Esai Foto: Mimpi Itu Masih Ada

12 September 2024 17:24 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mahmoud Ajjour, seorang anak yang terluka yang dievakuasi dari Gaza, menunggu bus sekolah di Doha, Qatar. Foto: Ibraheem Abu Mustafa/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Mahmoud Ajjour, seorang anak yang terluka yang dievakuasi dari Gaza, menunggu bus sekolah di Doha, Qatar. Foto: Ibraheem Abu Mustafa/REUTERS
Warga Palestina berusia 9 tahun, Mahmoud Youssef Ajjour masih bermimpi menjadi pilot suatu hari nanti, meskipun kedua tangannya harus diamputasi karena terkena serangan roket Israel.
Mahmoud Ajjour, seorang anak yang terluka dan dievakuasi dari Gaza, minum air di rumahnya sambil bersiap berangkat ke sekolah, di Doha, Qatar. Foto: Ibraheem Abu Mustafa/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Mahmoud Ajjour, seorang anak yang terluka dan dievakuasi dari Gaza, minum air di rumahnya sambil bersiap berangkat ke sekolah, di Doha, Qatar. Foto: Ibraheem Abu Mustafa/REUTERS
Di sebuah apartemen kecil di Doha, ibu kota negara Teluk Arab yang kaya, ibu Ajjour perlahan-lahan membantunya mengenakan seragam sebelum berangkat sekolah. Ajjour bersama kedua orang tuanya merupakan warga Palestina yang dievakuasi ke Qatar.
Mahmoud Ajjour, seorang anak yang terluka dan dievakuasi dari Gaza, bermain di ponselnya, di Doha, Qatar. Foto: Ibraheem Abu Mustafa/REUTERS
Ajjour mengatakan, roket Israel menghantam saat ia berjalan meninggalkan rumahnya di Gaza bersama kedua orang tuanya pada Desember 2023.
"Saya tergeletak di tanah, saya tidak tahu apa yang menimpa saya, saya tidak tahu bahwa saya kehilangan lengan saya," kata Ajjour.
Mahmoud Ajjour, seorang anak yang terluka dan dievakuasi dari Gaza, bermain di halaman depan rumahnya di Doha, Qatar. Foto: Ibraheem Abu Mustafa/REUTERS
Ajjour dioperasi di Gaza dengan pembiusan (anestesi) terbatas, terbangun dari operasi dengan rasa sakit yang hebat dan lengannya telah hilang.
Mahmoud Ajjour, seorang anak yang terluka dan dievakuasi dari Gaza, duduk di rumah bersama ibunya saat ia mengajarinya menulis menggunakan kakinya, di Doha, Qatar. Foto: Ibraheem Abu Mustafa/REUTERS
Namun, ia termasuk orang yang beruntung, yang berhasil lolos dari wilayah yang hancur, tempat banyak rumah sakit dan dokter mengatakan sering kali harus melakukan operasi tanpa bius dan obat penghilang rasa sakit.
Mahmoud Ajjour, seorang anak yang terluka dan dievakuasi dari Gaza, membaca di kelas di Sekolah Palestina, di Doha, Qatar. Foto: Ibraheem Abu Mustafa/REUTERS
Qatar merupakan negara yang menerima warga Gaza yang terluka untuk dirawat, di tengah upaya mediasi gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
Ajjour kini merindukan Gaza yang semarak sebelum terjadi perang, meskipun kemiskinan dan pengangguran tinggi di tempat yang dulunya merupakan salah satu tempat terpadat di dunia.
"Saya ingin Gaza menjadi indah kembali," kata Ajjour.
Mahmoud Ajjour, seorang anak yang terluka dan dievakuasi dari Gaza, duduk di kelas di Sekolah Palestina, di Doha, Qatar. Foto: Ibraheem Abu Mustafa/REUTERS
Kini, Ajjour mengenyam pendidikan di Sekolah Palestina yang telah lama berdiri di Qatar. Ia duduk bersama teman-teman sekelasnya, menulis dan menjawab pertanyaan dari guru.
Mahmoud Ajjour, seorang anak yang terluka dan dievakuasi dari Gaza, duduk di kelas di Sekolah Palestina, di Doha, Qatar. Foto: Ibraheem Abu Mustafa/REUTERS
Dengan suara lantang, Ajjour masih memendam keyakinan akan mencoba segalanya untuk menggapai cita-citanya.
Mahmoud Ajjour, seorang anak yang terluka dan dievakuasi dari Gaza, melaksanakan salat bersama ayahnya di sebuah masjid di Doha, Qatar. Foto: Ibraheem Abu Mustafa/REUTERS
"Saya akan menjadi pilot, dan saya akan bermain sepak bola dengan teman-teman saya," ujar Ajjour.
Mahmoud Ajjour, seorang anak yang terluka dan dievakuasi dari Gaza, bermain sepak bola di halaman depan rumahnya di Doha, Qatar. Foto: Ibraheem Abu Mustafa/REUTERS