Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Fakta-fakta Kasus Dokter Kandungan di Garut Diduga Lecehkan Pasien
16 April 2025 7:00 WIB
·
waktu baca 4 menit
ADVERTISEMENT
Kasus pelecehan seksual yang melibatkan oknum tenaga kesehatan kembali terjadi. Kali ini, seorang dokter kandungan di Garut diduga melecehkan seorang pasiennya.
ADVERTISEMENT
Perilaku tak terpuji oknum dokter itu viral di media sosial. Rekaman CCTV yang diduga melibatkan sang dokter beredar.
Publik pun berang, dan polisi bergerak cepat untuk mengusut kasus ini. Seperti apa fakta-faktanya? Berikut kumparan rangkum.
Langkah-Langkah Polisi: Buka Posko Pengaduan hingga Tangkap Terduga kurang dari 24 Jam
Dalam video yang beredar itu tampak seorang dokter pria tengah memeriksa kondisi kandungan pasien. Memegang alat USG dengan tangan kanannya, dokter itu mengecek bagian perut. Namun kemudian bagian yang dicek terus naik ke atas perut.
Tangan kiri dokter itu kemudian terlihat turut memegang bagian atas perut pasien itu, hingga diduga menyentuh area sensitif pasien.
Polisi langsung menyelidiki kebenaran peristiwa itu. Kasatreskrim Polres Garut AKP Joko Prihatin menyebut, mereka langsung mengecek ke lokasi kejadian.
"Kita dapat infonya, semalam tadi. Saat ini kita lagi lakukan penyelidikan," ungkap Joko, saat dikonfirmasi, Selasa (15/4).
ADVERTISEMENT
"Kita ngecek ke lokasi tempatnya," katanya.
Dari hasil pengecekan itu, polisi segera mengantongi identitas terduga pelaku, yakni MSF.
Lalu, polisi juga mendapat informasi bahwa peristiwa itu terjadi 10 bulan yang lalu.
"Jadi sekitar sepuluh bulan lalu (kejadiannya). Ini masih didalami karena memang korbannya sampai saat ini belum laporan tapi Polres Garut dan Polda Jabar langsung membentuk tim khusus mendalami dan memproses penyelidikan," kata Kapolres Garut, AKBP Mochamad Fajar Gemilang.
Mereka juga membuka posko pengaduan terkait peristiwa itu. Hasilnya, ada 2 orang korban yang lapor.
Lalu, polisi juga segera mengamankan MSF di Garut.
"Yang jelas diduga pelaku dokter inisial MSF ini sudah kita amankan di Polres Garut dan saat ini dalam pemeriksaan intensif penyidik kami," kata Joko.
ADVERTISEMENT
Saat ini, polisi masih menggali motif pelaku melakukan hal tercela itu.
MSF sendiri sudah sejak 2023 praktek di klinik tersebut.
Tanggapan Pihak Klinik hingga Kemenkes
Kemenkes turut buka suara terkait pelecehan seksual ini. Hasilnya, mereka mencabut surat izin dokter MSF itu.
"Untuk saat ini, Kemenkes sudah koordinasi dengan KKI (Konsil Kedokteran Indonesia) untuk nonaktifkan sementara STR (Surat Tanda Registrasi)-nya sambil menunggu investigasi lebih lanjut," kata kata Aji Muhawarman, e Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes, pada Selasa (15/4).
Sementara pihak klinik, yakni Klinik Karya Harsa, menyesalkan peristiwa tersebut. Bagi mereka, kelakuan MSF mencoreng nama baik klinik hingga dokter di seluruh Indonesia.
“Jujur merasa sangat merasa dirugikan, bukan hanya kepada klinik saja. Tapi seluruh dokter-dokter di Indonesia. Karena dengan adanya satu oknum ini mencoreng, jadi seolah semua dokter sama,” kata Wakil Direktur Klinik Karya Harsa, Dewi Sri Fitriani, kepada wartawan di Garut, Selasa (15/4).
ADVERTISEMENT
Ia juga menyerahkan kasus ini ke kepolisian.
Dewi juga langsung mencopot plang nama MSF yang terpampang di kliniknya. Ia tak mau masyarakat punya anggapan negatif.
"“Untuk nama dokter yang terpampang segera dicabut, takutnya (ada) anggapan negatif ke kita, masyarakat masih menerima dokter tersebut padahal sebetulnya sudah tidak,” kata Dewi.
Selain itu, MSF ternyata sudah mengundurkan diri pada tahun ini. Sehingga, ia tak punya praktik khusus di klinik tersebut.
“Sudah mengundurkan diri. Dari sebelumnya, dari tahun ini sudah tidak praktik khusus,” ucapnya.
Natalius Pigai dan Dedi Mulyadi Turut Berkomentar
Menteri HAM Natalius Pigai mengerahkan tim untuk mengecek dugaan pelecehan yang dilakukan oleh dokter kandungan terhadap pasien di Garut, Jawa Barat.
"Ya ini [dugaan pelecehan dokter di Garut], informasi yang bagus untuk saya, supaya saya perintahkan staf saya turun lagi dari Bandung ke Garut," kata Pigai kepada wartawan di Kantor Kementerian HAM, Jakarta, Selasa (15/4).
ADVERTISEMENT
Pigai menyebut, sebelumnya pihaknya juga telah mengirimkan tim untuk turut membantu menginvestigasi kasus dugaan pelecehan yang dilakukan Priguna Anugerah Pratama, dokter PPDS Universitas Padjadjaran (Unpad) di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung.
Dalam merespons kasus pelecehan dokter di Bandung tersebut, Pigai menyebut bahwa Kantor Wilayah Kementerian HAM Jawa Barat telah meminta keterangan dan informasi dari pihak terkait, mulai dari RSHS Bandung, pihak Universitas Padjadjaran, Polda Jawa Barat, korban dan keluarganya, serta Priguna selaku tersangka.
"Jadi, di saat itu juga mereka langsung menuju ke rumah sakit, sudah ketemu dengan korban, ketemu pelaku, dan sudah, sikap kami, ya yang bersangkutan harus diproses hukum, jelas," kata Pigai.
Sementara Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mendorong agar gelar dokter milik MSF juga dicabut.
ADVERTISEMENT
“Ya gini saja. Kalau dokter lecehkan pasien di Garut, kan dokter ada komite etiknya,” katanya saat ditemui wartawan di Gedung Pakuan, Bandung, Selasa (15/4).
Eks Bupati Purwakarta itu juga mendorong pencabutan izin praktik MSF, sebab menurutnya dokter bukan profesi sembarang sehingga perlu segera diambil tindakan tegas.
“Ketika dilantik itu diambil sumpah profesi. Jadi hari ini harus ada tindakan-tindakan tegas, tidak lama, tidak bertele-tele,” katanya.