Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Minggu (23/2) lalu, seorang pasien di RSUP dr. Kariadi, Semarang, meninggal dunia. Sebelum meninggal, ia sempat dirawat di ruang isolasi karena dinyatakan suspect virus corona atau COVID-19.
ADVERTISEMENT
Perlu diingat, suspect bukan positif, tetapi memenuhi unsur diduga. Pasien dinyatakan suspect ketika ia mengalami gejala seperti batuk , demam, flu, sesak napas, hingga harus dirawat di ruang isolasi untuk diteliti sampel dahaknya dan di-swab (usap tenggorokan).
Bukan menderita COVID-19
Direktur Medik dan Keperawatan RSUP dr. Kariadi, Agoes Oerip Poerwoko, membenarkan pasien yang meninggal itu. Namun menurut dia, pasien tersebut meninggal bukan karena terpapar COVID-19 .
RSUP Kariadi sebut pasien menderita Bronkopneumonia
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) RSUP dr Kariadi, dr Fathur Nur Kholis, menyatakan pasien meninggal dengan diagnosa penyakit bronkopneumonia. Pria itu mengalami kerusakan karena infeksi di paru-paru dan saluran pernapasan.
"Yang jelas bukan virus corona. Penyebab infeksi di paru-paru banyak sekali, bisa virus, bakteri, jamur atau makhluk hidup yang lain. Kasus yang kemarin meninggal bisa terjadi dengan sebab apa pun, termasuk bakteri. Ini bronkopneumonia, tingkat kematiannya memang tinggi," tutur Fathur di Semarang , Rabu (26/2).
Menurut Fathur, Bronkopneumonia merupakan peradangan pada paru-paru yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur. Seseorang akan mengalami gangguan dalam bernapas sehingga tidak bisa mengambil oksigen dan tidak bisa mengeluarkan Co2.
ADVERTISEMENT
"Bapak yang kemarin meninggal tingkat bronkopneumonia itu sangat berat, tingkat kerusakan paru-parunya cukup berat, kemungkinan penyebabnya bakteri," jelasnya.
Pneumonia, atau infeksi paru-paru akut, memang menjadi salah satu gejala COVID-19. Namun, pneumonia adalah peradangan akut di jaringan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme, seperti bakteri, virus, parasit, jamur, pajanan bahan kimia, atau kerusakan fisik paru.
Adapun COVID-19 merupakan penyakit zoonosis, yakni penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia. Penyakit ini disebabkan oleh virus corona atau SARS-CoV-2 yang menginfeksi sel makhluk hidup atau inang. Pada manusia, virus ini biasanya menyerang pada bagian paru yang mereka jadikan reseptor.
Pasien meninggal setelah 11 hari ke Spanyol dan transit di Dubai, Uni Emirat Arab
Agoes mengatakan, sebelum meninggal, pasien sempat melakukan perjalanan ke Madrid, Spanyol. Mengingat memiliki riwayat ke luar negeri dalam 14 hari, pihak RS mengkategorikan pasien dalam pengawasan khusus dan harus diisolasi.
ADVERTISEMENT
“Pasien laki-laki, usia 37 tahun. Dia riwayat perjalanan dari Spanyol transit Dubai, masuk Indonesia tanggal 12 Februari, lalu 17 Februari dirawat di rumah sakit daerah kemudian tanggal 19 dirujuk dan masuk ke sini,” kata Agoes.
"Dan ada gejala-gejala demam, batuk, sesak napas hingga gangguan pernapasan berat. Pasien dalam pengawasan dilakukan pemeriksaan sesuai arahan Kementerian Kesehatan dan pemeriksaan penunjang untuk cari penyebab adakah infeksi virus corona," kata Agoes.
Menurut data terakhir di tanggal itu, ada satu kasus positif virus corona di Spanyol. Sementara di UEA, ada 11 kasus.
Jenazah pasien dibalut plastik sebelum dimakamkan
Pada 23 Februari, pasien meninggal dunia. Saat itu, tim dokter belum bisa menyimpulkan penyebab kematiannya karena sampel masih diperiksa Puslitbangkes Kemenkes.
ADVERTISEMENT
Hasil lab baru keluar tanggal 24 Februari. Sehingga, dokter menyebut, pasien yang sudah meninggal harus ditangani sebagai korban positif demi mencegah infeksi.
"Pasien ini meninggal perlakuan sama seperti positif. Begitu negatif [corona], yang melakukan penanganan lega, tidak harus ada yang dikhawatirkan," ujarnya.
"Pada saat meninggal karena laboratorium belum keluar maka tata kelolanya disebutkan bahwa tata kelolanya sesuai dengan (penyakit) new emerging," jelas Agoes.
Kepala Bidang Pelayanan Medik RSUP dr Kariadi Semarang, Nurdopo Baskoro, menjelaskan, jenazah pasien dimakamkan sesuai prosedur penanganan jenazah suspect virus corona. Musababnya, pasien itu meninggal saat berada di ruang isolasi.
“Sesuai prosedur penanganan jenazah pasien emerging, jenazah harus tertutup rapat, dibungkus plastik dan dimasukkan ke dalam peti,” ungkap Baskoro.
ADVERTISEMENT
Pemerintah bantah menutupi penyakit pasien
Menko Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menegaskan tak ada yang ditutup-tutupi soal kematian pasien berusia 37 tahun itu. Muhadjir mengaku sudah meninjau RS Kariadi dan berkomunikasi dengan petugas medis yang menangani pasien secara langsung.
"Itu memang negatif. Saya sudah kroscek di RS Kariadi, kepala dinas kesehatan dan direktur sudah menyampaikan data, terus saya kroscek ke Pusat Litbang (Kemenkes) untuk penyakit infeksi. Direkturnya langsung," kata Muhadjir di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.
"Dan sudah diberi list datanya tentang dia. Dan negatif. Enggak ada (menutup-nutupi), enggak, kita terbuka. Sudah saya pastikan saya kroscek ke pusat untuk periksa spesimennya," pungkasnya.
RS Kariadi sudah tangani 23 pasien suspect
ADVERTISEMENT
Kepala Bidang Pelayanan Medik RSUP dr Kariadi Semarang, dr Nurdopo Baskoro, menuturkan, sejak Januari hingga akhir Februari 2020, pihaknya sudah merawat 23 pasien dengan dugaan virus corona.
Dari total 23 pasien, 13 di antaranya dimasukkan dalam kategori Orang Dalam Pemantauan (ODP). Artinya, hanya dikarantina di luar rumah sakit.
Sementara 10 lainnya merupakan Pasien Dalam Pengawasan (PDP). Beberapa dari mereka merupakan WN Jepang, China, dan Korea.
“Saat ini (masih) ada satu yang dirawat di ruang isolasi. Perempuan usia 25 tahun, datang sore kemarin. Keluhan demam, batuk, pilek. Riwayat kontak erat dengan WNA. Tetapi pasien sendiri tidak ada riwayat bepergian keluar negeri,” kata Baskoro.