Fadjroel Rachman: 2 Periode Harga Mati!

6 April 2022 11:32 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Fadjroel Rachman meninggalkan Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta. Foto:  ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
zoom-in-whitePerbesar
Fadjroel Rachman meninggalkan Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
ADVERTISEMENT
Mantan jubir Presiden Jokowi, Fadjroel Rachman, menyerukan penolakannya terhadap wacana presiden 3 periode yang akhir-akhir ini masih hangat diperbincangkan. Melalui akun Instagram-nya, Fadjroel menyerukan agar masa jabatan presiden tetap berpegang pada ketentuan konstitusi, yaitu dua periode.
ADVERTISEMENT
"Dua periode harga mati!" kata Fadjroel lewat akun Instagram yang dikutip kumparan, Rabu (6/4).
Fadjroel yang kini dipercaya menjadi Duta Besar RI untuk Kazakhstan dan Tajikistan ikut membantu pemenangan Jokowi di Pilpres 2014 dan 2019. Selama menjadi jubir, ia kerap mengomentari isu-isu politik khususnya yang berkaitan dengan Jokowi.
Sebagaimana diketahui, wacana presiden 3 periode kembali mencuat setelah diusulkan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin). Usul itu kemudian disambut Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan dan Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto.
Wacana ini semakin panas diperbincangkan publik usai Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (Apdesi) terang-terangan menyatakan dukungannya agar Jokowi melanjutkan masa kepemimpinannya untuk 3 periode dalam Silatnas Desa yang digelar di Istora Senayan, Jakarta, Selasa (29/3) lalu.
ADVERTISEMENT
Menanggapi hal itu, Mendagri Tito Karnavian menilai tak ada muatan politik dalam acara itu. Ia menyebut, dukungan agar Jokowi kembali maju untuk periode ketiga adalah bagian dari aspirasi kepala desa yang disampaikan usai gelaran Silatnas.
"Pada saat mau keluar, di luar nih, kepala desa juga ramai di luar Istora Senayan itu. Ada yang teriak-teriak, 'Pak tiga periode ya, Pak'. Pak Jokowi hanya senyum saja masuk mobil. Tapi di media yang muncul kok yang tiga periodenya saya juga bingung. Wajar saja orang kalau spontan mau ngomong. Ini negara demokrasi," kata Tito dalam rapat kerja bersama Komisi II DPR, Selasa (5/4).