Fakta-fakta Polusi Udara di DKI Makin Tak Terkendali

12 Agustus 2023 6:58 WIB
·
waktu baca 8 menit
Suasana Jakarta difoto dari atas gedung Perpusnas terlihat samar karena polusi udara, Selasa (25/7/2023).  Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Jakarta difoto dari atas gedung Perpusnas terlihat samar karena polusi udara, Selasa (25/7/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Polusi udara di Jabodetabek kembali memburuk setelah pandemi COVID-19. Terbaru, berdasarkan data dari platform pemantauan kualitas udara, Napas, selama Juli 2023, Tangerang Selatan menjadi kota dengan polusi udara terburuk di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Serpong, Tangsel, menjadi lokasi paling berpolusi di Indonesia dengan rata-rata PM 2.5 yang dihasilkan 80 µg/m³. Angka tersebut membuat polusi udara di Serpong masuk kategori “tidak sehat untuk semua orang”.
Buruknya kualitas udara di Serpong membuat warganya seperti mengisap 112 batang rokok per bulan.
Kualitas udara buruk ini juga terjadi di kota-kota besar lainnya seperti DKI Jakarta, Bekasi, Depok, Bogor, Bandung Raya, Yogyakarta hingga Surabaya. Sebagian besar polusi udara berasal dari aktivitas manusia, seperti kendaraan, asap pabrik dan pembakaran sampah hingga fogging nyamuk. Namun ada juga yang berasal dari alam, salah satunya gunung meletus.
Jika kamu berpikir di dalam ruangan akan jauh lebih baik kualitas udaranya? Mulai sekarang buang jauh-jauh anggapan tersebut. Karena faktanya udara di dalam ruangan nyaris sama kotornya dengan udara di luar ruangan.
Suasana Jakarta difoto dari atas gedung Perpusnas terlihat samar karena polusi udara, Selasa (25/7/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan

Kenapa udara di dalam ruangan tetap buruk?

ADVERTISEMENT
Ini karena ukuran PM 2.5 yang sangat kecil. PM 2.5 sendiri adalah partikel padat polusi udara berukuran kurang dari 2,5 mikrometer atau 36 kali lebih kecil dari diameter sebutir pasir.
Ukuran PM2.5 yang sangat kecil ini membuat partikel polusi tidak dapat disaring oleh tubuh kita. Dia juga bisa dengan mudah masuk dari celah pintu dan jendela rumah, sekolah, atau pun kampus.
Untuk di gedung perkantoran, polusi bisa masuk dari sistem pendingin ruangan sentral yang buruk. Akibatnya, kita menghirup udara yang hampir sama tercemarnya dengan udara di luar.

Bagaimana proses polusi itu masuk ke ruangan?

Menurut Nafas, sebagian besar bangunan atau gedung di kota-kota besar dengan polusi udara tinggi seperti Jakarta dan Bandung dirancang tanpa penyaringan yang memadai.
ADVERTISEMENT
Cara kerja bangunannya seperti ini: sepanjang hari, udara "baru" dari luar dipompa ke dalam bangunan untuk menggantikan udara "lama" yang ada di dalam. Jika gedung tersebut memiliki sistem penyaringan yang buruk, ketika polusi di luar sangat tinggi berarti semua polusi tersebut masuk ke kantor, ruang kerja, atau ruang pertemuan.
Selama itu juga, udara lama diganti dengan apa pun yang ada di luar; lebih banyak polusi. Ketika tingkat PM 2.5 luar melebihi 20 µg/m³, sistem udara pusat tidak lagi bisa menjaga kesehatan udara di dalam ruangan. Rata-rata konsentrasi PM 2,5 tahunan Jakarta adalah 36 µg/m³, sementara rata-rata bulan Juli adalah 58 µg/m³.
Prevalensi bagaimana udara di dalam gedung nyaris sama dengan di luar ruangan bisa dilihat dari grafik-grafik di atas. Selanjutnya, bagaimana cara udara di dalam ruangan lebih sehat? Nafas menyebut, salah satu hal yang bisa dilakukan adalah dengan menerapkan strategi filtrasi yang tinggi di gedung-gedung tersebut.
ADVERTISEMENT
Bagaimanapun, polusi udara di kota-kota besar di Indonesia sudah berada di titik nadir. Jika dibiarkan akan berbahaya. Karena selain bisa membuat kinerja lebih buruk, polusi udara bisa berdampak pada kesehatan, seperti kelahiran prematur, asma, batuk dan sesak napas, jantung koroner, diabetes hingga kanker paru-paru.
Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono meninjau ruang Network Operation Centre (NOS) ITS Traffic Light, di Jalan Abdul Muis, Jakarta Pusat, Selasa (4/7). Foto: Humas Balaikota DKI Jakarta

