Esai Foto: Segelas Kopi Starling untuk Kebahagiaan Warga Jakarta

14 Mei 2022 12:22 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bersepeda Sambil Berjualan-Para pedagang cukup diuntungkan dengan banyak dibuatnya jalur sepeda di Jakarta. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Bersepeda Sambil Berjualan-Para pedagang cukup diuntungkan dengan banyak dibuatnya jalur sepeda di Jakarta. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Bike to work menjadi tren di Jakarta sekitar lima tahun terakhir, di tengah upaya pengurangan polusi dan hasrat masyarakat untuk tetap berolahraga di tengah kesibukan kerja.
Termos Seduh-Dalam sehari, pedagang starling bisa menghabiskan hingga empat termos air panas. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Di Jakarta, terdapat profesi pedagang kopi yang menggunakan sepeda untuk bekerja, berkeliling mencari pembeli. Masyarakat menamainya ‘starling’, merupakan pelesetan singkatan dari Starbucks keliling.
Jelajah Ibu Kota-Pedagang starling menjelajah pusat kota Jakarta menyajikan kopi untuk dinikmati warga sehabis kerja atau yang tak sempat mampir ke kafe. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Pedagang kopi starling sudah ada sejak sekitar tahun 1999. Mereka merupakan komunitas masyarakat Madura yang merantau ke Jakarta. Mayoritas mereka bermukim bersama, seperti di kawasan Senen dan Tanah Abang.
ADVERTISEMENT
Melihat pemukiman para pedagang kopi starling di Jalan Prapatan, Senen, Jakarta Pusat, pedagang terlihat sibuk menyiapkan kopi sachet. Terlihat juga sepeda-sepeda yang sudah tak dipakai digantung di tembok rumah.
Kampung Starling-Suasana di "kampung starling," tempat bermukim para starling di kawasan Kwitang, Senen Jakarta Pusat. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Sepeda Gantung-Sepeda-sepeda bekas digantung di dinding rumah di pemukiman starling di kawasan Kwitang. Sepeda itu juga sebagai cadangan para pedagang. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Di gang tersebut (Jalan Prapatan), ada sekitar 400 pedagang starling yang tinggal di sana. Sebelum bulan puasa, banyak dari mereka sudah mudik. Biasanya setelah Lebaran, mereka membawa saudara atau kerabat dari Madura ikut ke Jakarta untuk bekerja sebagai pedagang kopi starling. Dari situlah regenerasi pedagang kopi starling.
Tempat Ramai-Mereka memilih tempat ramai, namun seringkali keberadaannya menjadi target Satpol-PP yang bertugas menertibkan. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Bagi mereka ibu kota memberikan banyak harapan di tengah sulitnya mencari pekerjaan. Mereka pun memberanikan diri mengadu nasib mereka meski hanya sebagai pedagang starling.
Menyiapkan Kopi-Pedagang starling menyiapkan kopi di depan ruamhnya di kawasan Kwitang, Senen Jakarta Pusat, sebelum dia berangkat bekerja. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Banyak agen distributor kopi datang ke sana, jadi mereka tak perlu ke pasar. Para pedagang hanya menyiapkan air panas ke dalam termos.
ADVERTISEMENT
Dalam seharinya mereka bisa menghabiskan empat termos air panas dan enam botol air dingin untuk menyeduh kopi. Tak hanya menjual kopi mereka juga menjual mi instan, rokok, dan minuman instan lain selain kopi. Uang sekitar Rp 200 ribu sampai Rp 400 ribu, bisa mereka kantongi setiap harinya dari hasil mengayuh sepeda berjualan tersebut.
Waktu Pulang Kerja-Waktu pulang kerja bagi kebanyakan orang merupakan waktu pas untuk pedagang starling untuk bekerja. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Mereka sudah mewarnai Jakarta sejak lama. Mangkal di tempat ramai seperti halte tempat warga Jakarta menunggu angkutan transportasi umum saat pulang kerja atau mangkal di depan gedung yang banyak kantornya. Pedagang kopi starling juga sering mangkal di tempat unjuk rasa. Seorang pedagang bernama Fauzi mengatakan tempat favoritnya untuk mangkal adalah lokasi unjuk rasa karena dagangannya cepat habis.
Seduh Kopi-Dari menyeduh kopi, omset pedagang dalam seharinya bisa sampai Rp 300 ribu sampai Rp 500 ribu. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Namun sayang, keberadaan mereka dinilai mengganggu pedestrian dan merusak estetika kota. Setiap harinya mereka harus kucing-kucingan dengan Satpol PP yang selalu menertibkan mereka.
Libas Jalan Ibu Kota-Mereka bisa menempuh belasan kilometer jalan setiap harinya. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Hal tersebut bertentangan dengan para pembeli yang merasa terbantu dengan keberadaan pedagang kopi starling. Karenanya, masyarakat tak bosan menunggu angkutan transportasi dan bisa ngopi dengan cara yang sederhana, tentunya dengan harga yang tak lebih dari Rp 10 ribu.
Bersahabat dengan Pelanggan-Pedagang berfoto dengan pelanggan saat mereka merayakan ulang tahun. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Pedagang kopi starling berharap keberadaan mereka tak dinilai mengganggu, karena sedikitnya telah membantu membahagiakan warga Jakarta lewat segelas kopi yang sangat sederhana.
Berangkat Bekerja-Seorang pedagang mengayuh sepedanya saat berangkat bekerja, menyeduh kopi untuk dinikmati masyarakat di jalanan di Jakarta. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
***
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT