Evakuasi Bangkai Macan Dahan di Sumbar Diwarnai Insiden Warga Kesurupan

28 September 2021 16:20 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Macan dahan ditemukan dalam kondisi sakit hingga meninggal di Kampung Pinang Nagari Cubadak Tangah, Kecamatan Duo Koto, Kabupaten Pasaman. Foto: Instagram/@bksda_sumbar
zoom-in-whitePerbesar
Macan dahan ditemukan dalam kondisi sakit hingga meninggal di Kampung Pinang Nagari Cubadak Tangah, Kecamatan Duo Koto, Kabupaten Pasaman. Foto: Instagram/@bksda_sumbar
ADVERTISEMENT
Seekor macan dahan (Neofelis diardi) ditemukan dalam kondisi sakit hingga akhirnya mati di Kampung Pinang Nagari Cubadak Tangah, Kecamatan Duo Koto, Kabupaten Pasaman, Sumbar, Senin (27/9).
ADVERTISEMENT
Kabar tersebut kemudian langsung ditindaklanjuti oleh BKSDA Resort Pasaman berkoordinasi dengan Polres Pasaman dan dokter hewan dari Puskeswan Duo Koto.
"Dari luka-luka di sekujur tubuh satwa, diduga luka tersebut akibat perkelahian dengan sesama macan dahan, perilaku seperti ini umum ditemui pada bangsa kucing-kucingan dalam memperebutkan teritori," tulis BKSDA melalui akun Instagramnya, Senin (27/9).
Macan dahan ditemukan dalam kondisi sakit hingga meninggal di Kampung Pinang Nagari Cubadak Tangah, Kecamatan Duo Koto, Kabupaten Pasaman. Foto: Instagram/@bksda_sumbar
Hewan tersebut diperkirakan berasal dari hutan lindung yang berdekatan dengan lokasi perebutan wilayah. Pertarungan untuk menguasai sebuah teritori biasanya terjadi karena perebutan macan betina.
"Pada saat Tim Rescue tiba di lokasi, bangkai satwa telah dikafani serta menjalani prosesi penyelenggaraan jenazah sebagaimana layaknya manusia," imbuhnya.
Berdasarkan pengakuan dari tokoh masyarakat Kampung Pinang, warga percaya macan tersebut yang menjaga mereka secara turun-temurun. Bahkan warga tengah bersiap untuk melakukan penguburan.
ADVERTISEMENT
Aksi penguburan itu sempat dimediasi oleh polisi dan tim rescue BKSDA. Sebab, bangkai hewan itu akan terlebih dahulu dibawa untuk proses nekropsi (bedah bangkai). Hal itu dilakukan untuk mengetahui penyebab pasti kematian hewan.
Setelah diberi penjelasan, warga akhirnya bersedia menyerahkan bangkai hewan tersebut. Setelah dibedah, hewan itu nantinya dikembalikan ke Kampung Pinang untuk dimakamkan secara adat.
"Beberapa saat setelah dicapai kesepakatan tiba-tiba salah seorang masyarakat berteriak-teriak terlihat seperti kerasukan dan menolak bangkai dibawa keluar, massa yang terprovokasi mendesak pembatalan kesepakatan," imbuhnya.
Petugas mencoba meyakinkan warga sesuai dengan kesepakatan awal. Hanya saja, setelah tokoh masyarakat melakukan ritual adat, bangkai satwa itu harus dikuburkan karena permintaan arwah leluhur.
Kepala BKSDA Sumbar Ardi Andono sangat menyayangkan sikap warga yang tidak mengizinkan petugas membedah bangkai tersebut.
ADVERTISEMENT
"Jika ternyata penyebab kematian adalah virus atau penyakit zoonosis (menular dari hewan ke manusia) maka hal ini akan membahayakan sekali bagi masyarakat yang sudah kontak langsung dengan bangkai satwa. Apalagi saat ini sudah teridentifikasi virus ASF (African Swan Fever) menjangkiti satwa liar yang hidup di hutan Sumatera terutama jenis babi hutan," ujarnya.
Dari peristiwa ini, ia meminta tokoh masyarakat untuk berkoordinasi dengan BKSDA dalam memberikan pemahaman tentang pentingnya peninjauan ilmiah selain memperhatikan adat dan budaya lokal.