Fakta Terbaru KRI Nanggala: Belum Pasti Tenggelam; Oksigen Bertahan 72 Jam

23 April 2021 7:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kapal Selam KRI Nanggala-402.
 Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Kapal Selam KRI Nanggala-402. Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Keberadaan kapal selam KRI Nanggala 402 hingga Jumat (23/4) pagi masih belum diketahui. Pencarian masih terus dilakukan di bagian Utara perairan Bali, tempat kapal itu terakhir kali melakukan kontak pada Rabu (21/4) pagi.
ADVERTISEMENT
Sehari setelah insiden itu, sejumlah fakta terkait hilangnya KRI Nanggala terungkap. Berikut kumparan merangkumnya.

Belum Disebut Tenggelam dan Ada Cadangan Oksigen Hingga 72 Jam

Konpres Kapal selam KRI Nanggala-402 di Pangkalan TNI AU I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, Kamis (2/4). Foto: Dok. Istimewa
Satu hari setelah insiden hilangnya kapal buatan Jerman itu, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan KSAL Laksamana Yudo Margono menggelar jumpa pers. Pernyataan media itu disampaikan di Base Ops Lanud I Gusti Ngurah Rai, Bali.
Dalam konferensi pers, KSAL Laksamana Yudo mengatakan KRI Nanggala belum bisa disebut tenggelam atau sub sunk. Statusnya saat ini diputuskan sublook atau kapal dalam masalah.
Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono. Foto: Dispen AL
"Untuk sub sunk atau kapal tenggelam belum kita pastikan. Karena harus melihat langsung kapalnya, dan sampai sekarang kapal belum ditemukan," kata Yudo.
ADVERTISEMENT
Yudo juga masih memegang keyakinan 53 orang yang berada dalam kapal bisa ditemukan selamat. Alasannya dalam kondisi black out seperti saat ini, cadangan oksigen di dalam kapal masih cukup hingga 72 jam. Itu bisa digunakan untuk 53 orang.
"Black out bisa sampai hari Sabtu (24/4) jam 3. 72 jam, sehingga mudah-mudahan segera bisa ditemukan, sehingga cadangan oksigen masih ada," ujar Yudo.

Hilang Kontak Saat Akan Luncurkan Torpedo dan Hasil Pencarian

Dalam kesempatan yang sama Kapuspen TNI Mayjen Achmad Riad mengatakan kapal yang mulai bertugas pada 1981 itu hilang kontak saat akan meluncurkan torpedo. Ia menjelaskan pukul 03.46 WIB, KRI Nanggala melaksanakan penyelaman kemudian pada 04.00 WIB melaksanakan penggenangan peluncur torpedo.
Kapal Angkatan Laut Indonesia tiba untuk bergabung dalam operasi pencarian KRI Nanggala 402 di Pelabuhan Tanjung Wangi, Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (22/4). Foto: AFP
Komunikasi terakhir terjadi saat penggenangan peluncur torpedo nomor 8 dari KRI Nanggala. Komunikasi dengan KRI Nanggala, disebut Riad terputus sesaat setelah komandan latihan memberikan izin penembakan torpedo kepada awak di KRI Nanggala.
ADVERTISEMENT
"Nomor 8, jadi peluncur torpedo nomor 8 yang merupakan komunikasi terakhir dengan KRI Nanggala pada pukul 04.25 saat komandan gugus tugas latihan akan memberikan otorisasi penembakan torpedo di situlah komunikasi dengan KRI Nanggala terputus," ucap Riad.
Sejak hari pertama hilang kontak, pencarian sudah dilakukan. Tim sempat menemukan tumpahan minyak dan bau solar di beberapa lokasi.
"Jadi kemarin terdapat tumpahan minyak dan bau solar di beberapa lokasi berbeda. Temuan terlihat secara visual oleh pertama, Helipanter HS 4211 di posisi 07 derajat 49 menit 74 detik lintang selatan, 114 derajat 50 menit 70 detik bujur timur radius 150 meter," kata Riad.
Helikopter Bell (HU-4206) yang mengangkut Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto lepas landas dari Lanud I Gusti Ngurah Rai di Badung, Bali, Kamis (22/4). Foto: Fikri Yusuf/ANTARA FOTO
"Selanjutnya KRI REM atau RE Martadinata 331 melaporkan juga menemukan [tumpahan minyak] di posisi 7 derajat 51 menit 92 detik lintang selatan, kemudian 114 derajat 5 menit 77 detik bujur timur. Area sama kurang lebih 150 meter," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Di samping temuan tumpahan minyak, KRI RE Martadinata-331 juga melaporkan mendeteksi pergerakan di bawah air dengan kecepatan 2,5 knot. Namun, belum diketahui apakah pergerakan itu adalah KRI Nanggala 402 yang hilang atau bukan.
"Tidak cukup data untuk mengidentifikasi kontak dimaksud sebagai kapal selam," tuturnya.

Kapal KRI Rigel Dikerahkan Cari KRI Nanggala

ADVERTISEMENT
Dalam pencarian TNI AL menurunkan KRI Rigel yang memiliki sonar bawah laut. Kapal ini pernah digunakan dalam pencarian pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di Perairan Kepulauan Seribu.
KRI Karel Satsuitubun 356 bersiap sandar di Pelabuhan Tanjung Wangi, Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (22/4/2021). Foto: Budi Candra Setya/ANTARA FOTO
Selain Rigel, sejumlah kapal lain milik TNI juga dikerahkan.
Tidak hanya milik TNI, sejumlah instansi seperti Polri juga memberikan bantuan kapal pencarian untuk menemukan KRI Nanggala. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan kapal tersebut memilik kemampuan sonar.
ADVERTISEMENT
“Kami dari kepolisian mengirimkan kapal-kapal kami yang kebetulan ada di NTT, Bali dan Jawa Timur, dan kemudian juga kami mengirimkan sonar yang bisa menembak kurang lebih 1 kilometer yang biasa kami gunakan untuk mendeteksi pesawat tenggelam,” kata Sigit.
Dari luar negeri, bantuan kapal pencari juga datang dari pemerintah Malaysia. Menhan Malaysia Ismail Sabri Yakoob mengirimkan kapal MV Mega Bakti. Kapal itu sudah berangkat dari Kota Kinabalu di Malaysia menuju perairan Bali.
Kapal MV Mega Bakti dari Malaysia berangkat untuk ikut operasi pencarian Kapal selam TNI AL KRI Nanggala-402. Foto: Dok. Istimewa
"Dijangka (diperkirakan) sampai ke lokasi SAR pada 25 April 2021 jam 3 petang," kata keterangan pers Pemerintah Malaysia yang diterima kumparan.
Selain Malaysia, Kemenhan juga telah menyampaikan permohonan bantuan pencarian kepada beberapa negara. Setidaknya ada tiga negara yang merespons permohonan tersebut yakni Australia, Singapura dan India.
ADVERTISEMENT
“Angkatan Pertahanan Australia akan membantu pencarian dengan berbagai cara semampu kami,” kata Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne kepada radio ABC, dilansir Reuters.
“Kami mengoperasikan kapal selam yang sangat berbeda dengan kapal ini [KRI Nanggala-402], namun, Angkatan Pertahanan Australia dan Badan Pertahanan Australia akan bekerja sama dengan operasi pertahanan di Indonesia untuk menentukan apa bantuan yang dapat kami lakukan,” lanjut Payne.

Menhan Prabowo dan Komisi I DPR Berharap Awak Kapal Selamat

Menhan Prabowo Subianto menuturkan, kehadiran kapal selam sebagai alutsista Indonesia penting. Meski begitu operasional kapal tersebut tidaklah mudah.
"Yang perlu digaris bawahi apalagi masalah operasional kapal selam ini, ini salah satu di dunia adalah operasi ataupun suatu bidang peperangan yang kompleks, sulit dan berbahaya," kata Prabowo.
Menteri Pertahanan Republik Indonesia Prabowo Subianto, Minggu (28/3) melaksanakan pertemuan dengan Menteri Pertahanan Jepang H.E. Nobuo Kishi, di Tokyo, Jepang. Foto: Dok. Kemenhan
Untuk menjadi awak kapal selam, kata Prabowo dibutuhkan mental yang baik. Terutama dalam menghadapi situasi seperti yang dialami KRI Nanggala.
ADVERTISEMENT
"Untuk menjadi awak kapal selam itu membutuhkan psikologi khusus, tidak semua mampu di situasi seperti ini," kata Prabowo.
Indonesia bukan negara pertama yang menghadapi musibah dengan kapal selam. Setidaknya menurut Prabowo Rusia juga pernah mengalami hal yang sama beberapa tahun yang lalu. Prabowo berharap dalam kasus di Indonesia awak kapal bisa ditemukan selamat.
"Jadi itulah banyak negara menghadapi situasi seperti ini, kalau tidak salah beberapa tahun lalu Rusia juga menghadapi seperti ini, kita berdoa mudah-mudahan dalam waktu dekat kita bisa menemukan mereka. Oksigen masih cukup dalam beberapa hari. Kita optimis berharap yang terbaik," kata Prabowo.
Kapal Selam KRI Nanggala-402. Foto: Instagram/@lantamal-vii
Harapan Prabowo senada dengan anggota Komisi I DPR Fraksi Golkar Christina Aryani. Ia meminta masyarakat mendoakan agar pencarian KRI Nanggala membuahkan hasil baik.
ADVERTISEMENT
"Saat ini saya masih berharap semua awak bisa kembali dengan selamat. Kita doakan," tutur Christina singkat.
Wakil Ketua Komisi I DPR Utut Adianto ikut prihatin dengan kejadian yang menimpa KRI Nanggala. Dia berharap seluruh awak kapal selam selamat dan peristiwa ini tidak terulang kembali.
"Saya pertama ikut prihatin atas musibah belum ditemukannya kapal selam KRI kita. Kita berdoa semoga awak kapal semua bisa diselamatkan dan apabila tidak bisa diselamatkan tentu kami berdoa yang terbaik untuk mereka yang gugur," kata Utut.
Alarm Peremajaan Alutsista
Tidak hanya bersimpati, Utut juga menilai insiden yang menimpa kapal selam milik TNI AL itu menjadi sinyal peremajaan alutsista. Sebab, banyak alutsista yang kondisinya sudah tua.
"Lagi-lagi ini adalah sinyal jelas bahwa TNI kita khususnya alutsista perlu peremajaan, kita tidak ingin melihat ini kembali terjadi. Kita tahu baik Angkatan Laut maupun Angkatan Udara kita, misalnya alutsista kita sudah pada tua dan rusak," ujarnya.
Kapal Selam KRI Nanggala-402. Foto: Instagram/@lantamal-vii
"Alutsista kita memang sudah tua-tua, seberapa baik pun perawatan tetap risiko tinggi, ketika itu terjadi. Hercules sudah berapa kali jatuh? Setiap jatuh pasti yang ada keluh kesah, pilu, sedih," lanjut dia.
ADVERTISEMENT
Karena itu, Utut berharap Presiden Jokowi, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto hingga Menhan Prabowo Subianto segera duduk bersama untuk membahas perawatan alutsista yang dimiliki Indonesia.