Fakta-fakta Pesawat Kepresidenan Dicat Merah Berbiaya Rp 2 M di Tengah Pandemi

4 Agustus 2021 8:15 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo dan rombongan tiba di Pangkalan TNI AU Sultan Hasanuddin untuk kemudian berganti pesawat untuk menuju Tana Toraja. Foto: Laily Rachev/Biro Pers Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo dan rombongan tiba di Pangkalan TNI AU Sultan Hasanuddin untuk kemudian berganti pesawat untuk menuju Tana Toraja. Foto: Laily Rachev/Biro Pers Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
Pengecatan Pesawat Kepresidenan RI dari warna dominan biru menjadi merah menuai kritik. Sebab memakan biaya Rp 2 miliar.
ADVERTISEMENT
Jumlah ini tidak sedikit mengingat saat ini ekonomi Indonesia sedang sulit karena pandemi COVID-19.
Kontroversi ini dimulai dari twit pengamat penerbangan yang juga eks Komisioner Ombudsman Alvin Lie. Ia menyebut pengecatan hanya menghamburkan uang.
"Hari gini masih aja foya-foya ubah warna pesawat Kepresidenan. Biaya cat ulang pesawat setara B737-800 berkisar antara USD 100 ribu-USD 150 ribu. Sekitar Rp 1,4 miliar sd Rp 2,1 miliar," tulis Alvin di akun Twitternya.

Dikonfirmasi Pihak Istana

Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono meresmikan ruang konservasi benda seni Istana Kepresidenan Jakarta. Foto: Rusman/Biro Pers Sekretariat Presiden
Kasetpres Heru Budi Hartono mengkonfirmasi pengecatan pesawat kepresidenan Indonesia-1 atau Pesawat BBJ 2 menjadi warna merah putih. Selain pesawat itu, pengecatan juga dilakukan ke Helikopter Super Puma yang dipakai Presiden Jokowi dengan warna yang sama.
"Proses pengecatan (pesawat) sendiri merupakan pekerjaan satu paket dengan Heli Super Puma dan Pesawat RJ," kata Heru, Selasa (3/8).
ADVERTISEMENT
Heru menjelaskan, pengecatan Pesawat BBJ 2 sudah direncanakan sejak tahun 2019 terkait dengan perayaan HUT ke-75 Kemerdekaan Republik Indonesia di tahun 2020. Namun saat itu pesawat belum memasuki jadwal perawatan rutin sehingga pengecatan baru dilakukan tahun ini berbarengan dengan perawatan rutin.
"Waktunya pun lebih efisien, karena dilakukan bersamaan dengan proses perawatan," ucap mantan Wali Kota Jakarta Utara itu.
Heru mengungkapkan pesawat tersebut sudah 7 tahun digunakan sehingga butuh perawatan besar demi keamanan penerbangan. Sementara pengecatan dilakukan karena ada bagian pesawat yang mulai terkelupas.
"Ada beberapa bagian yang sudah terkelupas," kata Heru.
Terkait biaya pengecatan tersebut, Heru tidak menjabarkan dengan detail. "Ya, kurang lebih segitu (Rp 2 miliar)," kata Heru kepada kumparan, Selasa (2/8).
ADVERTISEMENT
Soal pemilihan warna merah, menurut Heru sebagai representasi warna bendera Indonesia yaitu merah-putih. Ia membantah jika pengecatan itu dianggap menghamburkan uang negara.
"Perlu kami jelaskan bahwa alokasi untuk perawatan dan pengecatan sudah dialokasikan dalam APBN. Selain itu, sebagai upaya untuk pendanaan penanganan COVID, Kementerian Sekretariat Negara juga telah melakukan refocusing anggaran pada APBN 2020 dan APBN 2021, sesuai dengan alokasi yang ditetapkan Menteri Keuangan," jelas dia.
Terpisah staf khusus Mensesneg, Faldo Maldini, mengungkapkan pengerjaan perawatan dan pengecatan pesawat dilakukan oleh industri dalam negeri.
"Di kala pandemi, belanja pemerintah dapat mendorong geliat sektor usaha, apalagi industri penerbangan, yang sangat terdampak pandemi. Naik pesawat sekarang kan tidak semudah dulu lagi, jadi melambat itu semua, dari hulu sampai hilir," kata Faldo.
ADVERTISEMENT

