Fakta Pembongkaran Patung di Kostrad: Merasa Berdosa hingga Isu PKI

28 September 2021 6:35 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah orang mengunjungi ruangan yang terdapat tiga patung yang menggambarkan Soeharto, Sarwo Edhi Wibowo, dan AH Nasution di Museum Darma Bhakti Kostrad. Foto: kostrad.mil.id
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah orang mengunjungi ruangan yang terdapat tiga patung yang menggambarkan Soeharto, Sarwo Edhi Wibowo, dan AH Nasution di Museum Darma Bhakti Kostrad. Foto: kostrad.mil.id
ADVERTISEMENT
Isu soal komunis dan PKI kembali merebak jelang G30S/PKI yang diperingati setiap 30 September. Peringatan ini untuk mengingatkan kembali bagaimana kekejaman komunis atau PKI pada 1965 terhadap warga hingga tentara Indonesia.
ADVERTISEMENT
Terbaru, mantan Panglima TNI Jenderal Purn Gatot Nurmantyo mengungkapkan ada indikasi upaya menghilangkan sejarah itu. Bahkan kali ini, ada di tubuh TNI, tepatnya di Kostrad.
Gatot mengatakan, di Markas Kostrad, ada sebuah museum yang menggambarkan bagaimana ruang kerja Soeharto saat merancang penumpasan PKI di seluruh Indonesia.
Di dalam museum yang selama ini dikenal sebagai Museum Darma Bhakti Kostrad, terdapat patung Pak Harto, Sarwo Edhi --yang dulu memimpin pasukan Parako yang kini bernama Kopassus--- dan Jenderal AH Nasution saat menjabat sebagai Panglima TNI AD.
Gatot Nurmantyo berbicara di Dialog Nasional Reuni 212, Rabu (12/2). Foto: Dok. Youtube Front TV
Namun, saat ini, patung ketiga sosok itu tidak ada lagi di dalam museum Kostrad. Hanya ada kursi-kursi kosong tanpa patung. Gatot memperlihatkan situasi itu dalam sebuah video.
ADVERTISEMENT
"Ini menunjukkan, mau tidak mau, kita harus mengakui dalam menghadapi pemberontakan G30S/PKI, peran Kostrad, peran sosok Soeharto, peran Kopassus, dan Sarwo Edhi dan peran Jenderal Nasution dan peran KKO, jelas akan dihapuskan dan patung itu tidak ada. bersih," kata Gatot dalam sebuah diskusi dengan KAHMI dikutip dari akun Youtube Kang Jana Tea, Senin (27/9).
"Ini berarti sudah ada penyusupan di dalam tubuh TNI," ujar Gatot.
Personel TNI Yonkav 1 Kostrad saat berjaga. Foto: ANTARA FOTO/Kahfie Kamaru

Kostrad Jawab Gatot Nurmantyo

Pihak Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) angkat bicara terkait muncul isu penghilangan sejumlah patung tokoh negara yang dipajang di Museum Darma Bhakti Kostrad.
Dari patung yang dihilangkan di antaranya terdapat patung mantan Presiden Kedua RI Soeharto, patung Letnan Jenderal TNI Sarwo Edhie Wibowo, dan Jenderal AH Nasution.
ADVERTISEMENT
Kepala Penerangan Kostrad Kolonel Inf Haryantana memastikan tidak ada upaya penyingkiran terhadap patung-patung tersebut.
Ia menyebut ada permintaan sebelumnya dari Letnan Jenderal TNI Azmyn Yusri Nasution selaku pembuat patung-patung itu.
Azmyn, menurut Haryantana, meminta langsung kepada Pangkostrad Letjen Dudung untuk dapat menyerahkan patung-patung tersebut kepadanya.
"Patung itu yang membuat Letjen Purn AY (Azmyn Yusri) Nasution saat beliau menjabat Pangkostrad, kemudian pada tanggal 30 agustus 2021 Pak AY (Azmyn Yusri) Nasution meminta kepada Pangkostrad Letjen Dudung untuk diserahkan kembali pada Letjen Purn AY (Azmyn Yusri) Nasution," ujar Haryantana saat dihubungi, Senin (27/9).
AY Nasution semasa menjabat Pangkostrad dengan pangkat letnan jenderal. Foto: Facebook/ay.nasution.1

Alasan Letjen AY Nasution Minta Patung Soeharto-AH Nasution di Kostrad Dibongkar

Keinginan pembongkaran itu, menurut Haryantana, pertama diungkapkan oleh Azmyn saat menemui Pangkostrad Letjen TNI Dudung Abdurachman. Dalam pertemuan itulah Azmyn buka-bukaan kepada Dudung soal alasan yang mendasarinya membongkar diorama itu.
ADVERTISEMENT
"Pada Hari Senin, tanggal 30 Agustus 2021, Panglima Kostrad ke-34 Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution didampingi Kaskostrad dan Irkostrad bersilaturahmi kepada Pangkostrad yang bertujuan meminta untuk pembongkaran patung-patung tersebut," ucap Haryantana.
Karenanya, ia menegaskan bahwa tidak ada maksud Kostrad untuk membongkar ketiga diorama itu selain untuk memenuhi keinginan dari pencetus didirikannya diorama itu.
"Disimpulkan bahwa Kostrad tidak pernah membongkar atau menghilangkan patung sejarah (penumpasan G30S/PKI) Museum Darma Bhakti di Markas Kostrad, tapi pembongkaran patung-patung tersebut murni permintaan Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution sebagai pembuat ide dan untuk ketenangan lahir dan batin," ujarnya.
Letjen Dudung Abdurachman Foto: TNI AD

