Fakta di Balik Acara Deklarasi Anies Capres yang Digelar Majelis Sang Presiden

9 Juni 2022 8:47 WIB
·
waktu baca 6 menit
Sejumlah relawan dari Majelis Sang Presiden membacakan deklarasi dukungan kepada Anies Baswedan sebagai Presiden RI 2024-2029 di Hotel Bidakara Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (8/6/2022). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah relawan dari Majelis Sang Presiden membacakan deklarasi dukungan kepada Anies Baswedan sebagai Presiden RI 2024-2029 di Hotel Bidakara Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (8/6/2022). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Sejumlah orang yang menamakan diri sebagai Majelis Sang Presiden menggelar acara deklarasi bertajuk 'Mendeklarasikan Anies Baswedan Sebagai Presiden RI 2024-2029' di Hotel Bidakara, Pancoran, Jakarta Selatan, Rabu (8/6).
ADVERTISEMENT
Deklarasi itu menuai perhatian, sebab peserta yang hadir dalam acara tersebut merupakan gabungan dari eks anggota organisasi terlarang, FPI dan HTI hingga mantan narapidana terorisme.
Berikut sejumlah fakta acara deklarasi tersebut:

Insiden Pencopotan Bendara Tauhid

Pantauan kumparan di lokasi deklarasi sempat ada insiden pencopotan bendera Tauhid yang dipasang di sisi kanan dan kiri panggung. Insiden itu terjadi ketika sekelompok peserta deklarasi protes dengan keberadaan bendera Tauhid saat acara baru dimulai.
Mereka meminta agar bendera itu dicopot. Namun, permintaan tersebut tak langsung diterima peserta yang lain sehingga sempat terjadi perdebatan antar kedua pihak.
Perdebatan kedua pihak itu akhirnya selesai setelah terjadi musyawarah antarpeserta dan panitia penyelenggara. Bendera Tauhid tersebut juga dicopot panitia dan dibawa ke luar ruangan.
ADVERTISEMENT
Acara pun diulang dari agenda pertama termasuk menyanyikan kembali lagu Indonesia Raya.

Polisi Sita Bendera Mirip HTI di Acara yang Digelar Majelis Sang Presiden

Kapolres Jakarta Selatan Kombes Pol Budhi Herdi Susianto di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Jumat (23/8). Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan
Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Pol Budhi Herdi Susianto mengatakan, saat ini bendera-bendera Tauhid yang mirip dengan milik organisasi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) itu telah diamankan polisi. Polisi juga telah meminta keterangan dari beberapa pihak yang berada di lokasi saat acara itu berlangsung.
"Jadi kita sedang melakukan pendalaman, jadi begitu ada informasi seperti itu, kita kebetulan langsung di TKP itu kita amankan benderanya. Saat ini sudah diamankan di Polres," ujar Budhi saat dihubungi, Rabu (8/6).

Siapa Majelis Sang Presiden?

