Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Setelah lebih dari setahun disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina, 4 WNI akhirnya bisa pulang. Keempatnya berhasil dipulangkan berkat kerja sama pihak BAIS TNI dan Militer Filipina pada Maret.
ADVERTISEMENT
Keempat WNI yakni Arizal Kasta Miran (30), Arsad Bin Dahlan, (41), dan Andi Riswanto (26), dan Khairuldin Bin Yai Kii (15). Mereka merupakan warga Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara yang disandera sejak Februari 2020.
Bebasnya 4 orang tersebut merupakan kabar baik bagi perlindungan WNI di luar negeri. Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, menyatakan akan meningkatkan langkah preventif agar tidak ada lagi WNI yang diculik Abu Sayyaf.
Retno menyatakan, peristiwa penculikan WNI tidak boleh terulang di masa depan. Sehingga Retno akan meningkatkan kerja sama negara tetangga seperti Malaysia dan Filipina.
"Ke depan kita harus memperkuat aspek pencegahan, meningkatkan pengamanan di perairan Sabah oleh otoritas Malaysia, dan dengan tentunya kerja sama dari kita dan juga dari otoritas Filipina," ujar Retno dalam konferensi pers yang digelar secara virtual, Senin (5/4).
ADVERTISEMENT
"Selain itu kehati-hatian nelayan kita yang bekerja di kapal Malaysia juga penting untuk terus ditingkatkan," ucap Retno.
Berikut fakta-fakta pembebasan 4 WNI dari kelompok Abu Sayyaf:
Empat WNI yang bebas dari kelompok Abu Sayyaf kini bisa bertemu lagi dengan keluarga. Kemlu telah menyerahkan mereka kepada pihak keluarga. Penyerahan dilakukan di kantor Kemlu, Senin (5/4).
"Dengan mengucapkan puji syukur alhamdulillah pada pagi ini saya atas nama pemerintah Republik Indonesia menyerahterimakan empat saudara kita yaitu Bapak Arsyad, Bapak Arizal, Bapak Riswanto, dan Bapak Khairudin kepada keluarga. Saudara-saudara kita ini telah menjadi korban penyanderaan kelompok Abu sayyaf selama 427 hari atau lebih dari 1 tahun 3 bulan," ujar Retno.
"Kepada Bapak Arsyad, Bapak Arizal, Bapak Riswanto, dan Bapak Khairudin selamat berkumpul kembali dengan keluarga. Kepada ibu dan bapak keluarga selamat juga berkumpul dengan 4 bapak-bapak ini yang tentunya sudah cukup lama keluarga menunggu saat berbahagia ini pembebasan mereka dari penyanderaan dan dapat berkumpul kembali dengan keluarga," sambung Retno.
ADVERTISEMENT
Retno Marsudi menyatakan dengan pemulangan 4 WNI tersebut, kini sudah tidak ada WNI yang disandera Abu Sayyaf.
"Dengan pembebasan ini maka tidak ada WNI yang saat ini menjadi korban penyanderaan," ujar Retno.
Menurut Retno, pemulangan gelombang akhir itu adalah keberhasilan Indonesia memastikan keamanan warganya di seluruh belahan dunia.
Retno Marsudi berharap 4 WNI yang jadi sandera Abu Sayyaf merupakan yang terakhir. Harapan Menlu Retno bukan tanpa alasan. Sebab, sejak lima tahun lalu, puluhan WNI disandera Abu Sayyaf dan disekap di wilayah rawan di Filipina bagian selatan.
"Sejak tahun 2016 hingga saat ini tercatat 44 warga negara Indonesia menjadi korban penyanderaan kelompok Abu Sayyaf, dengan pembebasan ini maka tidak ada WNI yang saat ini menjadi korban penyanderaan," ujar Retno.
ADVERTISEMENT
Retno menjelaskan, beberapa cara akan dilakukan agar tidak ada lagi WNI yang disandera Abu Sayyaf. Cara-cara tersebut termasuk meningkatkan kerja sama dengan Filipina dan Malaysia serta meminta yang bekerja sebagai nelayan meningkatkan kewaspadaan.
Kelompok Abu Sayyaf meminta nelayan WNI dan nelayan lain tidak berlayar ke perairan Sabah. Hal tersebut disampaikan WNI eks sandera Abu Sayyaf, Arizal Kasta Miran (30).
Usai upacara serah terima, Arizal menceritakan pengalamannya saat diculik Abu Sayyaf. Dia mengaku seorang anggota Abu Sayyaf pernah mengeluarkan peringatan larangan nelayan Indonesia berlayar di Sabah.
"Mereka sempat titip pesan ke kami diberitahukan ke kawan nelayan semua di Sabah Malaysia ya enggak usah melaut lagi di Tambisan (di Sabah), begitu," kata Arizal.
ADVERTISEMENT
"Karena akses buat masuk ke situ mereka mudah katanya. Itu disampaikan personel Abu Sayyaf sendiri," lanjutnya.
Permintaan serupa disampaikan Kemlu. Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kemlu, Judha Nugraha, memperingatkan pada seluruh nelayan Indonesia untuk menghindari berlayar ke perairan rawan, seperti Laut Sabah.
"Kami menitipkan pesan pada para nelayan kita yang bekerja di kapal ikan Malaysia yang ada di wilayah Sabah untuk selalu berhati-hati, tidak berlayar wilayah-wilayah yang sudah ditetapkan sebagai wilayah bahaya sehingga kasus penculikan dapat dicegah," ujar Judha.
"Kita memiliki perwakilan di wilayah sana yaitu KJRI kita yang ada di Kota Kinabalu dan Konsulat kita yang ada di Tawau. Kedua perwakilan kita tentu selalu aktif untuk mensosialisasikan kepada nelayan kita untuk berhati-hati," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Selain meminta WNI waspada, Judha berharap Pemerintah Malaysia dapat memperketat keamanan di perairan tersebut. Sebab, Laut Sabah merupakan wilayah operasi Abu Sayyaf.
Sengsara dan tak diperlakukan manusiawi, seperti itulah gambaran perlakuan kelompok Abu Sayyaf kepada 4 WNI yang disandera selama setahun lebih.
Semasa dalam penyanderaan, Arizal Kasta Miran (30) mengatakan banyak perlakuan tidak manusiawi yang dialaminya bersama tiga WNI lainnya.
Saat itu, Arizal mengatakan Abu Sayyaf tak memberi mereka makan dengan layak. Bahkan dia mengakui Abu Sayyaf kerap mengancam nyawanya dan rekan-rekannya.
"Yang jelas sih kesehariannya sengsara di sana, kadang kita enggak makan dua hari tiga hari enggak makan. Takut kena bom atau apa, emang sengsara betul lah kehidupan di sana. Kehidupan enggak kejamin, takut kenapa kenapa kita di sana," ujar Arizal.
ADVERTISEMENT
Live Update