Esai Foto: Nasib Dua Kota Besar di Pesisir Utara Jawa yang Terancam Tenggelam

26 Juni 2022 10:41 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rumah Tenggelam-Air rob menenggelamkan sebuah rumah di kawasan Tambakrejo, Semarang, Jawa Tengah. Tinggi air pun mencapai lebih dari setengah dari bangunan rumah. Foto: Rizki Ardandhitya Dwi Krisnanda/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Rumah Tenggelam-Air rob menenggelamkan sebuah rumah di kawasan Tambakrejo, Semarang, Jawa Tengah. Tinggi air pun mencapai lebih dari setengah dari bangunan rumah. Foto: Rizki Ardandhitya Dwi Krisnanda/kumparan
ADVERTISEMENT
Hidup segan, mati tak mau, begitulah pepatah yang bisa menggambarkan kondisi Desa Tambakrejo, Kelurahan Tanjung Emas, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang, Jawa Tengah. Masyarakat desa setempat mempertaruhkan hidupnya setiap hari dengan berkutat bersama banjir rob. Tak jarang, genangan air laut juga ikut merangsek masuk ke rumah mereka.
ADVERTISEMENT
Bahkan, di beberapa sudut kampung, para warga yang memiliki keterbatasan finansial terpaksa merelakan hunian miliknya perlahan-lahan tenggelam. Kini, mereka hanya memiliki dua pilihan dengan kondisinya, yakni terpaksa hidup berdampingan dengan rob, atau pergi meninggalkan rumahnya.
Situasi lain yang sehari-hari harus mereka jalani ialah menembus rob agar tetap bisa beraktivitas. Kondisi jalanan yang begitu licin menjadi pertanda untuk mereka agar lebih berhati-hati.
Bahkan, para warga terpaksa harus menaruh kendaraan mereka di depan gang karena tidak dapat terparkir di rumah masing-masing. Tak jarang, dalam genangan banjir juga terlihat sampah yang ikut hanyut disertai dengan bau yang kurang sedap.
Jalanan Terendam-Beberapa warga menerjang banjir yang merendam Gang Teratai di desa Tambaklorok, Semarang, Jawa Tengah dengan tinggi 1,2 meter pada Jumat (17/6/2022). Foto: Rizki Ardandhitya Dwi Krisnanda/kumparan
Desa nelayan ini juga telah tenggelam dan menyatu dengan perairan Laut Jawa. Pada bagian paling jauh dari daratan terlihat bangunan bekas Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang tetap berdiri kokoh di tengah laut.
ADVERTISEMENT
Selain itu, terlihat juga bangunan rumah yang porak-poranda akibat diterpa ombak. Akibat dari kondisi ini, para warga menyebut wilayah mereka dengan julukan Tanah yang Hilang.
Puluhan beton yang tertancap di bawah air ini memiliki rencana awal sebagai Tempat Pelelangan Ikan (TPI) oleh pemerintah. Namun, karena diterpa berbagai macam kondisi yang kurang memadai akhirnya TPI bergeser ke desa sebelah, Tambaklorok. Tempat ini menjadi sebuah penanda sekaligus pengingat tentang adanya kehidupan di sekitar sana.
Sedikit jauh dari daratan, tanaman mangrove tetap kuat menahan laju ombak yang cukup besar. Namun, dalam segi jumlah, ia tergolong minim untuk menghalau laju abrasi.
Beberapa pihak terkait seperti pemerintah, universitas dan pihak perorangan maupun swasta tergerak untuk memperbanyak mangrove di sekitar Tambakrejo.
