Fakta Terbaru soal Iptu Umbaran Intel yang Nyamar Jadi Wartawan TV

16 Desember 2022 7:13 WIB
ยท
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Iptu Umbaran Wibowo. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Iptu Umbaran Wibowo. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Polemik anggota Polri Iptu Umbaran Wibowo yang pernah menyamar sebagai wartawan TVRI belum selesai. Umbaran diberhentikan dari keanggotaan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).
ADVERTISEMENT
Hal tersebut diputuskan Dewan Kehormatan Persatuan Wartawan Indonesia Pusat (DK PWI) Pusat setelah menggelar rapat khusus hari ini, Kamis (15/12).
"DK PWI memutuskan memberhentikan Iptu Umbaran Wibowo dari keanggotaan PWI. Selanjutnya, pengurus harian PWI diminta untuk melaksanakan keputusan tersebut," kata Sekretaris DK PWI Sasongko Tedjo dalam siaran pers DK PWI Pusat yang diterima kumparan.
Keputusan DK tersebut berdasarkan hasil temuan adanya pelanggaran yang dilakukan Iptu Umbaran terkait dengan Kode Etik Jurnalistik. Selain itu juga terkait Peraturan Dasar PWI, dan Kode Perilaku Wartawan.
"Sehingga yang bersangkutan tidak layak dan memenuhi syarat serta tidak sah menjadi anggota PWI," ucap Sasongko.
Iptu Umbaran Wibowo yang dilantik menjadi Kapolsek Kradenan. Foto: Dok. Istimewa

Iptu Umbaran Intel Jadi Wartawan karena Tugas Khusus?

Pengamat Intelijen Ridlwan Habib mempertanyakan kepentingan Umbaran hingga harus menyamar dengan profesi tersebut.
ADVERTISEMENT
Umbaran diketahui sejak 2010 bekerja sebagai kontributor TVRI. Pria yang kini ditunjuk sebagai Kapolsek Kradenan itu mengaku pekerjaannya sebagai wartawan bagian dari penugasan sebagai anggota kepolisian yang menyamar.
Ridlwan menduga ada penugasan khusus dari Polri untuk Umbaran. Menurutnya jika memang ada maka wajar Umbaran diizinkan menyamar hingga ada penugasan baru untuk anggota Polri tersebut.
"Barang kali ada program dari Polri yang disebut penugasan khusus sehingga dengan penugasan khusus itu seseorang yang masuk dalam tim intelijen khusus diperbolehkan menjalankan cover operasinya sampai kemudian ditarik. Sampai kemudian tim itu dinyatakan selesai atau kembali kepada kesatuan normal," kata Ridlwan saat dihubungi kumparan, Kamis (15/12).
"Jadi yang pertama cek dulu karena infonyakan dia bagian dari tim penugasan khusus," tambah Ridlwan.
ADVERTISEMENT
Namun, jika benar ada penugasan khusus, Ridlwan menambahkan, perlu dipertanyakan untuk apa Polri memberikan tugas khusus itu. Situasi seperti apa yang terjadi hingga anggota Polri tersebut harus menyamar menjadi wartawan.
"Tujuan awal penugasan tim khusus itu saya kira perlu ditanyakan ke Polri, ya, karena dia kan bagian dari organik Polri. Jadi apakah memang pada saat itu, pada saat dibentuk 14 tahun lalu, ada penugasan itu," kata Ridlwan.
"Kemudian tugasnya saat itu apa? Berarti-kan 14 tahun lalu itu 2007 ya, jadi itu kira-kira apa ancaman atau dinamika yang terjadi pada saat itu," tambahnya.
Iptu Umbaran Wibowo yang dilantik menjadi Kapolsek Kradenan. Foto: Dok. Istimewa

Di Mata Atasan, Begini Sosok Iptu Umbaran

Mantan Kapolres Blora AKBP Wiraga Dimas Tama ikut buka suara soal sosok Iptu Umbaran Wibowo, wartawan yang kini diangkat sebagai Kapolsek Kradenan, Polres Blora.
ADVERTISEMENT
Wiraga yang kini menjabat sebagai Kapolres Kudus mengenal Umbaran sebagai anggotanya. Saat itu, Umbaran memiliki jabatan sebagai Kanit Intel Polres Blora.
"Kanit di Intel ya. Setelah itu ndak tahu, cuma itu saja, karena memang anggota intel berpangkat perwira. Kalau untuk yang viral viral itu saya tidak tahu," ujar Wiraga di Mapolres Kudus, Kamis (15/12).
Menurutnya, sosok Umbaran sama seperti polisi yang lain. Dulu, ia juga sering berkomunikasi dengan Umbaran.
"Ya sempat kan anggotaku to, ya biasa kaya beliau-beliau ini la, ya kanit tugas biasa. Ya memang polisi," kata dia.
Wiraga sendiri menjabat sebagai Kapolres Blora pada periode tahun 2021 hingga 2022. Jabatannya kemudian diserahkan kepada AKBP Aan Hardiansyah.
Kabid Humas Polda Jawa Tengah Kombes Pol. Iqbal Alqudusy Foto: ANTARA/ HO-Humas Polda Jateng

