Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.0
ADVERTISEMENT
Kelompok tentara bayaran Wagner Group memberontak dan berusaha menggulingkan Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu. Pemberontakan yang dimulai sejak Jumat (23/6) ini awalnya menargetkan Moskow saja, namun sejumlah kota lain di sekitarnya, khususnya Rostov-on-Don yang ada di selatan, ikut kena imbas.
ADVERTISEMENT
Selain Rostov-on-Don, kota lain seperti Saint Petersburg dan Lipetsk ikut menerapkan pengamanan ketat.
Di saat yang sama dengan pemberontakan Wagner Group, pasukan Ukraina sedang meluncurkan serangan belasan besar-besaran di medan perang. Hal ini membuat Rusia dilanda krisis militer.
Pada Minggu (25/6), tentara bayaran Wagner mulai kembali ke markas setelah Presiden Rusia Vladimir Putin setuju menghapus dakwaan pengkhianatan dan membiarkan bos Wagner hidup di pengasingan.
Sejumlah pengamat dan rival dari Barat menyebut kesepakatan yang dibuat Putin dengan bos Wagner Yevgeny Prigozhin bisa mencegah Rusia jatuh ke dalam krisis lebih dalam. Tapi, pemberontakan yang sempat pecah ini menunjukkan mulai rapuhnya kekuasaan Putin di Negeri Beruang Merah.
Menurut pengamat politik Konstantin Kalachev, apa yang terjadi akhir pekan ini adalah bukti betapa rapuhnya kekuasaan Putin di Rusia akhir-akhir ini. Kejadian seperti itu tak pernah terjadi sebelumnya di Rusia selama Putin berkuasa.
ADVERTISEMENT
"Krisis institusi dan kepercayaan tidak banyak nampak di Rusia dan Barat pada hari-hari kemarin. Tapi hari ini semua jelas terlihat," kata Kalachev kepada AFP.
"Putin meremehkan Prigozhin, seperti dia meremehkan (Presiden Ukraina, Volodymyr) Zelensky sebelum ini. Dia bisa menghentikan ini hanya dengan menelepon Prigozhin, tapi dia tidak melakukannya," sambungnya.
Purnawirawan Marsekal Angkatan Udara Amerika Serikat, Philip Breedlove, turut menyampaikan analisisnya terhadap pemberontakan di Rusia. Eks Kepala Komando Eropa AS itu menyatakan, situasi yang terjadi menunjukkan degradasi dari kemampuan Rusia.
"Salah satu hasil, dalam 36 jam atau 48 jam, adalah bahwa institusi kami anggap sangat aman di Rusia perlahan terurai," jelas Breedlove.
"Seluruh institusi dan penampilan militer Rusia sudah jauh berkurang," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Tujuan Wagner Group Memberontak
Pemberontakan ini merupakan puncak rasa kecewa dan amarah Wagner Group terhadap petinggi militer Rusia. Selama beberapa bulan terakhir, Wagner Group ikut bertempur bersama tentara Kementerian Pertahanan Rusia untuk melawan Ukraina.
Wagner mulai merekrut narapidana Rusia dengan iming-iming kebebasan setelah enam bulan di garis depan. Di saat yang sama, Prigozhin sering secara terbuka mengkritik Shoigu dan Panglima Militer Rusia, Valery Gerasimov, atas kurangnya dukungan atau jika ada kemunduruan militer yang terjadi.
Dalam kritik terakhirnya, Prigozhin menyebut Rusia sebenarnya tidak sedang menghadapi ancaman keamanan yang mendesak untuk menjustifikasi serangan skala penuh ke Ukraina. Kritikan ini bertentangan dengan alasan yang dilontarkan Putin untuk memulai operasi militer khususnya sejak Februari 2022 lalu.
ADVERTISEMENT
Karena perencanaan yang buruk inilah ribuan nyawa tentara Rusia terbantai dan mereka harus menanggung akibatnya.
"Para bajingan yang sakit jiwa itu memutuskan, 'Tak apa, kami akan melemparkan beberapa ribu orang Rusia sebagai 'umpan meriam'. Mereka akan mati di bawah tembakan artileri, tetapi kita akan mendapatkan apa yang kita inginkan'," lanjut Prigozhin.
Usai Pemberontakan Gagal, Bos Wagner Hilang
Setelah pemberontakan Wagner Group di Rusia berakhir, keberadaan Prigozhin jadi samar. Prigozhin terakhir kali terlihat di Rostov pada Sabtu kemarin. Prigozhin nampak meninggalkan Rostov menggunakan SUV.
Sampai sekarang tidak ada yang tahu di mana Prigozhin. Ia juga tidak mengunggah pesan apa pun di saluran telegram seperti yang biasa dilakukannya.
Rusia juga tidak berkomentar terkait keberadaan Prigozhin setelah pemberontakan.
ADVERTISEMENT
Siapa Wagner Group?
Nama resmi Wagner Group adalah Private Military Company (PMC) Wagner. Mereka pertama kali teridentifikasi pada 2014 saat ikut serta membantu separatis pro-Rusia di Timur Ukraina.
Usai misi di Timur Ukraina pada satu dekade lalu, Wagner disewa Rusia untuk misi Timur Tengah dan Afrika.
Pada awalnya Wagner hanya beranggotakan 5.000 tentara bayaran. Mayoritas dari tentara bayaran Wagner ialah veteran perang dari resimen dan dan pasukan khusus Rusia.
Sejak terbentuk pada 2014, jumlah tentara bayaran Wagner makin naik. Bahkan saat ini mereka diklaim memimpin 50 ribu pejuang di Ukraina.
Dari data Kemhan Inggris, Wagner mulai merekrut tentara dalam jumlah besar pada 2022. Itu disebabkan Rusia sulit merekrut tentara reguler.
ADVERTISEMENT
Amerika Serikat (AS) juga mengeluarkan laporan tentang Wagner. Dewan Keamanan Nasional AS mengatakan, 80 persen tentara Wagner di Ukraina direkrut dari penjara-penjara Rusia.
Penelusuran BBC, Rusia sebenarnya melarang tentara bayaran. Namun, Wagner memakai kedok penyedia jasa keamanan untuk menjalankan perusahaan. Bahkan Wagner punya kantor pusat resmi di St Petersburg. Perusahaan itu telah terdaftar sejak 2022.
Live Update
Pada 5 November 2024, jutaan warga Amerika Serikat memberikan suara mereka untuk memilih presiden selanjutnya. Tahun ini, capres dari partai Demokrat, Kamala Harris bersaing dengan capres partai Republik Donald Trump untuk memenangkan Gedung Putih.
Updated 6 November 2024, 13:58 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini