Ethiopian Airlines Bukan Sekadar Pesawat, Tapi Simbol Kehidupan

11 Maret 2019 13:33 WIB
clock
Diperbarui 20 Maret 2019 20:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
 Ethiopian Airlines. Foto: AFP/JENNY VAUGHAN
zoom-in-whitePerbesar
Ethiopian Airlines. Foto: AFP/JENNY VAUGHAN
ADVERTISEMENT
Ethiopian Airlines lebih dari sekadar maskapai penerbangan di mata warga Ethiopia. Itu karena, Ethiopian Airlines telah berkontribusi terhadap pembangunan negara. Di tengah upaya pemerintahan Ethiopia yang bangkit dari masalah ekonomi, maskapai tersebut menjadi harapan sekaligus simbol modernitas di sana.
ADVERTISEMENT
Sebagai sebuah maskapai yang dikelola pemerintah, Ethiopian Airlines mengemban misi yang besar untuk mensejahterakan masyarakat. Laba yang diperoleh lantas menjadi modal besar untuk membangun infrastruktur negara berpenduduk 105 juta orang tersebut.
"Maskapai ini memiliki kewajiban nasional untuk memainkan peran dalam pembangunan sosial ekonomi secara luas," kata Hanna Atnafu, Manager Komunikasi Korporat Ethiopian Airlines seperti dilansir apex.aero.
Ilustrasi Ethiopian Airlines. Foto: Shutter Stock
Hanna layak berkata demikian. Karena dengan laba yang diperoleh, pemerintah Ethiopia mengalokasikannya untuk menata fasilitas publik. Salah satunya adalah proyek transportasi massal kereta cepat Addis Ababa Light Rail pada 2015. Kereta cepat yang digagas Presiden Mulatu Teshome itu merupakan yang pertama di benua hitam tersebut.
Masyarakat Ethiopia jelas gembira dengan adanya Addis Ababa Right Rail. Itu karena, kereta tersebut membentang dari pusat kota ke kawasan industri. Mobilisasi yang cepat menyebabkan wajah perekonomian Ethiopia juga semakin membaik. Tak heran jika saat ini Ibu Kota Addis Ababa dijuluki sebagai Dubai-nya Afrika oleh para wisatawan mancanegara.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, kontribusi Ethiopian Air tak berhenti di situ. Sang CEO, Tewolde Gebremariam, paham betul bahwa negaranya memiliki banyak destinasi sejarah yang menarik. Dia tahu bahwa UNESCO telah menetapkan 9 situs warisan dunia di negaranya. Itu mengapa dia kemudian berambisi menjadikan Ethiopian Airlines sebagai upaya untuk memasarkan Ethiopia sebagai tujuan wisata.
CEO Ethiopian Airlines Tewolde Gebremariam. Foto: AFP/JENNY VAUGHAN
Maka, Tewolde benar-benar tencap gas. Dalam wawancara kepada Salamtam Magazine edisi Maret-April 2016, Tewolde menyebut telah menciptakan pasar untuk bisnis hotel dan bisnis lainnya melalui pesawat yang ia kelola.
“Kami telah memperjuangkan sektor pariwisata Ethiopia dengan menawarkan layanan ke semua tujuan wisata utama di sini, dan kami mempromosikan Ethiopia sebagai tujuan pilihan bagi lebih dari satu miliar wisatawan global yang bepergian bersama kami,” kata Tewolde.
ADVERTISEMENT
Upaya Tewolde itu memang berhasil. Bank Dunia pada 2015 mencatat bahwa selama satu dekade terakhir, jumlah wisatawan mancanegara naik 10 persen atau sekitar 681 ribu wisatawan. Bisnis pariwisata itu kemudian menyumbang 4,5 persen dari PDB tahunan Ethiopia, serta menyumbang satu juta lapangan pekerjaan.
Kegiatan ekspor pertanian pun tak lepas dari Ethiopian Air. Maklum, 85 persen dari penduduk Ethiopia memang bekerja sebagai petani. Mereka paling banyak menghasilkan kopi dan beragam sayur mayur. Peran Ethiopian Air lantas menjadi vital dalam mendistribusikan hasil panen warga ke penjuru dunia.
Sejumlah pekerja memilih biji kopi dengan kualitas brendah di distrik Shebedino di Sidama, Ethiopia. Foto: REUTERS / Maheder Haileselassie
Sebagai sebuah negara di Benua Afrika, Ethiopia memang memiliki lokasi terbilang strategis. Ethiopia terletak di bagian timur laut Afrika yang dikenal sebagai "Tanduk Afrika". Itu sekaligus berbatasan dengan Sudan Utara dan Selatan di barat, Somalia dan Djibouti di Timur, Eritrea di Utara dan barat laut dan Kenya di Selatan.
ADVERTISEMENT
Lokasi yang strategis itu menjadikan Ethiopian Airlines sebagai maskapai di Afrika yang paling banyak menjelajah angkasa di Afrika. Maskapai tersebut bahkan sudah membuka rute penerbangan ke Indonesia. Ini menjadikan Ethiopian Airlines sebagai maskapai Afrika pertama yang menghubungkan Afrika-Indonesia.
Setelah 72 tahun mengudara di angkasa, Ethiopian Air menjadi maskapai nomor satu yang ada di Benua Afrika. SkyTrax sebagai konsultan penerbangan Inggris menyebut Ethiopian Air sebagai Best Airline in Africa untuk tahun 2018. Itu tak lepas dari sejumlah inovasi yang dilakukan maskapai tersebut.
Dalam laporan yang diturunkan Reuters, (10/8/2018), laba bersih yang dihasilkan Ethiopian Air pada periode 2017/2018 tercatat sebesar USD 233 juta, naik dari yang sebelumnya USD 229 juta. Rasio laba bersih itu sendiri mencapai 43 persen bila dibandingkan dengan periode sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Kini, duka tengah menyelimuti Ethiopian Airlines karena insiden kecelakaan pesawat Boeing 737 MAX. Ada total 149 penumpang dan 8 awak di pesawat tersebut. Mereka datang dari 30 negara, termasuk Indonesia. Semua dipastikan tak ada yang selamat.
Duka Ethiopian Airlines adalah duka bagi Ethiopia dan Afrika.