Kartono, salah satu mantan narapidana teroris yang hadir di acara deklarasi 'Sang Presiden Kami' Anies Baswedan. Foto: Haya Syahira/kumparan
Dalam acara yang dibuat Majelis Sang Presiden dibacakan deklarasi dukungan untuk Anies Baswedan maju sebagai Pilpres 2024. Beberapa dari mereka yang membacakan deklarasi dukungan bernama Habib Musallam Bin Muhammad yang merupakan eks FPI, Habib Syaref Abdullah Alhadad eks FPI, Zaenal Muttaqin eks Napiter dan Ahmad Jaki eks FPI. Lalu Abdulah Gadir eks FPI, Usman Adnan eks HTI dan Muhammad bin Anwar Marta eks FPI.
ADVERTISEMENT
“Deklarasi Sang Presiden untuk Anies Baswedan, Presiden RI periode 2024 sampai 2029. Kami rakyat Indonesia khususnya umat Islam dengan ini menyatakan dan mendeklarasikannya,” kata deklarator saat membacakan deklarasi.
kumparan mencoba mewawancarai beberapa peserta yang hadir, di antaranya adalah Alif Akbar yang mengaku merupakan mantan anggota FPI, Zainal Abidin yang mengaku mantan anggota HTI, dan Kartono yang merupakan eks narapidana teroris.
Mereka mengaku mengikuti acara ini murni karena dorongan dari diri sendiri untuk mendukung Anies menjadi Presiden Indonesia selanjutnya.
“Kami di sini bersilaturahmi dengan dasar dan niat ikhlas kenapa kami mendukung Pak Anies karena dalam kinerja DKI Jakarta sudah menjawab aspirasi umat Islam,” kata Alif Akbar, salah satu mantan simpatisan FPI yang mengaku salah satu panitia kepada wartawan, Selasa (8/6).
Alif Akbar eks anggota FPI (tengah), Zainal Abidin eks anggota HTI (kanan), Kartono eks narapidana teroris menghadiri deklarasi 'Sang Presiden Kami' Anies Baswedan, Rabu (8/6). Foto: Haya Syahira/kumparan
Selain Alif, Zainal Abidin juga menjelaskan anggota kelompok deklarasi ini berisi berbagai anggota dan latar belakang yang beragam. Bahkan banyak juga di antara mereka yang merupakan anggota majelis taklim dari berbagai daerah di Jabodetabek.
ADVERTISEMENT
“Kita di Jabodetabek, kan begitu, majelis itu yang kita datangi mereka bersedia dan mau mendukung ya itu yang kita ambil dan kita rekrut, tapi kalau mereka enggak mendukung ya kita enggak (undang),” kata Zainal.
Zainal juga menegaskan bahwa kedatangan mereka tidak mewakili kelompok tertentu, mereka murni datang membawa nama pribadi untuk mendukung Anies.
“Saya sendiri dari eks HTI ada juga sebagian dari simpatisan FPI, bukan mewakili ya, mereka perseorangan,” jelasnya.
Selain kelompok dua organisasi itu, Kartono yang merupakan mantan narapidana teroris mengatakan, ia diundang sekitar 1 minggu yang lalu oleh pihak penyelenggara. Ia datang ke deklarasi ini bersama 20 orang narapidana terorisme lainnya.
“Saya pribadi ya awalnya tidak tahu ya ada eks FPI dan eks HTI, ini kan yang kita tahu adalah tajuk dari acara ini untuk mendeklarasikan dukungan kepada Anies. Jadi bukan masalah FPI atau HTI nya, tapi terkait dengan Anies Baswedan,” kata Kartono.
ADVERTISEMENT

Ketum PA 212 Tak Kenal Peserta Deklarasi

Ketua PA Alumni 212 Slamet Maarif di TPU Pondok Rangon, Senin (20/1/2020). Foto: Ricky Febrian/kumparan
Dari daftar yang diperoleh kumparan dari penyelenggara, tercatat ada 8 peserta yang mengaku mantan pengurus dan anggota FPI, 2 mantan pengurus HTI, dan 3 mantan napiter. Total ada 12 tokoh inti yang hadir dalam acara tersebut.
Terkait sosok yang hadir dalam acara tersebut, Ketum PA 212 Slamet Maarif mengaku tidak tahu dan tidak mengenal para tamu yang mengaku mantan pengurus FPI tersebut.
"Nggak kenal," kata Slamet saat dihubungi, Rabu (8/6).
"Nggak ada," sambung Slamet mempertegas jawabannya.

Dinilai Jadi Strategi Lawan Politik

Hendri Satrio saat berorasi politik. Foto: Puti Cinintya Arie Safitri/kumparan
Pengamat politik Hendri Satrio mengatakan deklarasi ini menjadi konten yang menarik bagi lawan politik Anies. Menurut dia, deklarasi ini akan terus dijadikan bahan untuk melawan Anies.
ADVERTISEMENT
Apalagi, di deklarasi Majelis Sang Presiden tidak ada satu pun perwakilan kelompok yang terafiliasi dengan Anies. Pun, Anies sendiri.
"Yang jelas deklarasi yang dilakukan menjadi konten yang menarik sekali bagi lawan politik Anies untuk terus dimunculkan. Pemberitaan ini akan terus menerus digembar-gemborkan ke lawan politik Anies Baswedan nantinya. Jadi ini lagi-lagi untuk kebutuhan konten," kata pria yang disapa Hensat ini, Rabu (8/6).