Kata Polda Jateng soal Dewan Pers Sesalkan Iptu Umbaran Jadi Wartawan

Dewan Pers menyesalkan pihak Kepolisian yang membiarkan Umbaran Wibowo bekerja merangkap sebagai wartawan TVRI Jawa Tengah. Anggota polisi berpangkat Iptu tersebut berasal dari Satintelkam Polda Jateng.
ADVERTISEMENT
Bukan tanpa alasan Dewan Pers menyoroti hal itu. Sebab hal tersebut bisa mengganggu independensi pemberitaan. Terlebih Umbaran sudah belasan tahun menyamar jadi wartawan.
Terkait hal itu, Kabid Humas Polda Jawa Tengah Kombes M Iqbal Alqudusy mengatakan, pihaknya menghormati UU Pers yang menjunjung independensi.
"Kita sangat menghargai keberadaan UU Pers soal independennya," kata Iqbal saat dihubungi, Kamis (15/12).
Iqbal menyebut, Umbaran hanya berstatus sebagai wartawan lepas dan tak terikat dengan TVRI.
"Kontributor wartawan lepas," ujarnya.
Ilustrasi "Pers" Foto: Indra Fauzi

Jadi Wartawan hingga Pengusaha, Rupa Intel Saat Bertugas

Terungkapnya sosok Iptu Umbaran Wibowo sebagai anggota Polri yang menyamar menjadi wartawan, membuka mata kita akan dunia intelijen. Ini membuktikan polisi rahasia tidak hanya menyamar sebagai pedagang kaki lima seperti yang jamak kita tahu.
ADVERTISEMENT
Pengamat Intelijen Ridlwan Habib mengatakan penyamaran dalam dunia intel adalah hal yang biasa. Apalagi bila Umbaran memang mendapatkan tugas khusus dari kesatuannya.
"Jika memang benar itu penugasan khusus, ya, wajar, ya, karena dalam setiap penugasan seorang anggota intelijen memang harus menjalani profesi sesuai dengan cover atau kedok di mana dia menggunakan penyamarannya semaksimal mungkin," kata Ridlwan saat dihubungi kumparan, Kamis (15/12).
Maksud Ridlwan semaksimal mungkin ialah melakukan apa pun hingga penyamarannya tidak diketahui. Dalam kasus Umbaran ia menjadi kontributor TVRI di Kabupaten Blora. Ia bahkan memiliki sertifikat wartawan madya yang dikeluarkan Dewan Pers.
"Ketika dia wartawan ia dia harus bisa melakukan peliputan bisa bersertifikasi dan wajar menurut saya," kata Ridlwan.
ADVERTISEMENT
Begitu pun bila ada yang ditugaskan untuk menyamar dengan profesi lainnya. Ridlwan mencontohkan sebagai atlet atau pengusaha.
"Artinya jika ia menjadi seorang pengusaha ya dia harus jadi pengusaha yang benar-benar pengusaha punya bisnis, punya toko, dan seterusnya. Misalnya dia kedoknya adalah seorang atlet, ya, dia harus benar-benar bisa olahraga sesuai dengan bidangnya," kata Ridlwan.
Menurut Ridlwan penyamaran seorang intel dalam menjalankan tugasnya adalah hal yang wajar. Hingga saat ini hal tersebut masih relevan untuk dilakukan.
"Ada beberapa metode intelijen, penyamaran bagian dari Humint (human intelligence) yang selalu relevan dengan zaman," kata Ridlwan.
Pengamat Terorisme UI Ridlwan Habib. Foto: ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

Intel dan Peran Tukang Siomay

Ridlwan mengatakan intel dalam menjalankan tugas bisa berperan sebagai apa saja sesuai dengan kebutuhan. Dia tak memungkiri banyak juga pertanyaan soal tukang bakso dan Siomay rangkap jadi intel.
ADVERTISEMENT
Ridlwan mengatakan, di era orde baru hal itu lumrah dilakukan. Intel akan sedekat mungkin dengan tugasnya karena harus mengumpulkan berbagai data.
"Dulu memang intelejen di era orde baru salah satu bentuk cara mencari informasi adalah menyamar menjadi pedagang keliling, misal jadi tukang bakso, jadi tukang nasi goreng, pedagang siomay," jelas dia.
"Saat itu iya di era orde baru. Karena informasi di lapangan itu muncul dari pembicaraan ibu-ibu ketika mereka beli sesuatu. Jadi misalnya tentang dunia sosial politik, tentang isu ekonomi yang lagi hangat apa itu dibutuhkan untuk didata sebagai petugas intelijen. Tapi itu era dulu," tambah dia.
Saat ini, peran peran pedagang lebih banyak dilakukan bukan oleh intel, tapi reserse di kepolisian. Tugas reserse tentu berbeda dengan intel. Dia menyamar untuk menangkap pelaku kejahatan.
ADVERTISEMENT
Misalnya, saat penangkapan Dr Azhar di Batu Malang 2005 ada yang menyamar menjadi pedagang bakwan kawi. Lalu ada kasus di Wonosobo yang menyamar menjadi tulang galon keliling.
"Hari ini saya rasa sudah sangat jarang petugas intelijen menjadi pedagang keliling. Karena informasi ini beredar menggunakan media sosial," ujar dia.
Seorang intel tentu memiliki tugas dan peran khusus. Ridlwan mengatakan, tugas mereka ketika di kantor tentu berbeda dengan peran mereka di lapangan.
"Kalau bertugas sebagai agen di lapangan pengumpul informasi ya dia jalankan tugas sesuai penyamarannya. Kalau dia wartawan maka bajunya kayak wartawan, kalau dia jadi pegawai bank ya kayak pegawai bank, kalau dia kerja di teknisi ya dia harus seperti teknisi. Persisi seperti samarannya dia," tutur dia.
ADVERTISEMENT