Tebar Jaring Ikan-Elon (43) seorang warga asal Peterongan, Semarang menebar jaring ikan di perairan sekitar desa Tambakrejo, Semarang, Jawa Tengah pada Rabu (8/6/2022). Foto: Rizki Ardandhitya Dwi Krisnanda/kumparan
Mencari Ikan di Tanah Hilang-Rukan (39) mendayung perahu miliknya yang sempat tersangkut oleh sampah di Perairan Laut Jawa sekitar desa Tambakrejo, Semarang, Jawa Tengah pada Jumat (10/6/2022). Foto: Rizki Ardandhitya Dwi Krisnanda/kumparan
Sejatinya, sebagai sebuah kota yang terletak di pesisir, persoalan banjir rob adalah hal yang wajar terjadi. Namun, tidak hanya air laut yang menjadi musabab, melainkan penurunan permukaan tanah.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan catatan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) selama periode 2015 hingga 2020, penurunan tanah di Semarang mencapai titik tertingginya hingga 23 sentimeter.
Sedangkan di Jakarta mencapai 20 sentimeter. Dua daerah ini menduduki peringkat kedua dan ketiga di dunia dalam bencana penurunan tanah. Sedangkan pada urutan pertama berada di, China.
Bagi Husni (63), banjir dan penurunan tanah merupakan dua entitas yang sudah lazim terdengar. Sejak tahun 1999 silam, Husni merasakan langsung bagaimana hal itu menimpa rumahnya di kawasan Muara Baru.
Ia menuturkan sudah jadi risiko untuk rutin meninggikan rumah setiap 4-6 tahun sekali. Karenanya, hampir rata-rata bangunan semi permanen di sana sudah mengalami perombakan sebanyak tiga kali, termasuk Mushola Nurul Huda. Saat renovasi, masing-masing warga biasanya akan membongkar keseluruhan bangunan.
Pasokan Air Bersih-Warga melaksanakan salat bersama di Mushola Nurul Huda, Muara Baru. Akses kebutuhan air untuk beribadah sehari-hari mereka peroleh dari pengepul air yang berlokasi cukup jauh dari Mushola. Foto: Mizard Alhamdani/kumparan
Seorang wanita paruh baya, Alfiah bertutur atas kondisi tanah kelahirannya ini. Ia lahir sekaligus tumbuh besar di Tambakrejo sejak 1971 silam dan telah merasakan asam garam tinggal di desa ini. Baginya, kondisi terparah yang dirasakannya selama satu dekade terakhir ialah saat jebolnya tanggul di Pelabuhan Tanjung Emas pada 23 Mei 2022 lalu.
ADVERTISEMENT
“Air rob tiba-tiba naik cepat sekali waktu itu, dan kebetulan saya sedang di rumah sendirian, jadi nggak ada yang bantu angkat barang dan mindahin,” jelas ibu RT 05 RW 16 tersebut. Ia juga menambahkan barang elektronik seperti kulkas tidak bisa diselamatkan hingga terjadi korsleting dan rusak.
Rumah setinggi 4,5 meter yang dihuni olehnya tiap tahun menjadi wajib untuk direnovasi, entah sekadar meninggikan bangunan atau membenahi sudut ruang yang terkikis air laut yang menggenang.
Air Rob Merangsek Masuk Rumah- Kondisi rumah Alifah (51) Ibu RT 5 RW 16 tergenang air rob yang masuk dari sela-sela dinding rumah. Air ini setiap harinya akan memasuki rumahnya dari subuh dan surut sekitar pukul 10 malam. Foto: Rizki Ardandhitya Dwi Krisnanda/kumparan
Air rob membanjiri beberapa gang di wilayah sekitar Tambaklorok. Tak sekadar air, sampah juga ikut hanyut menggenang. Atas kondisi ini, bau tidak sedap tercium begitu menyeruak. Namun, di balik kotornya terdapat raut kebahagiaan para anak-anak yang bermain kegirangan.
ADVERTISEMENT
Keruhnya air di pemukiman menimbulkan permasalahan mengenai krisis air bersih yang harus mereka gunakan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan memasak, mencuci, maupun mandi. Para warga setempat terpaksa harus memutar otak dan merogoh kocek yang cukup dalam setiap bulannya.
