Fahri Hamzah: Aparat Jangan Berlaku Tidak Adil di Pemilu Nanti

20 Maret 2019 11:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah memberikan sambutan pada kegiatan Orasi dan Dialog Kebangsaan Gerakan Arah Baru Indonesia (GARBI) di Kota Gorontalo, Gorontalo, Minggu (10/2). Foto: ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah memberikan sambutan pada kegiatan Orasi dan Dialog Kebangsaan Gerakan Arah Baru Indonesia (GARBI) di Kota Gorontalo, Gorontalo, Minggu (10/2). Foto: ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin
ADVERTISEMENT
Menurut Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah, pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu) serentak, yakni Pileg dan Pilpres yang akan berlangsung 27 hari lagi adalah momen krusial. Karena itu, dia memohon kerelaan hati agar seluruh aparat birokrasi sipil, Polri dan TNI serta penyelenggara pemilu agar netral dalam Pemilu 2019 ini. Agar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tetap berada dalam suasana damai.
ADVERTISEMENT
"Ini 27 hari menuju TPS adalah momen krusial, biarkan rakyat berpesta, aparat jaga jarak. Jangan sekali-kali kalian nampak tidak adil, apalagi berbuat curang. Bahaya!" kata Fahri Hamzah pada Selasa (19/3).
Fahri berpendapat bahwa meski kita hidup dalam demokrasi setelah amandemen ke-4 UUD 1945 tuntas, tapi ada hal yang dilakukan oleh petahana tetap sebagai 'mempertahankan kekuasaan', dan yang dilakukan penantang disebut sebagai 'merebut kekuasaan'. Keduanya harus dilakukan dengan etika.
"Dalam demokrasi, semua tindakan kita tidak saja harus berdasarkan hukum, tetapi juga harus berdasarkan etika," ujar inisiator Gerakan Arah Baru Indonesia (GARBI) itu lagi.
Petahana, menurut Fahri, harus mempertahankan kekuasaannya secara etis, dan penantang harus merebut kekuasaan juga secara etis. Sebab, etikalah yang membuat bangsa ini tenang meskipun sedang dalam masa-masa 'perang'.
ADVERTISEMENT
com-Fahri Hamzah Foto: Dok. DPR RI
"Perang saudara atau sering juga disebut Civil War, atau perang warga sipil, atau perang madani, bukan perang antar negara, tapi perang faksi-faksi dalam negara. Ada banyak contohnya; hampir semua negara besar pernah mengalaminya. Ini adalah sengketa antar kelompok," sebutnya.
Oleh karena itu, Fahri mengajak kedua belah pihak, baik petahana maupun penantang untuk bersama menjunjung tinggi hukum dan etika dalam kompetisi, sebagaimana yang sudah diatur dan bahkan sudah disiapkan kode etiknya.
"Inilah yang harus kita jaga sekarang. Kita harus mengingatkan aparat sipil, Polri dan militer juga penyelenggara pemilu untuk tidak saja adil tetapi juga nampak adil. Ini adalah 'Power Struggle' dalam demokrasi, sebuah pemilu damai yang tetap memiliki unsur kompetisi," pungkas anggota DPR dari Dapil Nusa Tenggara Barat (NTB) tersebut.
ADVERTISEMENT
Story ini merupakan bentuk kerja sama dengan DPR RI.