Fakta Menarik di Balik Julukan Bogor Kota Hujan

4 April 2024 12:06 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hujan menjelang perayaan Tahun Baru 2024 di Simpang Gadog Puncak, Bogor, Minggu (31/12/2023). Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Hujan menjelang perayaan Tahun Baru 2024 di Simpang Gadog Puncak, Bogor, Minggu (31/12/2023). Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Kota Bogor dijuluki sebagai 'kota hujan'. Tapi tahukah kamu fakta di balik julukan ini?
ADVERTISEMENT
Ahli Meteorologi IPB Sonni Setiawan mengungkap, curah hujan di Bogor memang melebihi rata-rata kota-kota lain di Indonesia.
Kata dia, curah hujan yang tinggi di Kota Bogor dipengaruhi oleh tiga faktor utama. Yaitu angin monsun, posisi matahari, dan faktor lokal yaitu topografi.
“Faktor pertama tingginya curah hujan di Bogor yaitu karena angin monsun barat dari Asia pada bulan Desember-Januari-Februari dan monsun timur dari Australia pada bulan Juni-Juli-Agustus. Faktor ini memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penguapan uap air dan menghasilkan hujan,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (4/4).
Dosen Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) itu memaparkan, tingginya curah hujan di Bogor juga didukung oleh posisi matahari yang disebut dengan Intertropical Convergence Zone (ITCZ). Ini biasa terjadi di bulan Maret dan September.
ADVERTISEMENT
“Selain itu, ada juga karena faktor-faktor lokal yaitu faktor topografi. Gunung-gunung di sekitar Bogor, seperti Gunung Salak dan Pangrango juga turut mempengaruhi pergerakan awan dan curah hujan,” jelas Sonni.
Warga berhamburan pulang. Foto: Aditia Rizki Nugraha/kumparan
Menurutnya, kondisi Bogor yang sering terjadi hujan dengan frekuensi tinggi justru memberikan banyak dampak positif. Bahkan, ia menyampaikan bahwa tidak ada dampak negatif yang ditimbulkan dari fenomena alam ini.
“Sisi positif tingginya hujan pastinya lebih banyak. Masyarakat lebih teredukasi terkait karakter curah hujan di wilayah Bogor dibanding dengan wilayah lain dan bagaimana menyikapi kondisi yang ada,” paparnya.
Lantas, apakah curah hujan tinggi berpengaruh juga ke tingkat kerawanan longsor?
Terkait longsor dan banjir yang sering terjadi di beberapa wilayah di Bogor, ia menegaskan bahwa hal itu bukan karena dampak negatif terjadinya hujan, melainkan karena alih fungsi lahan.
ADVERTISEMENT
“Pembangunan di daerah resapan serta membangun tanpa memperhatikan karakteristik dan kondisi wilayah menjadi penyebab terjadinya longsor dan banjir. Bogor dikenal sebagai Kota Hujan tidak hanya sekarang ini, tetapi sudah semenjak zaman VOC bahkan sejak Kerajaan Pajajaran, tapi dahulu tidak terjadi longsor dan banjir, berarti ada kesalahan yang terjadi,” urainya.
Meski demikian, Sonni menyebut bahwa frekuensi hujan di Kota Bogor dalam beberapa dekade terakhir justru mengalami penurunan.
“Data menunjukkan frekuensi hujan di Bogor menurun dalam beberapa dekade terakhir. Namun intensitas hujan deras meningkat. Hal ini dikaitkan dengan perubahan iklim global dan alih fungsi lahan di Bogor,” ujarnya.