Heru Budi Dorong Kendaraan Listrik hingga Tanam Pohon untuk Atasi Polusi Jakarta

Pj Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono, memastikan perbaikan udara ibu kota terus dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya yakni mengganti kendaraan dinas hingga transportasi dengan yang berbasis listrik.
"Kita pelan-pelan beralih, kalau ingin beli roda dua beralih ke kendaraan listrik, saya rasa harganya juga tidak terlalu mahal," kata Heru Budi.
"Terus saya katakan, tahun ini 100 (Transjakarta) kita tambah berbasis baterai," tambah dia.
Sejak Oktober 2022 hingga Juli 2023, Dinas serta Suku Dinas Pertamanan dan Hutan Kota telah menanam 10.474 pohon dan akan terus bertambah.
ADVERTISEMENT
Sementara jumlah penanaman pohon dan tanaman hias yang dilaksanakan oleh 5 (lima) Wilayah Kota Administrasi dan Kabupaten Kepulauan Seribu periode April-Juli 2023 yaitu sebanyak 55.345 pohon pelindung dan pohon produktif, serta 203.973 tanaman hias.
Infografik Polusi Udara Jakarta. Foto: Dok. kumparan

Pemprov Akan Buat Pergub Pengendalian Polusi Udara

Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto, mengatakan pihaknya sudah menyusun berbagai macam regulasi untuk mengatasi masalah ini, seperti Instruksi Gubernur No 66 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Ke depan, Pemprov juga akan membuat Peraturan Gubernur (Pergub).
"Kami sedang menyusun strategi untuk pengendalian dalam bentuk Pergub, dan dalam waktu dekat akan ditandatangani oleh Pak Gubernur yaitu Pergub untuk strategi pengendalian pencemaran udara," ucap Asep.
Asep menjelaskan Pemprov memiliki tiga strategi untuk mengendalikan polusi udara di Jakarta. Pertama, peningkatan tata kelola dengan melakukan pengendalian pencemaran udara melalui berbagai macam kebijakan dan regulasi. Kedua, strategi pengurangan emisi pencemaran udara dan sumber bergerak. Ketiga, uji emisi.
ADVERTISEMENT
"Dinas LHK se-Jabodetabek sudah menandatangi komitmen bersama untuk mengurangi pencemaran udara melalui uji emisi," kata Asep.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto di Ancol, Jakarta Utara, Selasa (5/7/2022). Foto: Haya Syahira/kumparan

Tarif Parkir Mahal

Pemprov DKI, kata Asep, juga telah menerapkan kebijakan mengenakan tarif parkir tertinggi di 11 lokasi parkir milik pemda. Hal ini agar masyarakat lebih memilih menggunakan transportasi umum karena tarif parkir kendaraan pribadi akan lebih mahal.
"Jadi beberapa strategi tersebut kami pemprov terus melakukan upaya pengetatan, supaya kualitas udara Jakarta bisa semakin terjaga," ucapnya.
Dia mengimbau agar warga Jakarta mengecek kondisi kualitas udara melalui berbagai macam aplikasi seperti JAKI atau ISPU NET atau website BMKG. Selain itu sebagai langkah preventif disarankan memakai masker.
Seorang bayi yang menderita ISPA diberi bantuan pernafasan di pos kesehatan di Pos Induk Banjir Bandang Sentani di Gunung Tanah Merah, Jayapura, Papua, Kamis (21/3/2019). Foto: ANTARA FOTO/Zabur Karuru

