Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Esai Foto: Upaya Mitigasi Konflik Gajah Sumatra dan Manusia
5 Juni 2022 12:13 WIB
·
waktu baca 3 menitSuara raungan mesin diesel kapal katinting memecah kesunyian saat sebuah tim pemasangan kalung sistem pemosisian global (GPS collar) menyusuri kanal menuju lokasi dua kelompok gajah sumatra (Elephas maximus sumatranus) liar yang sering melintas di kawasan konsesi perkebunan Hutan Tanaman Industri (HTI) di Simpang Heran, Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan.
Pemasangan GPS collar dilakukan di kantong habitat Sugihan-Simpang Heran yang berada di area konsesi mitra pemasok APP Sinar Mas, PT Bumi Andalas Permai (BAP). Di dalam kawasan yang ditumbuhi tanaman akasia dan eukaliptus tersebut terdapat tiga kelompok gajah . Namun kali ini, pemasangan GPS collar hanya ditujukan untuk dua individu gajah yang hidup di dua kelompok gajah.
Kedua gajah Sumatra liar berjenis kelamin betina tersebut diberi nama Meilani (40 tahun) dengan berat 2.812 kg dan Meisi (30 tahun) dengan berat 2.545 kg. Selain pemasangan GPS Collar, dilakukan juga pengukuran lingkar badan, lingkar kaki termasuk pengambilan sampel darah pada kedua gajah tersebut.
Kedua gajah betina ini dinilai memenuhi syarat untuk dipasangi GPS Collar karena sudah berusia lebih dari 25 tahun, tidak dalam kondisi mengandung dan menjadi gajah dominan di kelompoknya.
Tujuan dari pemasangan ini adalah untuk memantau pergerakan kelompok gajah sumatra sebagai upaya mitigasi konflik antara manusia dengan satwa dilindungi. Kelompok gajah yang akan dipasang GPS collar tersebut merupakan kelompok yang pernah berkonflik dengan manusia pada Rabu (4/5/2020)lalu.
Pemetaan wilayah jelajah gajah sangat diperlukan untuk mendeteksi kebiasaan gajah dalam menjelajahi wilayahnya. "Biasanya kelompok gajah akan melewati jalur yang sama ketika menjelajahi sebuah wilayah," kata Kepala BKSDA Sumatera Selatan Ujang Wisnu Barata.
Ketika kelompok gajah itu masuk ke permukiman, warga bisa mendapatkan peringatan diri dari pihak berwenang agar lebih waspada dan menyiapkan diri ketika wilayahnya dilewati kelompok gajah. "Dengan begitu konflik antara manusia dan gajah bisa diminimalisasi," lanjut Ujang.
Tidak hanya masyarakat, perusahaan yang area konsesinya dilalui kawanan gajah liar pun bisa memanfaatkan pemasangan GPS collar ini sehingga dalam pengembangan perusahaan tidak bersenggolan dengan kawasan jelajah gajah.
Namun, pemasangan GPS collar perlu disosialisasikan kepada masyarakat bahwa pemasangan tersebut bukan untuk menyelesaikan konflik. Jangan sampai masyarakat berpikir jika sudah dipasang GPS Collar maka konflik sudah selesai.
"GPS collar bukan remot untuk mengendalikan gajah. Tapi untuk memberikan early warning kepada masyarakat," tutup Ketua Forum Komunikasi Mahout Indonesia Nazaruddin.