Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Fakta-fakta Penahanan Walkot Semarang Mbak Ita oleh KPK
20 Februari 2025 8:00 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Awalnya, Mbak Ita datang untuk memenuhi panggilan pemeriksaan KPK sebagai tersangka. Tapi, usai pemeriksaan, ia langsung ditahan oleh KPK.
Seperti apa fakta-faktanya, berikut kumparan rangkum.
Saat Tiba di KPK: Mohon Doanya
Mbak Ita dan Alwin tiba di KPK pada pukul 09.25 WIB. Mbak Ita mengenakan pakaian serba putih, dengan kerudung putih pula.
Tak banyak yang dilontarkan Mbak Ita kepada wartawan begitu tiba. Ia hanya minta didoakan.
"Mohon doanya saja ya. Mohon doanya aja," ujar Mbak Ita kepada wartawan di lokasi, Rabu (19/2).
5 menit kemudian, Alwin datang. Ia mengenakan jaket hitam dan kemeja biru. Ditanyai apakah ia siap ditahan, Alwin menjawab singkat.
"Sesuai hukum," kata Alwin.
ADVERTISEMENT
Ditahan Usai 7 Jam Pemeriksaan
Pantauan di KPK, Mbak Ita dan suaminya tampak rampung menjalani pemeriksaan di Gedung Merah Putih sekitar pukul 16.39 WIB. Keduanya tampak mengenakan rompi berwarna oranye khas tahanan KPK saat keluar dari ruang pemeriksaan.
Keduanya mulai menjalani pemeriksaan oleh penyidik sekitar pukul 09.40 WIB. Artinya, ia dicecar penyidik selama kurang lebih 7 jam sebelum ditahan lembaga antirasuah.
Mereka akhirnya ditahan setelah beberapa kali mangkir dari panggilan penyidik. Yakni, pada 10 Desember 2024, 17 Januari 2025, 22 Januari 2025, dan 11 Februari 2025.
3 Kasus Mbak Ita & Suami di KPK: Pengadaan Meja, Atur Proyek, Pungli di Bapenda
Mbak Ita dan Alwin dijerat tersangka dalam 3 perkara. Yakni :
ADVERTISEMENT
"Sejak saat HGR menjabat sebagai Wali Kota Semarang, HGR dan AB telah menerima sejumlah uang dari fee atas pengadaan meja kursi fabrikasi SD pada Dinas Pendidikan Kota Semarang TA 2023, pengaturan proyek penunjukan langsung pada tingkat kecamatan TA 2023, dan permintaan uang ke Bapenda Kota Semarang," kata Pimpinan KPK Ibnu Basuki Widodo dalam konferensi pers di kantornya, Rabu (19/2).
Penahanan ini menyusul dua orang yang terlebih dahulu ditahan oleh KPK. Mereka adalah Ketua Gapensi Semarang Martono dan Dirut PT Deka Sari Perkasa Rachmat Utama Djangkar.
ADVERTISEMENT
Korupsi Duit Rp 6,1 Miliar
Dalam keterangan KPK, pasangan suami istri ini diduga terlibat dalam 3 perkara di atas, dan menerima duit sebesar Rp 6,1 miliar.
Dalam kasus dugaan korupsi pada proyek pengadaan meja kursi fabrikasi SD di Dinas Pendidikan Kota Semarang, Alwin Basri disebut menerima uang sebesar Rp 1,7 miliar.
"Bahwa atas keterlibatan dari AB membantu RUD [Rachmat Utama Djangkar, Dirut PT Deka Sari Perkasa] mendapatkan proyek tersebut, RUD telah menyiapkan uang sebesar Rp 1.750.000.000 atau sebesar 10 persen untuk AB," ungkap Wakil Ketua KPK Ibnu Basuki Widodo, di Gedung KPK, Rabu (19/2).
Kemudian, kata Ibnu, dalam perkara pengaturan proyek penunjukan langsung pada tingkat kecamatan, Alwin Basri disebut menerima uang sebesar Rp 2 miliar.
ADVERTISEMENT
"Bahwa pada sekitar bulan Desember tahun 2022, M [Martono, Ketua Gapensi Semarang], menyerahkan uang senilai Rp 2 miliar kepada AB sebagai komitmen fee proyek PL kecamatan," jelas dia.
Terakhir, dalam perkara permintaan uang kepada Bapenda Kota Semarang, keduanya menerima uang sebesar Rp 2,4 miliar.
"IIN [Indriyasari, Kepala Bapenda Kota Semarang], memberikan uang sekurang-kurangnya Rp 2.400.000.000 (Rp 2,4 miliar) kepada HGR dan AB yang dipotong dari iuran sukarela pegawai Bapenda Kota Semarang dari TPP [Tambahan Penghasilan Pegawai] triwulan 1 sampai dengan 4 tahun 2023," tutur Ibnu.
Dengan penerimaan uang itu, total keduanya mendapatkan uang sekitar Rp 6,15 miliar dalam perkara yang menjeratnya sebagai tersangka. Lembaga antirasuah kemudian menetapkan keduanya sebagai tersangka dan dilakukan penahanan selama 20 hari ke depan.
ADVERTISEMENT