Kasus ISPA Tak Ada Kenaikan Signifikan di Tengah Buruknya Udara Jakarta

Dinkes DKI Jakarta menyebut kasus penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di Jakarta tidak ada kenaikan signifikan di tengah buruknya polusi udara saat ini. Pola kasus ISPA di Jakarta sama seperti tahun sebelumnya.
ADVERTISEMENT
"Data ISPA di Jakarta itu enggak ada kenaikan, karena polanya sama dari tahun ke tahun," kata Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta dr. Ngabila Salama.
Ngabila menyebut, tidak ada kenaikan kasus ISPA yang signifikan sejak bulan April 2023 sampai Juli 2023. Kasus ISPA polanya akan sama dari tahun ke tahun, akan mulai meningkat pada September lalu puncaknya di Oktober sampai November. Dan mulai kembali turun sesudah bulan Maret.
"Itu sangat sesuai dengan pancaroba atau perubahan iklim terutama saat musim penghujan," ucap Ngabila.
Kepala Seksi Surveillance, Epidemologi dan Imunisasi Dinkes DKI Jakarta dr Ngabila Salama, MKM. Foto: Instagram/@ngabilasalama
Menurut Ngabila, hanya 0,9 persen warga DKI Jakarta yang terkena batuk pilek ISPA/pneumonia setiap bulannya atau rata-rata 100 ribu kasus dari 11 juta penduduk.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, soal polusi udara dampaknya lebih ke arah penyakit kronis atau tidak menular seperti radang paru, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dan asma.
"Juga penyakit sirkulasi seperti penyakit jantung dan hipertensi dan lainnya sebagainya," ucapnya.
Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk selalu menjaga kesehatan dan mengantisipasi buruknya udara saat ini. Misalnya dengan memakai masker saat berada di luar ruangan.
Petugas memasukan sepeda motor ke dalam truk saat Mudik Gratis DKI Jakarta 2022 khusus sepeda motor di Terminal Pulo Gadung, Jakarta, Selasa (26/4/2022). Foto: Aprillio Akbar/ANTARA FOTO

