Euforia Rakyat Bougainville Menang Referendum: Kami Terlahir Kembali

11 Desember 2019 14:23 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah orang mengikuti pemilu dalam referendum kemerdekaan yang tidak mengikat di Komunitas Kunua, Bougainville, Papua Nugini 29 November 2019.  Foto: Jeremy Miller/Bougainville Referendum Commission/Handout via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah orang mengikuti pemilu dalam referendum kemerdekaan yang tidak mengikat di Komunitas Kunua, Bougainville, Papua Nugini 29 November 2019. Foto: Jeremy Miller/Bougainville Referendum Commission/Handout via REUTERS
ADVERTISEMENT
Sorak sorai bergembira terdengar di Bougainville usai penghitungan suara menunjukkan pulau tersebut akan merdeka dari Papua Nugini. Bougainville akan menjadi negara termuda di dunia.
ADVERTISEMENT
Reuters memberitakan, referendum menunjukkan hampir 98 persen dari 181.067 pemilih mendukung Bougainville pisah dari Papua Nugini, hanya 3.034 pemilih yang menolak kemerdekaan.
Pengumuman hasil penghitungan suara pada Rabu (11/12) di kota Buka langsung memicu suara riuh masyarakat, sorak sorai kegembiraan.
Sejumlah orang mengikuti pemilu dalam referendum kemerdekaan yang tidak mengikat di Komunitas Kunua, Bougainville, Papua Nugini 29 November 2019. Foto: Jeremy Miller/Bougainville Referendum Commission/Handout via REUTERS
"Ada air mata, air mata kebahagiaan, emosi, rakyat telah menunggu lama. Pena selalu lebih kuat dibanding pedang," kata Ketua referendum Bertie Ahern.
Rakyat di jalanan menyanyikan lagu "My Bougainville" sebagai bentuk kegembiraan. "Bahagia bukan kata yang sanggup mendefinisikannya. Kau lihat air mata saya, ini adalah saat yang telah kami tunggu," kata warga, Alexia Baria, kepada AFP.
Warga Bougainville telah lama menderita akibat pemberontakan. Sedikitnya 20 ribu atau 10 persen dari populasinya tewas dalam perang antara pemberontak dan pemerintah pusat Papua Nugini.
Musisi memainkan pipa bambu ketika orang-orang mengantri untuk memberikan suara di tempat pemungutan suara di ibukota Buka dalam pemungutan suara bersejarah. Foto: NESS KERTON / AFP
Pada 1998 kesepakatan damai diteken, 21 tahun kemudian pemerintah Papua Nugini memberikan kesempatan untuk referendum. Dua pilihan dalam referendum itu, merdeka atau otonomi khusus.
ADVERTISEMENT
Perang sipil membuat Bougainville tidak sanggup mengolah kekayaan tambangnya yang berlimpah. Ada emas dan tembaga, menjadikan Bougainville salah satu wilayah terkaya Papua Nugini.
Orang-orang mengantri untuk memberikan suara di tempat pemungutan suara di ibukota Buka dalam pemungutan suara bersejarah, Senin (25/11). Foto: NESS KERTON / AFP
Negara itu hanya berukuran 10 ribu kilometer persegi, dan masyarakatnya menyadari membangun negara baru tidak akan mudah. Namun rakyat Bougainville optimistis mereka mampu melakukannya dengan tangan sendiri.
"Ini mimpi saya, bergerak dan membangun lagi. Kami memerlukan kebijakan terbaik, hukum terbaik, untuk menjadi negara yang terbaik. Kami terlahir kembali," kata Pajomile Minaka, warga Bougainville yang mengaku mengambil kursus hukum untuk ikut andil membangun negerinya.