Fadli Zon Bakal Lanjutkan Riset Situs Gunung Padang yang Sempat Jadi Kontroversi

8 Januari 2025 14:33 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Kebudayaan, Fadli Zon dalam dalam sidang ke-19 the Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Paraguay yang hadir secara virtual pada Kamis (5/12). Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Kebudayaan, Fadli Zon dalam dalam sidang ke-19 the Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Paraguay yang hadir secara virtual pada Kamis (5/12). Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Kementerian Kebudayaan akan melanjutkan riset serta kajian Situs Gunung Padang di Cianjur yang sebelumnya sempat terhenti pada 2014. Penyebabnya adanya perbedaan pandangan antara para arkeolog.
ADVERTISEMENT
"Ya, Gunung Padang juga kita akan meneruskan riset dan kajiannya karena itu sempat lama terhenti. Ada pandangan yang berbeda-beda dari kalangan arkeolog," kata Menbud Fadli Zon usai melantik pejabat baru Kemenbud, di Gedung A Kemendikbudristek, Jakarta Pusat, Rabu (8/1).
Rencananya, Fadli bakal mengundang sejumlah arkeolog dengan latar belakang mazhab berbeda untuk menemukan solusi terbaik.
"Dan, saya kira itu hal yang biasa. Malah perlu kita pertemukan dalam sebuah diskusi, kelompok-kelompok, yang ada mazhab-mazhab yang ada di dalam arkeologi kita," kata dia.
"Nah ini perlu kita kumpulkan biar perilmuan ini berdebat dan nanti kita cari yang terbaik, apa yang harus kita lakukan," ungkapnya.
Situs Purba Gunung Padang Foto: Nugraha Satia Permana/kumparan
Fadli mengatakan saat ini masih banyak cagar budaya yang belum terdata. Sehingga perlu adanya inventarisasi terhadap koleksi-koleksi tersebut.
ADVERTISEMENT
"Selain itu, juga cagar-cagar budaya yang luar biasa dan masih banyak yang belum sebenarnya didata. Kita akan melakukan inventarisasi terhadap koleksi-koleksi museum," ujar Politikus Gerindra tersebut.
Lebih jauh, kata Fadli, pihaknya juga akan melakukan penilaian untuk mengetahui jumlah kekayaan kebudayaan Indonesia.
Lokasi arkeologi Situs Gunung Padang. Foto: Archaeological Prospection / Natawidjaja
"Setelah itu kita juga ingin mengetahui di appraisal berapa sih sebetulnya kekayaan budaya kita? Kalau kita transformasikan ke dalam sebagai angka-angka kira-kira. Tentu tidak ternilai harganya tapi ya kita harus membuat satu benchmark appraisal terhadap kekayaan budaya kita yang luar biasa," pungkasnya.
Sebelumnya Gunung Padang juga dipercaya bukan sekadar situs punden berundak biasa. Situs purba ini diyakini sebuah piramida yang umurnya bahkan lebih tua dari catatan sejarah yang ada. Itu berarti, piramida di Gunung Padang telah ada sejak masa prasejarah.
ADVERTISEMENT
Dr. Ali Akbar, arkeolog Universitas Indonesia, menyatakan usia situs Gunung Padang diperkirakan berumur 5200 tahun sebelum masehi atau 7200 tahun yang lalu.
Arkeolog Ali Akbar. Foto: Instagram/@aliakbarberkabar
Itu berarti, situs ini menyingkap sedikit bukti yang mengisyaratkan adanya peradaban maju di Nusantara yang berusia lebih tua dari peradaban Mesir atau Mesopotamia.
“Peradaban Mesir itu berusia 3000 tahun sebelum masehi. Mesopotamia itu lebih tua lagi, 4000 tahun sebelum masehi. Sekarang yang lebih tua dibanding Mesopotamia, ya di Gunung Padang itu, dibangun 5200 tahun sebelum masehi,” ujarnya beberapa waktu lalu.

Jurnal Ilmiah Menghapus Studi Gunung Padang

Sementara itu, pada 2024, The Journal Archaeological Prospection telah menghapus studi kontroversial yang mengeklaim bahwa manusia telah membangun “piramida” raksasa di Indonesia sejak 25.000 tahun lalu. Piramida yang dimaksud adalah Gunung Padang, di Desa Karyamukti, Kabupaten Cianjur.
Lokasi arkeologi Situs Gunung Padang. Foto: Archaeological Prospection / Natawidjaja
Pada November 2023, studi soal Gunung Padang yang dilakukan oleh Prof. Dr. Danny Hilman Natawidjaja, pakar paleotsunami dari Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), telah menarik banyak perhatian arkeolog dan media internasional. Studi itu mengklaim bahwa gunung padang merupakan piramida tertua yang dibangun oleh manusia. Namun, sejak penelitian dipublikasikan di jurnal ilmiah, tak sedikit arkeolog yang skeptis pada temuan tersebut.
ADVERTISEMENT
Menurut Flint Dibble, arkeolog di Cardiff University, Inggris, makalah yang ditulis Prof. Danny dan tim pada dasarnya menggunakan data yang sah, tapi membuat simpulan yang keliru. Misalnya, tim menggunakan penanggalan karbon dan mengeklaim bahwa penanggalan tanah organik dari struktur mengungkap beberapa tahap konstruksi sejak ribuan SM, dengan fase awal berasal dari era Palaeolitik.
Selengkapnya bisa dibaca di sini: