Warga Suku Moi berjalan di Kampung Malasigi. Foto: Erlangga Bregas Prakoso/ANTARA FOTO
Perubahan Kampung Malasigi menjadi ekowisata unggulan di Kabupaten Sorong menyimpan sebuah kisah menarik.
ADVERTISEMENT
Bermula dari seorang warga asli suku Moi Kampung Malasigi bernama Riki Ricardo Fami belajar dari Absolom Dominggus Kalami yang sudah lebih dulu membuat kampung ekowisata di Kampung Wisata Malagufuk, Distrik Makbon, Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya.
Pemandangan gugusan Bima Sakti atau Milky Way saat malam hari di Kampung Malasigi. Foto: Erlangga Bregas Prakoso/ANTARA FOTO
Proses pembelajaran ini yang menjadi bekal untuk meyakinkan masyarakat kampungnya bisa mengandalkan ekowisata sebagai pengahasilan utamanya dengan cara menjaga hutan sebagaimana yang selalu diajarkan oleh para leluhurnya.
Kepala Adat Suku Moi Stefanus Fami berpose di Kampung Malasigi. Foto: Erlangga Bregas Prakoso/ANTARA FOTO
Di tengah tekanan investasi berbasis lahan, masyarakat adat di Kampung Malasigi masih tetap berjuang melindungi hutan untuk menjaga keseimbangan kehidupan karena bagi mereka, hutan merupakan sumber penghidupan dan titipan leluhur.
ADVERTISEMENT