Dinilai Upaya Black Campaign Terhadap Anies

Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Ujang Komarudin. Foto: UAI
Pengamat politik Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, mempertanyakan apakah deklarasi tersebut benar dilakukan oleh relawan Anies atau dilakukan sebagai black campaign terhadap Anies.
"Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk melihat apakah memang itu relawan resmi Anies yang tercatat atau katakanlah memang sengaja melakukan deklarasi itu untuk black campaign terhadap Anies. Itu, kan, bisa terjadi," kata Ujang, Rabu (8/6).
ADVERTISEMENT
"Oleh karena itu, saya melihat bahwa persoalan ini tidak sesederhana yang kita lihat akan ber-impact atau berdampak kepada Anies sendiri," lanjutnya.
Ratusan relawan dari Majelis Sang Presiden membacakan deklarasi dukungan kepada Anies Baswedan sebagai Presiden RI 2024-2029 di Hotel Bidakara Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (8/6/2022). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Ujang menilai ada banyak pihak yang ingin menjatuhkan nama baik atau elektabilitas Anies. Apalagi, Anies sedang disorot karena kesuksesan Pemprov DKI menggelar Formula E akhir pekan lalu.
"Nah, mungkin saja deklarasi itu salah satunya adalah untuk mendegradasi popularitas atau hasil yang telah dicapai oleh Anies terkait popularitasnya. Dan yang kedua, poinnya adanya deklarasi itu yang bisa dikatakan black campaign itu akan seperti itu. Artinya bahwa genderang perang pilpres itu sudah dimulai, sudah terjadi, dan siapa orkestranya, yang mendesain persoalan atau masalah itu, kita juga tidak tahu," jelasnya.

Harga Sewa Bidakara

Tamu undangan Deklarasi "Sang Presiden" Anies Baswedan, di Hotel Bidakara Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (8/6/2022). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Acara deklarasi yang dilakukan Majelis Sang Presiden bisa dikatakan mewah. Sebab kelompok yang mengaku berjumlah 250 orang ini menyebut diri sebagai eks anggota FPI, HTI, majelis taklim, hingga mantan narapidana terorisme (napiter), menggunakan ballroom Birawa, Hotel Bidakara, Grand Pancoran, Jakarta Selatan.
ADVERTISEMENT
Dari informasi yang dihimpun, untuk kapasitas 250 orang, harga sewa setengah hari senilai Rp 95 juta. Harga ini sudah sepaket dengan harga sewa ballroom dan juga prasmanan.
Jika dibagi rata sesuai dengan jumlah orang, maka satu orang tamu undangan diprediksi merogoh kocek sekitar Rp 380 ribu per orang.
Tamu undangan Deklarasi "Sang Presiden" Anies Baswedan, di Hotel Bidakara Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (8/6/2022). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Para deklarator memang enggan mengungkap dari mana sumber dana acara deklarasi ini. Mereka menilai, itu bukan ranah deklarator.
“(Anggaran) kalau untuk seperti itu panitia ya, enggak mungkin saya beri lebih jauh gitu kan enggak,” kata Alif Akbar, salah satu undangan yang mengaku sebagai eks anggota FPI kepada wartawan.
Ia mengatakan, panitia murni menyelenggarakan acara ini atas kecintaannya pada sosok Anies Baswedan. Sehingga menurutnya tidak perlu mengetahui tujuan panitia menggelar acara ini.
ADVERTISEMENT
“(Acara) ini karena itu bentuk (kecintaan kepada Anies), tapi itu ada spesifik yang tak perlu kita ceritakan,” tuturnya.
ADVERTISEMENT