Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Aldelia Rahma (11), siswi SD di Kabupaten Padang Pariaman , Sumatera Barat (Sumbar) bernasib malang. Ia mengalami luka bakar yang diduga akibat ulah kelalaian temannya di sekolah.
ADVERTISEMENT
Peristiwa nahas itu terjadi pada 23 Februari 2024, saat kegiatan gotong royong. Selain mengalami luka bakar 80 persen, Aldelia juga mengalami gizi buruk.
Lalu, pada Selasa sore (21/5), bocah malang ini meninggal dunia di RSUP M Djamil Padang. Berbagai langkah telah dilakukan Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman dalam penanganan Aldelia, namun nyawanya tak tertolong.
Berikut sederet fakta kasus yang menimpa Aldelia:
Ada Potensi Kelalaian
Kasus tewasnya Aldelia diselidiki polisi. Kasat Reskrim Polres Kota Pariaman, Iptu Rinto Alwi, mengatakan kuat dugaan adanya unsur kelalaian dari pihak sekolah karena kurangnya pengawasan oleh para guru.
“Berpotensi ada kelalaian pihak sekolah. Kami akan mintai pertanggungjawaban pidana, kami akan selidiki dan gelar perkara. Kami mintai keterangan dari pihak sekolah dan anak yang menyiram nanti,” kata Rinto kepada kumparan, Jumat (24/5).
ADVERTISEMENT
Pihak sekolah dan anak pelaku penyiraman rencananya akan dipanggil dalam minggu depan.
Kata Kepala Sekolah
Kepala Sekolah (Kepsek) SDN 10 Durian Jantung, Asmaniar, mengaku tidak mengetahui persis kejadian yang menimpa murid didiknya. Karena saat kejadian, ia berada di ruang kerja.
“Jadi kami yang ada di sekolah di kantor cuma berdua. Pagi-pagi anak dan guru sudah masuk kelas. Setelah guru masuk kelas, jam olahraga (masuk) khusus kelas 4. Jam olahraga ini diambil inisiatif untuk memilih sampah,” kata Asmaniar, Jumat (24/5).
Kegiatan bersih-bersih ini murni inisiatif guru olahraga dan wali kelas tanpa sepengetahuannya.
“Bukan suruhan saya. Inisiatif guru. Lebih lengkapnya (kronologi) langsung ke guru. Saya tidak berada di sana, takut salah bicara. Saya tidak ada nyuruh, kalau gotong royong tentu dari kelas 1-6, ini inisiatif guru,” ujar Asmaniar.
ADVERTISEMENT
Asmaniar mengaku tahu setelah kondisi lingkungan sekolah ribut-ribut. Bahkan setelah tahu Aldelia terbakar, dirinya nyaris pingsan.
“Bersih-bersih itu jam 9 pagi. Saya tahu sudah jam setengah 10, sudah ribut orang. Saya saja tidak bisa, saya diberikan minum sama orang, antara sadar dan tidak. Saya trauma, pernah rumah terbakar," ujar Asmaniar.
Penjelasan RS M Djamil Padang
Keluarga menilai perawatan medis yang didapat Aldelia kurang maksimal dari rumah sakit. Hingga setelah berjuang sakit selama kurang lebih tiga bulan, Aldelia meninggal dunia pada Selasa (21/5).
Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan RSUP M Djamil Padang, Bestari Jaka Budiman, mengatakan penangan medis telah dilakukan sesuai prosedur. Terkait adanya unsur kesalahan prosedur, akan dievaluasi.
“Semua sudah sesuai prosedur. Kesalahan prosedur, itu kami bicarakan. Akan evaluasi kalau ada kekurangan,” kata Bestari dalam video yang diterima kumparan, Jumat (24/5).
ADVERTISEMENT
Bestari menjelaskan Aldelia telah menjalani rawat inap sebanyak tiga kali selama lima minggu hingga menjalani operasi empat kali. Berbagai dokter spesialis terlibat, mulai dokter anak, ICU dan bedah plastik.
“Kemudian, karena kondisinya sudah tidak layak untuk dirawat, rumah sakit terinfeksi, sehingga berdasarkan perundingan dokter anak dan dokter bedah plastik boleh dipulangkan dengan catatan kontrol ke poliklinik dan diajarkan cara merawat luka, pola makan, dan lainnya,” ungkapnya.
Selanjutnya, kata Bestari, dalam rawat jalan itu terjadi penurun kondisi Aldelia di kampung halamannya. Keluarga membawanya ke IGD dalam kondisi muntah-muntah.
“Cukup berat. Dirawat di PICU anak, pindah ke HCU dan rawat kronis. Kondisi membaik, dilakukan bedah plastik 19 April. Sepekan di bedah plastik, luka tumbuh baik, tinggal menunggu sehingga perawatan cukup di poliklinik saja,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT
“Makan sudah bisa. Penyembuhan luka dalam proses,” kata dia.
Bestari menyebut luka bakar Aldelia 31 persen. Kondisi ini cukup berat bagi anak-anak.
Pada 25 April Aldelia dipulangkan dan menjalani rawat jalan dan menjalani kontrol ke Poliklinik. Kontrol terakhir 19 Mei, kondisi Aldelia cukup berat.
“Pasien langsung dirawat. Terjadi memang perburukan, demam, kulitnya berubah warna, saat itu keluarga diberi tahu, kondisinya memburuk, sama-sama berdoa, usaha dilakukan bisa kondisinya membaik. Pada 21 Mei, 15.30, pasien berpulang,” jelasnya.
Kondisi Terakhir Aldelia Sebelum Meninggal
Selain alami luka bakar 80 persen, Aldelia juga didiagnosis gizi buruk, anemia, dan hipokalemia (kondisi medis ketika darah dalam tubuh kekurangan zat kalium). Keluarga tahu kondisi tersebut setelah Aldelia pulang dari rawat inap yang kedua di RSUP M Djamil Padang.
ADVERTISEMENT
Gejala ini terkonfirmasi dari ringkasan pasien pulang (discharge summary) dari laboratorium rumah sakit tertanggal 18 April 2024.
Sebelum ada informasi tersebut, keluarga baru menduga-duga saja bahwa Aldelia mengalami gizi buruk. Sebab, menurut sepupu Aldelia, Media Madona, kondisi badan Aldelia sangat kurus usai kejadian nahas itu. Nafsu makannya hilang.
Asupan makan Aldelia hanya bisa melalui sonde atau selang khusus yang dimasukkan melalui hidung melewati tenggorokan lalu kerongkongan dan menuju ke dalam perut.
“Selama dirawat pertama kali di RSUP M Djamil Padang, kan 35 hari, kondisi Aldelia sudah kurus kering dengan luka sudah merah-merah di kaki, badan, dan tangan,” kata Madona ditemui kumparan, Jumat (24/5).
Aldelia pertama kali dirawat selama 35 hari di RSUP M Djamil Padang. Namun dia sempat dipulangkan untuk rawat jalan.
ADVERTISEMENT
“Dipulangkan, kami kaget. (Badannya) seperti kambing dikelupas kulitnya. Nah, tahu gizi buruk, orang awam pasti sudah menduga, karena kondisi badan yang kurus kering. Diagnosisnya keluar setelah dirawat kembali. Kami tahu setelah buka-buka kembali cek surat dari rumah sakit. Rekam medis sama kami, ada diagnosis seperti itu. Kami tahunya dari situ,” kata dia.