Fakta-fakta di Balik Kasus Puluhan WNI yang Jadi Korban TPPO di Myanmar

4 Mei 2023 5:14 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi orang hilang. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi orang hilang. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Geger puluhan WNI diduga menjadi korban perdagangan orang di Myanmar. Kabar tersebut viral setelah diunggah oleh akun @bebaskankami.
ADVERTISEMENT
Para WNI itu disebut dipaksa bekerja sebagai scammer. Bahkan, mereka juga disiksa dan disekap selama berada di negara tersebut.
Setidaknya ada 20 WNI yang menjadi korban. Bareskrim Polri saat ini tengah mengusut kasus tersebut.
Berikut sejumlah fakta yang kumparan rangkum terkait dugaan perdagangan orang tersebut:
Bareskrim Selidiki
Dirtipidum Bareskrim Polri Brigjen Djuhandani Rajardjo Puro. Foto: Dok. Polri
Bareskrim Polri tengah menyelidiki kasus 20 WNI yang diduga menjadi korban TPPO atau human traficking di Myanmar. Mereka diduga menjadi korban penipuan kerja.
"Kami sudah langsung koordinasi dengan kementerian terkait serta melakukan penyelidikan terkait TPPO," ujar Dirtipidum Bareskrim Polri, Brigjen Djuhandani Rahardjo Puro saat dikonfirmasi, Jumat (28/4).
Djuhandani menjelaskan, saat ini pihaknya tengah mendata identitas para korban dan keluarganya. Polisi juga masih berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait.
ADVERTISEMENT
"Berkoordinasi dengan Ditjen Imigrasi dan terus berkoordinasi dengan Kemlu dan KBRI Yangon update penanganan para korban," tuturnya.
Disiksa, Disetrum, Dicambuk
Muhammad Usni Sabil (28), warga asal Sumbar diduga jadi korban TPPO di Myanmar. Foto: Dok. Istimewa
Dari 20 WNI yang jadi korban TPPO, terdapat seorang warga asal Jorong Tanjung Beringin, Nagari Tanjung, Kecamatan Koto Tujuh, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat. Ia adalah Muhammad Usni Sabil (28).
Orang tua Sabil, Dewi Murni, mengaku mengetahui anaknya ikut menjadi korban setelah viralnya video para WNI ini meminta tolong agar dipulangkan. Video pertama kali tersebar di grup WhatsApp.
"Di video yang beredar memang ada anak saya, pakai baju Hitam," kata Dewi saat dihubungi kumparan, Selasa (2/5).
Dewi menyebutkan, terakhir kali berkomunikasi dengan anaknya pada Sabtu (22/4) atau ketika hari Lebaran. Sabil ketika itu video call dan meminta tolong kepada orang tua.
ADVERTISEMENT
"Anak saya video call. Dia bilang, mama tolong bebaskan kami. Kami tidak sanggup lagi. Siksaan yang kami hadapi sudah tidak manusiawi lagi. Kami disiksa, disetrum, dicambuk, dipukul, tidak dikasih makan dan minum," cerita Dewi menirukan perkataan anaknya.
Penipuan Loker Online dengan Iming-iming Gaji Besar
Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) dan Perwakilan Kemlu temani Perwakilan keluarga korban TPPO ke Myanmar melapor ke Bareskrim Mabes Polri, Selasa (2/5/2023). Foto: Thomas Bosco/kumparan
20 orang tersebut menjadi korban penipuan. Adapun modus yang dilakukan oleh para perekrut yang berada di Indonesia adalah dengan memanfaatkan situasi rentan masyarakat yang memerlukan pekerjaan saat pandemi COVID-19 pada 2020.
"Jadi modus operandinya online scam ini terjadi itu pada situasi krisis 2020-2021 ketika dunia dilanda COVID. Tahun 2021 ketika negara membuka kembali banyak lowongan ke sana," ujar Ketua Umum Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Hariyanto Suwarno kepada wartawan.
ADVERTISEMENT
Bahkan menurut keterangan Hariyanto, banyak dari mereka yang berangkat itu tahunya akan diberangkatkan untuk bekerja di Thailand dengan gaji yang tinggi dan bisa pulang ke tanah air setiap setahun sekali.
Namun, WNI yang berangkat itu justru dibawa ke lokasi berbeda. Mereka ditipu karena dikirimnya ke Myanmar.
Lokasi WNI Sudah Tak Bisa Dilacak
Ilustrasi kekerasan. Foto: Marmalade Photos/Shutterstock
Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) mengatakan situasi para 20 WNI yang jadi korban TPPO di Myanmar sudah darurat. Pihaknya mengatakan lokasi para korban sudah tidak bisa dilacak.
Hariyanto Suwarno mengatakan bahwa lokasi para korban kini berubah ke lokasi yang tidak bisa terlacak lagi. Terakhir terlacak adalah sebulan yang lalu.
"Kalau yang satu bulan yang lalu kita bisa melihat share loc, masih bisa kita lihat. Sekarang udah enggak bisa lagi. Ini adalah kabar terakhir mereka terancam, apabila kemudian ini akan dipublikasikan secara masif dan segala macem, mereka terancam," tutur Hariyanto, Selasa (2/5).
ADVERTISEMENT
Korban saat Bisa Komunikasi dengan Keluarga: Ketakutan
Hariyanto Suwarno mengatakan, komunikasi dengan para WNI di Myanmar saat ini sudah terputus. Dalam komunikasi terakhir, para WNI tersebut tampak ketakutan.
"Minggu lalu, kita berkomunikasi dan sangat ketakutan. Ketakutannya adalah pihak Kemlu juga belum bisa menjangkau keberadaan korban-korban ke tempat-tempat yang sudah kami lihat dan sekarang udah enggak bisa lihat lagi di Google," ujar Hariyanto.
Situasi ini sendiri memang diakui pihak Kemlu yang hadir bersama Hariyanto. Pihaknya mengatakan bahkan lokasi tempat WNI di Myanmar itu tidak bisa dijangkau oleh otoritas negara tersebut sendiri.
"Bahkan otoritas sendiri otoritas di Myanmar, baik kepolisian maupun otoritas yang lain itu memang melarang masuk ke wilayah tersebut. Mereka sendiri tidak bisa mengakses wilayah tersebut, karena wilayahnya sangat berbahaya," ungkap Diplomat Muda dari Direktorat Pelindungan Warga Negara Indonesia Kementerian Luar Negeri, Rina Komaria, dalam kesempatan yang sama.
ADVERTISEMENT
Rina mengatakan bahwa situasi di Myanmar saat ini menjadi polemik tersendiri untuk memulangkan para WNI dengan mudah. Bahkan lebih sulit dibandingkan dengan pemulangan WNI dari wilayah konflik di Sudan.