Dikritik Komisi II DPR RI

Anggota Komisi II DPR F-PAN Guspardi Gaus. Foto: Instagram/@guspardi.gaus
Biaya yang mahal untuk pengecatan pesawat kepresidenan menuai kritik dari anggota DPR.
Anggota Komisi II DPR Guspardi Gaus menilai Istana seperti tak peduli dengan kondisi masyarakat saat ini yang tengah berjuang menghadapi pandemi. Hal itu menurut dia bertolak belakang dengan imbauan Jokowi bahwa pejabat harus punya sense of crisis.
"Harus punya sense of crisis lah ya. Harus mempunyai rasa kepedulian terhadap kondisi kekinian," ujarnya.
Kolega Guspardi di DPR, Anwar Hafid dari Fraksi Partai Demokrat mengatakan anggaran besar untuk pengecatan pesawat tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan rakyat saat pandemi COVID-19.
"Ada banyak hal yang urgent dibandingkan mengurusi cat pesawat presiden. Sebaiknya pembantu presiden berfokus membantu presiden untuk benar-benar berperang menghadapi pandemi, serta alokasi cat presiden lebih elegan diarahkan bagi kebutuhan tabung oksigen bagi rakyat," tutur Anwar.
ADVERTISEMENT
Senada dengan Anwar, Ketua DPP PKS yang juga anggota Komisi II DPR Mardani Ali Sera mengatakan pengecatan bukan prioritas untuk saat ini. Seharusnya biaya tersebut dapat dialihkan untuk penanganan COVID-19.
Menurut Mardani, komisinya bakal meminta penjelasan Setneg dan Setkab soal pengecatan ulang pesawat kepresidenan. Sebab, pengecatan pesawat kepresidenan menggunakan anggaran Setneg yang merupakan mitra Komisi II DPR.

Rp 2 Miliar untuk Pengecatan Pesawat Mahalkah?

Pesawat baru Kepresidenan RI, Boeing 777. Foto: Dok. Istimewa
Berbeda dengan cat bangunan atau kendaraan lainnya, untuk pesawat diperlukan cat dengan spesifikasi khusus. Seorang sumber kumparan yang berbisnis maintenance dan pengecatan pesawat, mengungkapkan spesifikasi khusus yang dimaksud.
"Itu memang khusus cat aviasi. Dia harus tahan high temperature extrem, juga punya sifat anti-statis. Jenis cat ini juga masih impor, belum diproduksi di Indonesia," ujarnya kepada kumparan, Selasa (3/8).
Disambut Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Jokowi tiba di Bandara Udara Internasional Juanda. Foto: Fahrian Saleh/kumparan
Dalam bisnis pengecatan pesawat, dia sendiri biasa menggunakan cat pesawat buatan Akzo Nobel Coatings Ltd, yang diimpor langsung dari Selandia Baru. Menurutnya, setiap set atau satu kit cat terdiri dari 3 komponen, yakni cat dasar (base paint), hardener, dan thinner.
ADVERTISEMENT
Soal biaya, dia tidak secara terbuka mengungkapkan. Karena menurutnya bukan semata-mata dipengaruhi oleh harga cat. Tapi juga tergantung jenis pesawat dan spesifikasinya, serta detail pengecatan.
Sebagai gambaran, pengecatan pesawat penumpang biasa harganya mencapai USD 150 ribu (Rp 2,15 miliar) hingga USD 300 ribu (Rp 4,30 miliar). Sedangkan harga untuk pesawat yang lebih kecil, bisa hanya USD 50 ribu atau Rp 700 jutaan.