Faizal Assegaf hingga Refly Harun Kritik Pilpres 2024: Rakyat Dipermainkan

4 Maret 2024 17:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Koordinator SPOT, Faizal Assegaf (tengah). Foto: Haya Syahira/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Koordinator SPOT, Faizal Assegaf (tengah). Foto: Haya Syahira/kumparan
ADVERTISEMENT
Menjelang pengumuman resmi pemenang Pilpres 2024, muncul pernyataan sikap dari kelompok masyarakat yang bernama Spektrum Oposisi Terpimpin (SPOT).
ADVERTISEMENT
Mereka mengkritik pemilu terutama Pilpres 2024 yang sarat akan kecurangan. Akibatnya, rakyat menjadi korban karena dipermainkan oleh elite politik.
Pernyataan sikap ini merupakan imbas dari berbagai polemik pelaksanaan Pemilu 2024.
“Karena sudah cukup rakyat dipermainkan dengan deal-deal politik, dengan topeng-topeng palsu pada ujungnya hanya untuk meredam suasana ini dan pada akhirnya sama-sama berbagi kekuasaan,” kata Koordinator SPOT, Faizal Assegaf, dalam konferensi pers di Kantor MPP ICMI, Warung Buncit, Jakarta Selatan, Senin (4/3).
Forum ini juga dihadiri oleh salah satu Jubir Timnas AMIN, Refly Harun. Namun kehadiran Refly ini atas nama pribadi, bukan atas nama Timnas AMIN.
Refly Harun saat dijumpai di rumah perubahan, Brawijaya, Jaksel, Jumat (16/2). Dok. Thomas bosco Foto: Thomas Bosco/kumparan
Selain itu, hadir sejumlah aktivis senior seperti Ariadi Ahmad dan Ishak Rafick.
Lebih lanjut, Faizal mengatakan forum ini terbuka untuk siapa pun yang memiliki pandangan yang sama atas hasil Pemilu 2024 yang baru akan diumumkan KPU 20 Maret mendatang.
ADVERTISEMENT
“Ini adalah satu wadah kecil, SPOT, dipastikan akan menggunakan cara intelektual, anti-kekerasan untuk melawan kekuasaan siapa pun dia, yang bertindak semena-mena dengan segala pertunjukan yang tidak sesuai dengan rasa keadilan, kami akan berdiri di sana untuk lakukan perlawanan,” kata Faizal, aktivis '98 yang vokal mengkritisi penguasa sehingga beberapa kali dipolisikan.
Dengan dibentuknya gerakan ini, Faizal berharap tindak anarkistis dan kerusuhan seperti pemilu sebelumnya (2019) tidak terjadi.
"Kami menolak penggunaan cara-cara massa yang anarkis, penggunaan pikiran yang destruktif. Tapi kami percaya, walaupun kecil, tetapi dengan cara-cara pertanggungjawaban intelektual yang visioner," jelas Faizal.
"Insyaallah akan menjadi modal untuk konsolidasian seluruh elemen yang tersedia, berdiri secara terhormat melawan ketidakadilan, bukan hanya dalam konteks Pilpres, tetapi kecurangan dalam bernegara yang akan datang," tutup dia.
ADVERTISEMENT