Kendaraan Bermotor dan Kemarau Penyebab Polusi Udara Jabodetabek

ADVERTISEMENT
Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Sigit Reliantoro, tidak menampik bahwa polusi udara di Jakarta dan kota sekitarnya mengalami peningkatan. Namun, sifatnya masih fluktuatif.
Salah satu faktor pencetusnya karena saat ini Indonesia sedang memasuki musim kemarau. Kualitas udara di musim kemarau khususnya dari Juli, Agustus, hingga September cenderung memburuk dan ini terjadi di tahun-tahun sebelumnya.
ADVERTISEMENT
"Kalau dilihat dari segi siklus, memang bulang Juli dan Agustus itu selalu terjadi peningkatan polusi udara di Jakarta karena dipengaruhi oleh udara dari timur yang kering," ujar Sigit.
KLHK juga sudah melakukan upaya mencari tahu dari mana sebetulnya sumber pencemaran di DKI Jakarta. Berdasarkan hasil studi, dari bahan bakar, pemicu polusi udara di Jakarta disebabkan oleh batu bara 0,4 persen, minyak 9 persen, dan gas 51 persen.
Sejumlah pengendara mobil dan motor antre untuk pemeriksaan uji emisi gas buangan di kantor Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Foto: Fakhri Hermansyah/ANTARA FOTO
Kendaraan terjebak kemacetan di kawasan TB Simatupang, Jakarta, Senin (10/7/2023). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Sektor kendaraan bermotor ternyata menjadi faktor utama polusi di Ibu Kota. Menurut KLHK, sektor transportasi menyumbang 44 persen polusi ke udara, industri energi 31 persen, manufaktur 10 persen, perumahan 14 persen, dan komersial 1 persen.
Artinya polutan yang ada di udara seperti PM10, PM2.5, NOx (Nitrogen oksida), dan karbon, lebih banyak dilepaskan dari kendaraan bermotor, seperti mobil, truk, kendaraan roda dua, dan sebagainya. Sementara gas SO2 memang lebih banyak berasal dari PLTU manufakturing, mencapai 61,96 persen.
ADVERTISEMENT
“Peluang terbesar untuk memperbaiki kualitas udara dengan memperbaiki sektor transportasi. Baru kemudian dari alat pengendali pencemaran dari industri. Sisanya itu adalah mungkin tidak terlalu signifikan di DKI Jakarta, seperti pengendalian peternakan, mencegah pembakaran sampah langsung, kemudian mengganti kayu dan minyak dengan gas atau kompor listrik,” ujar Sigit.
Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK Sigit Reliantoro. Foto: Muthia Firdaus/kumparan
Sigit mengatakan, untuk menangani hal ini, KLHK telah melakukan berbagai upaya, salah satunya adalah dengan mendukung peraturan uji emisi.
Uji emisi baku mutu ini dilakukan pada kendaraan tipe lama roda dua, roda empat, dan kendaraan lainnya. Uji emisi besar-besaran pernah dilakukan pada 5 Juli 2023 di wilayah Jabodetabek.
“Karena tadi rekomendasinya adalah uji emisi, maka kita juga sudah melakukan upaya serentak untuk melakukan uji emisi. Orang yang melakukan uji emisi sudah disiapkan, bahkan sertifikasi juga sudah disiapkan untuk menjamin bahwa bengkel-bengkel dan orang yang melakukan uji emisi itu standar,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Bagaimanapun, kata Sigit, polusi udara di Jakarta tidak cukup dilakukan oleh Pemprov DKI saja. Ini harus melibatkan daerah lain yang ada di sekitarnya. Dibutuhkan kesadaran dari seluruh stakeholder agar polusi udara Jabodetabek bisa dikendalikan, mulai dari pemerintah, organisasi, hingga masyarakat umum.
Sejumlah penumpang KRL Commuter Line mengenakan masker di Stasiun Manggarai, Jakarta, Senin (12/62023). Foto: Dicky Adam Sidiq/kumparan

Warga Diimbau Pakai Masker dan Kurangi Aktivitas di Luar

Dinas LHK DKI mengimbau warga untuk menggunakan masker saat berada di luar ruangan. Hal ini menyusul tingginya polusi udara di Jakarta.
"Upaya preventif yang bisa dilakukan warga Jakarta seperti memakai masker, mengurangi aktivitas di luar karena memang pencegahan harus dilakukan sedini mungkin dan dari diri sendiri," kata Asep.
Asep menyebut, kondisi kualitas udara di Jakarta sepanjang 2023 cukup fluktuatif. Salah satu faktor pencetusnya adalah karena kondisi musim kemarau di Juli, Agustus, dan September.
ADVERTISEMENT
"Musim kemarau sedang tinggi-tingginya sehingga berakibat pada kondisi kualitas udara yang kurang baik," ujar Asep.

Penjelasan BMKG

Hal yang sama diungkapkan oleh Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan. Dia menjelaskan saat musim kemarau, kualitas udara cenderung memburuk.
Seperti yang terjadi saat ini, kemarau menjadi faktor yang mempengaruhi kondisi udara sekarang dan hal tersebut sudah terjadi seperti tahun-tahun sebelumnya.
Ardhasena juga mengatakan, kualitas udara itu memiliki siklus harian, pada saat lepas malam hari hingga dini hari, kualitas udara itu cenderung lebih tinggi daripada siang hingga sore.
"Karena kita tinggal di wilayah urban, dan saat ini musim kemarau, itu ada fenomena yang namanya letusan inversi. Jadi ketika pagi di bawah itu cenderung lebih dingin di permukaan, dibandingkan di lapisan atas, sehingga itu mencegah udara itu untuk naik dan terdispersi (terlarut)," jelasnya.
ADVERTISEMENT