Air titis, sebuah sumber mata air yang akhirnya mau tidak mau digunakan oleh warga untuk mendapatkan sumber air bersih. Keberadaan air titis di wilayah kampung ini dikelola oleh pihak perorangan. Harga yang dibanderol setiap kubiknya yaitu sebesar Rp 4 ribu.
“Pernah dalam satu minggu paling banyak menghabiskan sekitar Rp 80 ribu akibat robnya gede dan kebutuhan banyak,” ucap Ngadirno sembari membasuh kakinya dengan air bersih sebelum memasuki rumahnya di Tambaklorok.
Rata-rata konsumsi air bersih yang dihabiskannya jika dalam kondisi normal yaitu sekitar Rp 50 ribu tiap minggunya. Jika dikalkulasikan, ia dan juga warga sekitar setiap bulannya harus menyisihkan setidaknya Rp 200 ribu untuk sekadar mendapatkan air bersih, belum untuk kebutuhan lain-lainnya.
ADVERTISEMENT
Besaran nominal tersebut bisa dibilang cukup besar bagi mereka yang notabene dengan pekerjaan nelayan maupun pedagang, karena penghasilan mereka setiap bulan atau bahkan per harinya tidak menentu.
Banjir Rob Berikan Kebahagiaan Bagi Anak- Anak-anak terlihat begitu girang ketika memanfaatkan banjir rob yang berada di sekitar rumah mereka untuk bermain bersama-sama pada Jumat (17/6/2022). Foto: Rizki Ardandhitya Dwi Krisnanda/kumparan
Beberapa tahun lalu, sebuah kesepakatan penyediaan air bersih sempat dihasilkan antara pihak perum perikanan dengan warga Muara Baru sebagai kompensasi penutupan akses kampung. Namun karena kualitas air yang tak sesuai ekspektasi dan juga penuh kontroversi, kesepakatan ini akhirnya terhenti. Warga pun tidak tinggal diam demi akses air bersih. Berbagai upaya juga dikerahkan seperti pengajuan pemasangan jaringan pipa air, meski urung direalisasikan karena terjegal regulasi.
Kini untuk urusan air sehari-hari, mereka biasa memanfaatkan sumber penampungan milik perorangan yang berada tak jauh dari kampung. Dengan merogoh kocek 10 ribu untuk setiap drum, warga cukup mengulur selang hasil swadaya yang tergeletak di sepanjang area tanggul lama.
ADVERTISEMENT
Selain itu mereka menggantungkan kebutuhan air kepada pengepul air setempat untuk kemudian disalurkan ke warga sekitar. "Seadanya saja kita, ya alhamdulillah masih hidup sampai sekarang" tutur Husni.
Denyut Pompa Air Penyelamat Warga-Seorang warga membersihkan sampah yang menyangkut di selang pompa air di persimpangan desa Tambaklorok dan Tambakrejo, Semarang, Jawa Tengah pada Kamis (16/6/2022). Foto: Rizki Ardandhitya Dwi Krisnanda/kumparan
Waktu menunjukkan pukul sembilan malam. Aktivitas di kawasan Pelabuhan Perikanan Nizam Zachman, Muara Baru, nampak mulai senggang. Hanya sesekali terdengar deru kendaraan warga yang melintas. Di bawah pancaran sinar purnama, sebuah truk Hino telah terparkir sempurna sejak beberapa hari lalu dekat tanggul lama. Meski sebagian besar truk di sana diperuntukkan sebagai moda angkut hasil ikan, namun truk berwarna biru tersebut jelas berbeda tujuan.
Tak jauh dari sana, Erwin (42) beserta seorang rekannya tengah berbincang satu sama lain. Kehadiran mereka di sana tentu bukanlah untuk memancing ikan di pesisir. Sudah beberapa hari terakhir mereka telah bermalam dengan salah satu truk pompa milik Suku Dinas Sumber Daya Air Jakarta Utara.
