Fahd Sebut Uang Korupsi Alquran Mengalir ke PKB, PPP, PDIP, dan PKS

31 Agustus 2017 14:58 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Fahd El Fouz  (Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
zoom-in-whitePerbesar
Fahd El Fouz (Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
ADVERTISEMENT
Ketua Angkatan Muda Partai Golkar, Fahd El Fouz, kembali mengungkap adanya sejumlah partai yang turut menerima aliran dana korupsi Alquran dan pengadaan laboratorium komputer Madrasah Tsanawiyah (Mts). Menurut Fahd, partai-partai tersebut adalah Golkar, PKB, PDIP, PPP, dan PKS.
ADVERTISEMENT
"Saya buka ini seluas-luasnya, publik tahu bahwa ini bukan hanya Partai Golkar yang terima. Bahwa komisi VIII (dulu) ketuanya adalah Partai Kebangkitan Bangsa," ujar Fahd usai sidang pembacaan tuntutan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Kamis (31/8).
Menurut Fahd, soal aliran uang tersebut sudah terungkap dalam proses persidangan. "Pembobotan sesuai dengan yang diterima kemarin sudah jelas PDIP (terima) berapa, disampaikan pak Djul. PDIP berapa, PPP berapa, PKS berapa. Sudah ada semua kan," kata dia.
Fahd menyebut bahwa dia sudah mengungkap mengenai hal tersebut dan menyerahkan sepenuhnya kepada pihak KPK untuk mengusutnya. Ia memperkirakan KPK masih mendalami keterangan fakta persidangan tersebut.
Fahd menduga kesaksiannya dan kesaksian mantan anggota badan anggaran Zulkarnaen Djabar belum bisa meyakinkan jaksa. "Semua sudah saya sebutkan fakta persidangan sudah saya sebutkan. Mungkin jaksa sedang teliti lebih dalam. Kan membutuhkan dua alat bukti yang cukup. Kalau hanya saya dan pak Zul mungkin kurang mungkin lagi masih pendalamam. Saya yakin KPK berani dalam mengungkap," ujar Fahd.
ADVERTISEMENT
Fahd baru saja dituntut 5 tahun penjara. Dia juga dituntut untuk membayar denda Rp 250 juta subsidair 6 bulan kurungan atas kasus suap proyek pengadaan Alquran dan pengadaan laboratorium komputer Madrasah Tsanawiyah (MTs).
Penuntut umum pada KPK menilai Fahd terbukti menerima suap sebesar Rp 14,39 miliar. Uang tersebut diduga untuk mengatur kemenangan tender proyek pengadaan Alquran, di Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama tahun 2011-2012, dan pengadaan laboratorium komputer Madrasah Tsanawiah (MTs).
Zul --sapaan Zulkarnaen-- disebut bersama Fahd turut serta menerima tiga fee dari total keseluruhan tiga proyek, antara lain pengadaan laboratorium komputer MTs sebesar Rp 31,2 miliar; 5 persen dari penggandaan Alquran tahun anggaran 2011 sebesar Rp 22 miliar; dan 3,25 persen dari pengadaan proyek Alquran anggaran tahun 2012.
ADVERTISEMENT
Pemberian fee dilakukan atas keputusan Fahd bersama Zulkarnaen dan anaknya, Dendy Prasetya Zulkarnaen Putra. Mereka sengaja memenangkan PT Batu Karya Mas sebagai pemegang proyek pengadaan laboratorium komputer MTs tahun anggaran 2012.
Tak hanya itu, mereka juga menetapkan PT Adhi Aksara Abadi Indonesia sebagai pemenang dalam pengandaan Kitab Suci Alquran dalam APBN-P tahun anggaran 2011. Terakhir, juga menetapkan PT Sinergi Pustaka Indonesia sebagai pemenang dalam penggandaan Kitab Suci Alquran tahun anggaran 2012.
"Ini semua bersama-sama, tidak ada keputusan yang diambil secara pribadi oleh satu partai, tidak ada. Itu diambil secara bersama-sama oleh semua partai itu kan disampaikan oleh pak Zul bahkan koordinator banggar di Komisi VIII itu di Demokrat waktu itu," kata Fahd.
ADVERTISEMENT
Fahd sebelumnya sudah menyinggung adanya intervensi dari beberapa partai saat di persidangan beberapa waktu lalu. Saat itu, Fahd menanyakan ke Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, Affandi Mohtar, tentang adanya 'intervensi' beberapa anggota partai politik.
Fahd menanyakan, adakah perbincangan proyek dari anggota keempat partai tersebut kepada Affandi. "Selain Partai Golkar yaitu Pak Zulkarnaen Djabar, ada enggak partai lain mengintervensi seperti PDIP, Demokrat, PKS, atau PPP?" ujar Fahd kepada Affandi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Kamis (10/8).
Saat menjawab pertanyaan Fahd, Affandi selalu mengatakan tidak ingat. Padahal, Fahd sudah menyebut beberapa nama, seperti Said Abdullah dari PDIP, Nurul Iman Mustofa dari Demokrat, dan Jazuli Juwaini dari PKS.
"Saya tidak merasakan," kata Affandi.
ADVERTISEMENT
"Pernah ditelepon Said Muhammad PDIP? Ada bahasa 'Saya sudah rapatkan dengan 'adinda' semua.' Adinda ini maksudnya adalah saya, pernah? Lalu Nurul Iman Mustofa? Jazuli Juwaini?" tanya Fahd.
Namun lagi-lagi, Affandi tidak mengingatnya. "Saya lupa," ujar dia.