Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Tayangan program pendidikan stasiun televisi swasta lokal SBO atau sekolah virtual menuai kontroversi karena memperlihatkan lambang Pancasila sila keempat yang seharusnya kepala banteng menjadi logo PDIP.
ADVERTISEMENT
Diketahui program tersebut merupakan kerja sama dengan Dinas Pendidikan Surabaya.
"Tadi itu kerja sama kita kan SBO sama Dinas Pendidikan Surabaya ya. Tadi udah dikonfirmasi yang bersangkutan (pemberi materi) juga sudah diklasifikasikan nanti rencananya sama dinas untuk konfirmasi," kata Produser GURUku SBO, Widi Kurniawan kepada jatimnow.com, Selasa (8/9) malam.
Hal ini bermula dari viralnya keluhan yang diunggah akun CDS @chanxxx_xx pada Selasa (8/9/2020) pukul 12.09 WIB.
"Kesalahan sangat fatal pada materi program pembelajaran GURUku untuk kelas 1 SD disiarkan @sbotv pagi ini tanggal 8 September 2020. Lambang sila 4 kepala banteng tapi gambarnya lambang PDIP ," tulis akun tersebut seperti yang dipantau jatimnow.com.
Dalam unggahan video itu, host wanita yang mengenakan kebaya berwarna merah itu lantas membacakan materi terkait makna dan isi dari sila keempat.
ADVERTISEMENT
"Sila ke-4 Pancasila, yang berbunyi Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan yang dilambangkan dengan kepala banteng. Nah, anak-anak kepala banteng ini, kenapa kepala banteng Bu Vita? Karena banteng itu merupakan hewan yang suka berkelompok seperti warga Indonesia anak-anak, kita suka bekerja sama, kita suka bermusyawarah meskipun dalam masa pandemi seperti ini. Dalam masa pandemi seperti ini, tapi kita juga tetap bermusyawarah, berdiskusi melalui media sosial, seperti itu ya anak-anak," ujar sang host di video tersebut.
Setelah viral, SBO TV memberikan klarifikasi dan menyebut munculnya logo PDIP saat menjelaskan sila ke-4 murni akibat human error.
"Guru-guru ini kan kita tahu kondisinya, jadwalnya juga pontang-panting, masalah kesehatan, jadi yang bersangkutan ini kan jadwalnya pengganti saja. Itu murni kesalahan teknis human error, tapi tidak ada maksud tertentu yang dari partai A,B,C untuk ditayangkan," kilah Produser Guruku SBO, Widi Kurniawan kepada jatimnow.com.
ADVERTISEMENT
Widi juga menyebut, materi tersebut sepenuhnya berasal dari Dinas Pendidikan Surabaya. SBO hanya memfasilitasi penayangannya.
"SBO kan memfasilitasi untuk penayangan, tapi untuk materi dari mereka (Dinas Pendidikan). Nanti kita konfirmasi supaya tidak ada saling ini. Tadi siang juga sudah ngomong sama dinas, kita jawab bareng supaya ketemu dulu, tapi ini juga sudah ramai," tuturnya.
Kasus ini pun telah diketahui oleh DPRD Surabaya. Anggota DPRD Surabaya Fraksi PKB, Mahfudz, menyebut hal tersebut sebagai pelecehan terhadap lambang Pancasila dan akan melaporkannya ke polisi.
"Itu namanya pelecehan terhadap lambang Pancasila. Saya laporkan," kata Mahfudz.
Guru pembuat materi yang menampilkan logo PDIP, Afita Nurul Aini, mengaku kurang konsentrasi dan tidak ada unsur kesengajaan atas munculnya logo tersebut dalam proses pembelajaran tersebut.
ADVERTISEMENT
"Itu yang ada yang secara global. Itu kan yang saya masukkan di slide ketiga, itu kan secara global. Ada dari sila pertama sampai sila ke lima," ungkap Fita dalam jumpa pers di Pemkot Surabaya bersama Dinas Pendidikan Kota Surabaya dan perwakilan SBO TV.
"Nah kemudian yang slide berikutnya, itu kan tiap simbol pancasila. Nah itu yang saya ambil dari google dan ternyata saya salah dalam mengklik atau memencet seperti itu. Jadi murni ketidaksengajaan, bukan karena motif apa pun," tambahnya.
Fita mengaku lalai dan tanpa sengaja memasukkan gambar yang tidak sesuai dengan materi yang seharusnya ditampilkan dalam pembelajaran. Menurutnya, penyusunan materi memang ia lakukan sebagai guru pengganti. Di minggu pertama, dia juga tampil di hari Jumat. Kemudian pada Sabtu, ia menyiapkan materi untuk dibawakannya pada hari Selasa.
ADVERTISEMENT
"Jadi hari Sabtu itu materinya masih garis besarnya saja yang saya setorkan ke Dinas Pendidikan Kota Surabaya. Kemudian dilakukan kroscek Dinas Pendidikan Kota Surabaya, namun belum lengkap," jelasnya.
"Kesalahan saya ketika hari Senin dan di hari Senin itu saya kurang konsentrasi, kurang teliti, sehingga gambar yang saya masukkan kurang tepat. Jadi tidak ada unsur kesengajaan sama sekali ataupun motif apapun dari saya," ungkap Fita.
Fita meminta maaf kepada masyarakat yang sudah menyaksikan tayangannya melalui live streaming maupun televisi.
"Ini benar-benar ketidaksengajaan dan kurangnya konsentrasi dari saya. Sekali lagi saya mohon maaf sebesar-besarnya kepada masyarakat yang cukup luas," tambahnya.
***
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona
ADVERTISEMENT