AY Nasution Merasa Berdosa Buat Patung Soeharto-AH Nasution

Pangkostrad Letjen TNI Dudung Abdurachman memberikan penjelasan terhadap polemik raibnya patung tokoh negara di Museum Darma Bhakti Kostrad.
ADVERTISEMENT
Ada tiga patung hilang yakni patung Presiden Kedua RI Soeharto, patung Letnan Jenderal TNI Sarwo Edhie Wibowo, dan Jenderal AH Nasution.
Dudung menjelaskan, tiga patung itu dibuat oleh eks Pangkostrad Letjen (Purn) AY Nasution pada periode 2011-2012. Namun patung tersebut kini diambil kembali oleh AY Nasution.
"Kini patung tersebut, diambil oleh penggagasnya, Letjen TNI (Purn) AY Nasution yang meminta izin kepada saya selaku Panglima Kostrad saat ini," kata Dudung dalam keterangannya, Senin (27/9).
Dudung kemudian mengungkapkan alasan AY Nasution mengambil tiga patung itu. Sebab menurut keyakinan agama yang bersangkutan, adalah dosa membuat patung.
Lebih lanjut, eks Pangdam Jaya itu memastikan tidak benar penarikan tiga patung itu diindikasikan Kostrad telah melupakan peristiwa sejarah pemberontakan G30S/PKI pada 1965.
ADVERTISEMENT
"Itu sama sekali tidak benar. Saya dan Letjen TNI (Purn) AY Nasution mempunyai komitmen yang sama tidak akan melupakan peristiwa terbunuhnya para jenderal senior TNI AD dan perwira pertama Kapten Pierre Tendean dalam peristiwa itu," tutur Dudung.

Letjen Dudung: Tak Benar TNI AD Disusupi PKI

Soal tudingan itu, Dudung menegaskan, seluruhnya tidak benar. Tidak ada PKI menyusup ke TNI AD dan tidak ada upaya penghapusan sejarah kelam bangsa lewat hilangnya 3 patung itu.
"Jika penarikan tiga patung itu kemudian disimpulkan bahwa kami melupakan peristiwa sejarah pemberontakan G30S/PKI tahun 1965, itu sama sekali tidak benar," ujar Dudung dalam pernyataannya, Senin (27/9).
"Tidak benar tudingan bahwa karena patung diorama itu sudah tidak ada, diindikasikan bahwa AD telah disusupi oleh PKI. Itu tudingan yang keji terhadap kami," tambah dia.
ADVERTISEMENT
Dudung mengatakan, ketiga patung itu baru ada saat Kostrad berada di bawah kepemimpinan Letjen AY Nasution. Dia pula yang menggagas adanya patung itu.
Namun, pada Agustus 2021 AY Nasution datang ke Dudung dan meminta patung itu dikembalikan.
"Saya hargai alasan pribadi Letjen TNI (Purn) AY Nasution, yang merasa berdosa membuat patung-patung tersebut menurut keyakinan agamanya. Jadi, saya tidak bisa menolak permintaan yang bersangkutan," ungkap mantan Pangdam Jaya itu.

Letjen TNI Dudung ke Gatot: Barang Milik Soeharto Tersimpan Baik di Kostrad

Hanya patung Soeharto, AH Nasution, dan Sarwo Edhie terkait peristiwa G30S/PKI saja yang dibongkar di Museum Kostrad. Pembongkaran dilakukan karena Letjen TNI (Purn) AY Nasution merasa berdosa membuat patung.
Tapi barang-barang yang lain, masih tersimpan rapi di Museum Kostrad. Pernyataan ini ditegaskan Pangkostrad Letjen TNI Dudung Abdurachman ke mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo.
ADVERTISEMENT
Gatot Nurmantyo sendiri mencuatkan isu pembongkaran patung itu dengan isu PKI yang menyusup.
"Jadi, tidak benar tudingan bahwa karena patung diorama itu sudah tidak ada, diindikasikan bahwa AD telah disusupi oleh PKI. Itu tudingan yang keji terhadap kami," tegas Dudung dalam siaran pers, Senin (27/9).
Dudung menegaskan, bukti sejarah kekejaman PKI tetap tersimpan baik di Museum Kostrad.
"Foto-foto peristiwa serta barang-barang milik Panglima Kostrad Mayjen TNI Soeharto saat peristiwa 1965 itu, masih tersimpan dengan baik di museum tersebut. Hal ini sebagai pembelajaran agar bangsa ini tidak melupakan peristiwa pemberontakan PKI dan terbunuhnya pimpinan TNI AD serta Kapten Piere Tendean," beber dia.
Dudung juga mengingatkan Gatot agar tak sekadar melempar isu ke publik, tanpa melakukan tabayyun terlebih dahulu.
ADVERTISEMENT
"Seharusnya Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo selaku senior kami di TNI, terlebih dahulu melakukan klarifikasi dan bisa menanyakan langsung kepada kami, selaku Panglima Kostrad. Dalam Islam disebut tabayun agar tidak menimbulkan prasangka buruk yang membuat fitnah, dan menimbulkan kegaduhan terhadap umat dan bangsa," tutup dia.