Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah menyampaikan keinginannya untuk membeli Greenland , sebuah wilayah otonom di bawah pemerintahan Denmark yang dikenal kaya akan sumber daya alam.
ADVERTISEMENT
Keinginan Trump itu ditolak mentah-mentah oleh pemerintah Denmark. Mereka dengan tegas menyatakan bahwa Greenland , pulau yang terletak di Atlantik Utara itu tidak dijual.
Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen mengomentari keinginan jual-beli Trump itu absurd dan tidak masuk akal.
Komentar ini lantas membuat Trump geram, yang berujung pembatalan rencana kunjungan kenegaraan ke Denmark September mendatang.
Keinginan Trump membeli Greenland membuat nama wilayah ini mencuat dan menjadi bahan perbincangan. Sebenarnya ada apa sih di Greenland?
Berikut fakta-fakta Greenland, tanah es di Benua Atlantik Utara.
'Green Earth' yang Tertutup Es
Nama Greenland kadang cukup menyesatkan. Kata 'green' membuat orang membayangkan wilayah itu berisi hamparan rumput berwarna hijau. Padahal, pulau seluas dua juta kilometer persegi tersebut 85 persen wilayahnya tertutup oleh es.
ADVERTISEMENT
Greenland adalah pulau terbesar di dunia yang bukan termasuk sebagai benua. Tiga perempat wilayahnya berbatasan langsung dengan Samudra Arktik.
Dulunya, Greenland adalah salah satu koloni Denmark. Sampai 1953, Greenland menjadi bagian dari Denmark.
Pada 1979, Greenland memperoleh status otonom yang artinya wilayah itu bisa mengatur dirinya sendiri. Saat ini, perekonomian pulau itu sangat bergantung pada subsidi dari Kopenhagen.
Ada sekitar 55 ribu orang yang tinggal di Greenland, 17.000 di antaranya tinggal di ibukota Nuuk. Sisanya --sekitar 90 persen-- adalah Inuit, sebuah kelompok pribumi dari Asia Tengah.
Pusat Pertemuan Kekuatan Global
Greenland menjadi salah satu wilayah penting bagi pertahanan AS sejak Perang Dunia II. Pada saat itu, Greenland jadi basis untuk memantau kapal-kapal serta kapal selam Nazi yang melewati Kutub Utara untuk menuju ke Atlantik Utara.
ADVERTISEMENT
Pada 1943, Angkatan Udara AS membangun pangkalan udara terjauh di kota Thule. Pangkalan udara ini memainkan peran penting selama Perang Dingin sebagai garis terdepan pemantauan potensi serangan Rusia.
Pangkalan udara itu kini menjadi bagian dari misi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk mengoperasikan pemantauan satelit dan mendeteksi rudal.
Tidak hanya AS yang menujukkan ketertarikan terhadap Greenland, China juga menunjukkan minatnya terhadap wilayah itu.
Jika China punya Greenland, maka industri pelayaran komersial besar China akan mendapat manfaat baru dari rute kutub baru.
Pada Januari 2018, Beijing telah meluncurkan strategi 'Jalan Sutra Kutub' untuk memperluas jalur perdagangan ekonominya melalui kutub utara.
China juga mulai mengirim peneliti ilmiah ke Greenland pada 2004, dan perusahaan China juga telah memperoleh hak penambangan.
ADVERTISEMENT
Bahaya pemanasan global
Akibat pemanasan global, pulau besar Greenland berada di garis terdepan bahaya mencairnya es di Kutub Utara.
Menurut Organisasi Meteorologi Dunia, permukaan laut Greenland terus mengalami peningkatan. Setiap tahunnya, tinggi air laut meningkat sekitar 3,3 milimeter.
Jika lapisan es di Greenland menghilang sepenuhnya, itu akan menaikkan permukaan laut di dunia setinggi tujuh meter.
Untuk mengetahui lebih lanjut soal es mencair di Greenland bisa disimak lewat vlog ini:
Tanah yang Subur
Greenland dikenal sebagai wilayah yang kaya akan sumber daya alam. Es yang melapisi Greenland saja mengandung perak.
Di bawah gletser-gletser yang mencari, terdapat batu kaya mineral yang bisa dimanfaatkan sebagai pupuk untuk tanah kering di Afrika dan Amerika Selatan.
Wilayah ini memiliki cadangan minyak, gas, dan mineral yang banyak. Stok ikan dan udang juga berlimpah.
ADVERTISEMENT
Selain itu, lapisan tanah Greenland juga kaya akan emas, rubi, uranium, besi, alumunium, nikel, platinum, tungsten, titanium, dan tembaga.
Trump Bukan Presiden Pertama yang Ingin Beli Greenland
Atas segala pertimbangan geopolitik dan kekayaan alam yang dimiliki Greenland, tak heran jika Trump berniat untuk membeli Greenland.
Nyatanya, Trump juga bukan presiden pertama yang menunjukkan minatnya untuk membeli Greenland .
Pada 1867, Departemen Luar Negeri AS telah menyatakan minatnya terhadap pulau itu. Pada 1946 Presiden Harry S. Truman juga menawarkan USD 100 juta emas untuk membeli Greenland.