Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Mantan Panglima TNI Djoko Santoso meninggal dunia setelah sempat dirawat di RSPAD Gatot Subroto, Minggu pagi sekitar pukul 06.10 WIB. Djoko meninggal setelah sempat kritis dan dirawat usai menjalani operasi karena pendarahan di otak.
ADVERTISEMENT
Jenazah Djoko kemudian disemayamkan di rumah duka di Jalan Bambu Apus Raya No. 100 RT 12/RW3, Cipayung, Jakarta Timur. Sebagai bentuk penghormatan, seluruh jajaran TNI akan mengibarkan bendera setengah tiang.
“Sebagai bentuk penghormatan dan rasa duka cita yang mendalam atas kepergian Almarhum Jenderal TNI (Purn) Djoko Santoso, seluruh satuan jajaran TNI/TNI Angkatan Darat mulai hari ini mengibarkan bendera setengah tiang,” kata Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Kolonel Inf Nefra Firdaus dalam keterangannya, Minggu (10/5).
Ketua DPP Gerindra Habiburokhman mengatakan, Djoko Santoso dimakamkan di pemakaman San Diego Hills.
"Informasi dari keluarga, almarhum akan dimakamkan di San Diego Hills," ujar Habiburokhman kepada kumparan
Djoko dimakamkan dengan upacara militer. Sejumlah pejabat tinggi TNI dan TNI AD juga hadir dalam pemakaman tersebut. Termasuk, KSAD Jenderal Andika Perkasa.
ADVERTISEMENT
“Selain KSAD, akan hadir para pejabat teras TNI / TNI AD, para mantan KSAD, para purnawirawan Pati TNI, keluarga, kerabat dan sanak keluarga serta para pelayat di Rumah Duka untuk memberikan penghormatan terakhir dan mendoakan agar Almarhum Jenderal TNI (Purn) Djoko Santoso diterima disisi-Nya dan husnul khotimah," ujar Nefra.
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Menteri PAN-RB Tjahjo Kumolo hingga Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengikuti proses pemakaman secara militer tersebut.
Anggota DPR yang juga Waketum Gerindra Sugiono ikut mendampingi Prabowo dalam prosesi pemakaman DJoko Santoso. Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menjadi Inspektur Upacara dalam prosesi pemakaman tersebut.
Sebelum meninggal dunia, Djoko ternyata punya keinginan yang belum terwujud, yakni menikahkan anak bungsunya, Ardhya Pratiwi Setiowati, pada Agustus mendatang.
ADVERTISEMENT
Hal itu diungkapkan adik keempat mendiang Djoko Santoso, Tutik Suyono (63), saat ditemui kumparan di rumah orang tua almarhum di Kampung Baru RT 01/RW 02, Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, Jawa Tengah, Minggu (10/5).
"Almarhum (Djoko) sebenarnya mau mantu (menikahkan) anak bungsu perempuan pada Agustus mendatang. Namun, takdir berkata lain, beliau (Djoko) tutup usia," ujar Tutik.
Tutik mengatakan, anak bungsu Djoko yang akan menikah itu baru saja lulus S3 di Italia pada akhir 2019 lalu. Calon suaminya, merupakan orang asli Italia dan keduanya sudah punya rencana menikah tahun ini.
"Ya rencana menikahkan anak bungsunya itu juga diceritakan sama adik kandungnya lainnya di Jakarta. Dalam pembicaraan keluarga itu dia (Djoko) bercerita agar nikahnya nanti cukup di KUA tidak usah macam-macam, keadaannya sedang begini (COVID-19). Tak lama kemudian dapat kabar duka ini," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Djoko adalah salah satu tokoh nasional yang merintis kariernya dari bawah. Ayahnya adalah seorang guru SMA sedangkan ibunya adalah ibu rumah tangga.
Sebagai anak pertama dari sembilan bersaudara, sejak kecil Djoko sudah terbiasa hidup sederhana, apalagi setelah ayahnya pensiun. Ia bertekad untuk belajar sungguh-sungguh dan mengubah nasib keluarga sederhananya.
Usaha dan kerja kerasnya pun terbukti. Setelah lulus dari SMA Negeri 1 Surakarta, Djoko lolos seleksi masuk Akademi Militer (AKMIL) di Magelang. Saat berusia 23 tahun, pria kelahiran Solo, 8 September 1952 ini lulus dari AKMIL dan memulai karier militernya dari bawah.
Di TNI Angkatan Darat, Djoko lebih banyak ditugaskan di bidang intelijen. Djoko ditugaskan di pasukan Kostrad hingga sempat menjabat sebagai Panglima Divisi Infanteri 2/Kostrad. Namun, namanya mulai melejit justru saat ia diangkat menjadi Panglima Kodam XVII/Pattimura pada tahun 2002 silam.
ADVERTISEMENT
Selama menduduki jabatan itu, Djoko banyak menorehkan prestasi yang membanggakan. Salah satunya adalah keberhasilannya menangani kerusuhan di Maluku. Saat itu ia juga mengemban tugas tambahan sebagai Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan 2002-2003.
Berkat kesuksesannya, ia pun ditunjuk menjadi Panglima Kodam Jaya satu tahun kemudian. Karier Djoko yang gemilang tak berhenti di situ. Di tahun yang sama, ia melesat menjadi Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat.
Pada tahun 2005, Djoko diminta menggantikan Ryamizard Ryacudu menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD). Dua tahun kemudian, ia ditunjuk menjadi Panglima TNI menggantikan Djoko Suyanto oleh Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Pada Pilpres 2009, sebenarnya Djoko sempat diminta oleh Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri untuk mendampinginya sebagai cawapres. Namun, Djoko menolak tawaran Presiden ke-5 RI ini karena masih ingin fokus dengan kariernya sebagai prajurit.
Setelah 35 tahun bergelut di dunia militer, Djoko pun mengakhiri pengabdiannya pada tahun 2010. Ia sempat membentuk organisasi Gerakan Indonesia Adil Sejahtera dan Aman (ASA) yang bergerak di bidang politik, ekonomi, dan sosial budaya.
ADVERTISEMENT
Di acara peresmian ASA, pada tahun 2013, Djoko juga meluncurkan buku berjudul 'Jenderal TNI (Purn) H Djoko Santoso: Bukan Jenderal Kancil'. Buku ini berisi riwayat hidup hingga perjuangan Djoko selama berkarier di militer.
Pada tahun 2015, Jenderal Bintang Empat ini pun menjajal masuk dunia politik dengan bergabung di partai buatan seniornya, Prabowo Subianto, Gerindra . Djoko adalah salah satu pentolan yang gencar mendukung langkah Prabowo di Pilpres 2019.
*****
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona. Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.