Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Esai Foto: Segelas Kopi Starling untuk Kebahagiaan Warga Jakarta
14 Mei 2022 12:22 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Bike to work menjadi tren di Jakarta sekitar lima tahun terakhir, di tengah upaya pengurangan polusi dan hasrat masyarakat untuk tetap berolahraga di tengah kesibukan kerja.
Pedagang kopi starling sudah ada sejak sekitar tahun 1999. Mereka merupakan komunitas masyarakat Madura yang merantau ke Jakarta. Mayoritas mereka bermukim bersama, seperti di kawasan Senen dan Tanah Abang.
ADVERTISEMENT
Melihat pemukiman para pedagang kopi starling di Jalan Prapatan, Senen, Jakarta Pusat, pedagang terlihat sibuk menyiapkan kopi sachet. Terlihat juga sepeda-sepeda yang sudah tak dipakai digantung di tembok rumah.
Di gang tersebut (Jalan Prapatan), ada sekitar 400 pedagang starling yang tinggal di sana. Sebelum bulan puasa, banyak dari mereka sudah mudik. Biasanya setelah Lebaran, mereka membawa saudara atau kerabat dari Madura ikut ke Jakarta untuk bekerja sebagai pedagang kopi starling. Dari situlah regenerasi pedagang kopi starling.
Bagi mereka ibu kota memberikan banyak harapan di tengah sulitnya mencari pekerjaan. Mereka pun memberanikan diri mengadu nasib mereka meski hanya sebagai pedagang starling.
Banyak agen distributor kopi datang ke sana, jadi mereka tak perlu ke pasar. Para pedagang hanya menyiapkan air panas ke dalam termos.
ADVERTISEMENT
Dalam seharinya mereka bisa menghabiskan empat termos air panas dan enam botol air dingin untuk menyeduh kopi. Tak hanya menjual kopi mereka juga menjual mi instan, rokok, dan minuman instan lain selain kopi. Uang sekitar Rp 200 ribu sampai Rp 400 ribu, bisa mereka kantongi setiap harinya dari hasil mengayuh sepeda berjualan tersebut.
Mereka sudah mewarnai Jakarta sejak lama. Mangkal di tempat ramai seperti halte tempat warga Jakarta menunggu angkutan transportasi umum saat pulang kerja atau mangkal di depan gedung yang banyak kantornya. Pedagang kopi starling juga sering mangkal di tempat unjuk rasa. Seorang pedagang bernama Fauzi mengatakan tempat favoritnya untuk mangkal adalah lokasi unjuk rasa karena dagangannya cepat habis.
Namun sayang, keberadaan mereka dinilai mengganggu pedestrian dan merusak estetika kota. Setiap harinya mereka harus kucing-kucingan dengan Satpol PP yang selalu menertibkan mereka.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut bertentangan dengan para pembeli yang merasa terbantu dengan keberadaan pedagang kopi starling. Karenanya, masyarakat tak bosan menunggu angkutan transportasi dan bisa ngopi dengan cara yang sederhana, tentunya dengan harga yang tak lebih dari Rp 10 ribu.
Pedagang kopi starling berharap keberadaan mereka tak dinilai mengganggu, karena sedikitnya telah membantu membahagiakan warga Jakarta lewat segelas kopi yang sangat sederhana.
***
ADVERTISEMENT