Fakta Baru 5 Tokoh Nahdliyin ke Israel: Zainul Maarif Dipecat, Ngaku Diplomasi

19 Juli 2024 9:06 WIB
·
waktu baca 4 menit
Salah satu kader NU yang bertemu Presiden Israel, Zainul Ma'arif, saat dijumpai di Kantor PWNU Jakarta, Kamis (18/7).  Foto: Thomas Bosco/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu kader NU yang bertemu Presiden Israel, Zainul Ma'arif, saat dijumpai di Kantor PWNU Jakarta, Kamis (18/7). Foto: Thomas Bosco/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta Samsul Ma'arif memberhentikan Zainul Maarif sebagai pengurus Lembaga Bahtsul Masail (LBM) DKI Jakarta buntut kunjungan ke Israel dan bertemu Presiden Israel Isaac Herzog.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, 4 tokoh lainnya Gus Syukron Makmun, Munawar Aziz, Nurul Bahrul Ulum, dan Izza Annafisah Dania belum diketahui statusnya. Mereka tergabung dalam Pencak Silat Pagar Nusa dan Fatayat NU.
Imbas dari pemecatan Zainul juga menyeret 4 kader PWNU DKI. Mereka adalah Roland Gunawan dan Sapri Saleh, dipecat dari kepengurusan LBM. Mereka diberhentikan karena terlibat organisasi RAHIM — organisasi yang terafilisi dengan lobi Israel.
Situs Rahim yang diungkapkan Ketum PBNU Gus Yahya dalam jumpa pers Selasa (16/7/2024). Foto: rahim.or.id
"Memutuskan bahwa beberapa orang yang terlibat langsung dan tak langsung dalam keberangkatan anak NU ke Israel itu diberhentikan dari kepengurusan Lembaga Bahtsul Masail PWNU DKI Jakarta," kata Samsul di Kantor PWNU DKI Jakarta, Jakarta Timur, Kamis (18/7).
Keputusan pemberhentian mereka diambil setelah PWNU Jakarta memanggil mereka. Pertemuan dilakukan di lantai 2 kantor PWNU Jakarta sore tadi.
Zainul Maarif ada di susunan tim pengurus di situs Rahim.or.id Foto: rahim.or.id
"Setelah kami memanggil Saudara Zainul Maarif beserta beberapa pengurus LBM PWNU DKI, dan kami melakukan wawancara bertanya terutama terkait dengan keberangkatan Saudara Zainul Maarif ke Israel, maka kami pengurus PWNU dari jajaran Tanfidziyah Syuriah melakukan rapat," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Hak-hak mereka sebagai pengurus kini dicabut usai rapat yang berlangsung selama 2 jam dari pukul 15.00 WIB.
Zainul Maarif: Saya Bukan Gus Dur, tapi Mau Bicara ke Pemimpin Zalim
Ketua PWNU DKI Jakarta, Samsul Ma'arif saat dijumpai di kantornya, Utan Kayu, Matraman, Jaktim, Kamis (18/7). Foto: Thomas Bosco/kumparan
PWNU Jakarta memberhentikan 4 anggotanya terkait pertemuan dengan Presiden Israel Isaac Herzog. Salah satunya adalah yang berangkat langsung, Zainul Maarif.
Zainul membela diri. Katanya, ia ke sana untuk diplomasi perdamaian dengan Israel.
"Saya kenapa kok ketemu dengan presiden semacam itu? Ya karena presiden Israel dalam hal ini Israel sedang menyerang Palestina. Maka ketika kami menyatakan perdamaian maksudnya apa? Maksudnya adalah 'wahai Israel jangan menyerang Palestina lagi damai', jadi saya mengungkapkan perdamaian KPD Israel," kata Zainul di Kantor PWNU DKI Jakarta, Jakarta Timur, Kamis (18/7).
ADVERTISEMENT
Lalu ia menyebut dua tokoh besar NU yang juga pernah ke Israel yakni Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Yahya Cholil Staquf. Katanya, ia bukan keduanya.