ADVERTISEMENT
Hal ini ditengarai imbauan pihak BMKG terkait potensi banjir rob yang melanda sejumlah wilayah pesisir pada 11-23 Juni. Faktor fase bulan purnama dan pasang laut yang terjadi secara bersamaan sudah cukup jadi alasan untuk mereka bersiaga. Bermodalkan pencahayaan telepon genggam dan alunan musik Iwan Fals, sesekali Erwin mengawasi laju debit air yang masuk ke dalam kawasan pelabuhan secara seksama.
Dibalik tumpukan karung tanggul pelabuhan, hanya terpaut tujuh puluh meter dari lokasi Erwin berdiri, bergulir salah satu mega proyek pembangunan tanggul raksasa National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) yang akan membentengi pesisir Jakarta sepanjang 120 kilometer.
ADVERTISEMENT
Meski telah sepenuhnya terlindungi oleh proyek tanggul raksasa, bukan jaminan kawasan Muara Baru akan langsung terbebas dari malapetaka. Di wilayah RT 20/RW 17 saja, sebuah proyek tanggul lama tengah dikerjakan oleh pihak setempat usai banjir kembali melanda beberapa bulan lalu.
Bermain-Sejumlah anak-anak menghabiskan waktu sore dengan bermain bersama dekat proyek tanggul raksasa di Kali Baru, Cilincing. Foto: Mizard Alhamdani/kumparan
Sri Mulyani (60) mengungkapkan, saat itu, tepat di bawah rumahnya luapan air laut yang didominasi oleh sampah plastik terbawa hingga mencapai area Rusunawa. Seperti kawasan padat penduduk pada umumnya, sampah juga kerap menjadi persoalan. Tidak adanya petugas sampah, membuat sebagian besar warga tak punya pilihan lain kecuali membuangnya ke laut.
ADVERTISEMENT
Sebagian warga di sana paham betul akan kondisi tanah di wilayahnya yang terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Perbaikan tanggul lama yang tengah dikerjakan saat ini pun menurutnya bukanlah sebuah keharusan, bahkan terkesan sia-sia.
Mirip dengan kasus di Jakarta, tanggul yang berdiri kokoh di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang pada Mei lalu tidak lagi kuat menahan gempuran air laut, sehingga jebol dan air membanjiri kawasan sekitar.
Ganis Erutjahjo selaku Koordinator Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Maritim BMKG Tanjung Emas mengkonfirmasi parahnya kondisi saat jebolnya tanggul. “Titik tertinggi saat banjir waktu itu mencapai dua meter selama kurang lebih tiga jam,” tuturnya. Ia juga menambahkan mengenai kondisi normal ketinggian air seharusnya berada di angka 120 cm. Bahkan, jika mencapai 150 cm saja, air sudah dipastikan meluber ke daratan.
ADVERTISEMENT
Faktor jebolnya tanggul selain puncak pasang yang cukup lama ialah kecepatan angin mencapai 20 knots. Kencangnya angin membawa arus otomatis menjadi lebih cepat dengan ditambah tekanan arus menjadi naik.
Walau begitu, pihak pemerintah telah menyediakan pompa air di beberapa titik untuk membuang genangan yang berada di darat kembali ke laut. Nahas, kondisi tersebut nyatanya tidak dapat terselamatkan secara cepat.
Terhitung sekitar 8.000 warga menjadi terdampak banjir rob ini dan pabrik industri terpaksa menghentikan operasionalnya. Beberapa wilayah yang menjadi imbas ialah kawasan Pelabuhan Tanjung Emas, Tambaklorok, Tambakrejo, dan juga Bandarharjo.
Hidup Berdampingan-Sebuah tanggul tinggi membatasi lahan milik Pelabuhan Indonesia II cabang Sunda Kelapa dari hantaman gelombang laut di Muara Baru. Foto: Mizard Alhamdani/kumparan