"Kok bisa-bisanya saya yang bukan siapa-siapa, saya enggak ngaku sebagai orang besar, saya bukan Gus Dur saya bukan Gus Yahya, saya orang biasa. Cuma ini ada kesempatan bisa bertemu dengan Presiden dan ini sebenernya additional event, utamanya adalah dialog lintas iman," urainya.
"Maka saya sebagai muslim juga penceramah ini bagian dari jihad terbesar menurut nabi Muhammad mengungkapkan kebenaran di hadapan pemimpin yang zalim," imbuh dia.
"Saya punya kesempatan untuk mengungkapkan kebenaran di hadapan pemimpin yang zalim. Jadi itu bukan yang lain-lain, bukan gagah-gagahan dengan presiden, itu saya kira cukup."
Pernyataan kader NU, Zainul Maarif, soal kunjungan ke Israel awal Juli 2024. Foto: Instagram/@zenmaarif
Tokoh Nahdliyin yang ke Israel Zainul Maarif Minta Maaf: Ini Bukan Urusan NU
ADVERTISEMENT
Salah satu tokoh cendekiawan Nahdlatul Ulama (NU) yang berangkat ke Israel dan bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog, Zainul Maarif, meminta maaf atas peristiwa tersebut.
Hal ini disampaikan usai dia dipanggil ke kantor PWNU Jakarta, Matraman, Jakarta, Kamis (18/7).
"Saya Zainul Maarif dalam hal ini minta maaf kepada masyarakat Indonesia wabil khusus umat Islam, wabil khusus lagi kepada Nahdlatul Ulama, dan organisasi yang di mana saya berada di sana atas apa yang ketidaknyamanan yang muncul akhir-akhir ini terkait dengan kunjung saya ke Palestina dan Israel," ujar Zainul kepada wartawan.
"Sekali lagi saya mohon maaf dan ini adalah suatu pelajaran besar bagi saya pribadi bahwa niat baik, tindakan baik, kadang efeknya belum tentu baik. Itu pelajaran besar bagi saya pribadi dan ini saya mewakili kawan-kawan semua," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Zainul mengatakan, kepergiannya ke Israel dan bertemu dengan Isaac, tidak terkait dengan NU. Ia berangkat atas kemauan dan niat pribadi.
Zainul Maarif Cerita Perjalanan ke Israel: Dibiayai ITREK, Mau Lihat Aqsa
Salah satu kader NU yang bertemu Presiden Israel, Zainul Ma'arif, saat dijumpai di Kantor PWNU Jakarta, Kamis (18/7). Foto: Thomas Bosco/kumparan
Zainul Maarif, mengungkapkan sosok yang membiayai perjalanan mereka. Mereka diberangkatkan sebuah organisasi.
"Biayanya dari mungkin teman-teman sudah pada tahu ya, bahwa ini organisasinya namanya ITREK ya. ITREK, tulisannya ITREK," ujar Zainul kepada wartawan di Kantor PWNU Jakarta, Matraman, Jaktim, Kamis (18/7).
Itu merupakan lembaga Israel yang memberikan pembiayaan perjalanan untuk belajar tentang kehidupan di Israel. Dalam kasus Zainul, lembaga itu juga memberikan pengalaman untuk melihat suasana di West Bank, Palestina.
Foto pertemuan lima tokoh Nahdliyin dengan Presiden Israel, Isaac Herzog. Foto: Dok. Istimewa
"Tapi sebenarnya kami, ya tadi, tidak hanya ke Israel. Walaupun ini bahasanya itu, tapi kami ke Palestina juga. Ke West Bank, saya ke perbatasan Gaza. Sebenarnya pengin juga ke Gaza. Cuma karena kondisi tidak aman, maka kemudian tidak bisa ke Gaza," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Zainul menjelaskan keberangkatannya ke sana berdasarkan inisiatif pribadi, bukan atas nama lembaga NU tempat dia bernaung. Dia ditawarkan oleh kawannya yang berasal dari Universitas Harvard untuk melakukan penelitian lapangan.