Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Fakultas Peternakan UGM Kembangkan Bayi Tabung untuk Hewan Ternak
19 November 2024 14:40 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Laboratorium Fisiologi dan Reproduksi Ternak Fakultas Peternakan (Fapet) UGM membuat terobosan Fertilisasi In Vitro (IVF) ternak atau bayi tabung ternak seperti sapi dan kambing.
ADVERTISEMENT
IVF ini memanfaatkan oosit atau sel telur dari ovarium yang diperoleh di rumah potong hewan. Biasanya, ovarium dianggap sebagai limbah atau hasil samping.
"Riset ini mempunyai potensi yang bagus bagi pengembangan peternakan maupun percepatan produksi ternak," kata Kepala Laboratorium Fisiologi dan Reproduksi Ternak Fapet UGM, Prof Diah Tri Widayati, di kantornya, Selasa (19/11).
Diah menjelaskan, IVF ini merupakan inovasi generasi ketiga dalam teknologi reproduksi. Teknologi ini menawarkan peningkatan populasi ternak hingga perbaikan genetik ternak yang mampu mendukung ketahanan pangan.
"Fertilisasi in vitro gampangnya bayi tabung. Pembuahan di luar tubuh. Lab kami alhamdulilah lengkap untuk untuk fertilisasi in vitro," bebernya.
Yang unik di Fapet UGM menurut Diah, adalah pemanfaatan oosit atau sel telur dari ovarium yang kerap disebut sebagai limbah di rumah pemotongan hewan.
ADVERTISEMENT
"Ovarium itu kan induk telur itu mengandung banyak sel telur. Kalau dari rumah potong hewan hasil samping itu tidak dimanfaatkan, ada yang dibuang," katanya.
Di dalam induk telur itu banyak sel telur yang selama ini belum dimanfaatkan dengan baik.
"Terobosan di lab kami, kami manfaatkan hasil samping rumah potong hewan itu, kemudian kami ambil sel telurnya, kami kembangkan di laboratorium, kemudian kami lakukan pembuahan dengan spermatozoa (sel sperma)," katanya.
Hasil dari pembuahan itu akan menjadi embrio. Selanjutnya embrio nanti akan ditransfer ke ternak.
"Dalam sepasang induk telur tadi kita bisa mengambil hampir 20 sel telur. Nanti difertilisasi akan berkembang jadi 10 embrio. Embrio ini bisa dibekukan untuk jangka waktu yang panjang atau langsung ditransfer," katanya.
ADVERTISEMENT
Hasilkan anakan ternak lebih banyak dan cepat
Diah menjelaskan jika proses alami satu ternak, misal sapi, hanya bisa melahirkan satu pedet (anakan) dalam satu tahun.
"Tetapi dengan IVF, dalam satu perlakuan, dalam satu tindakan laboratorium bisa dihasilkan paling tidak 10 embrio, paling tidak 10 individu baru. Bisa mempercepat proses alami," katanya.
Lalu bagaimana kaitannya dengan pendapatan peternak, maupun program nasional lain di Indonesia?
"Peternak jelas tidak mungkin melakukan karena butuh peralatan yang rumit, butuh keterampilan khusus, tapi peternak siap menerima embrio-embrio tadi bisa ditransfer ke ternak milik rakyat," jelasnya.
Sementara untuk program ketahanan pangan dengan program ini akan meningkatkan populasi ternak yang signifikan.
"Bisa mempercepat peningkatan populasi," katanya.
Dalam riset ini, Fapet UGM juga kerja sama dengan lembaga penelitian pemerintah seperti Balai Embrio Ternak Cipelang dan BRIN.
ADVERTISEMENT
"Riset kami berfokus pada spesies ternak lokal seperti sapi potong, sapi perah, dan kambing serta domba, dengan penggunaan oosit dari ovarium rumah potong hewan untuk meningkatkan efisiensi produksi," kata Diah.
Harapannya, Fapet UGM bisa memproduksi banyak embrio, dapat dibekukan dan bisa dilepas ke peternak.
Peneliti lain dari Laboratorium Fisiologi dan Reproduksi Ternak Fapet UGM, Prof Sigit Bintara menjelaskan IVF ini memang belum tinggi prosentase keberhasilannya.
"Dari sekian transfer yang kita lakukan mungkin masih di bawah 50 persen. Itu tantangan kita ke depannya," kata Sigit.
Ketika embrio ditransfer ke hewan betina maka seketika betina tersebut bunting. Tantangan selanjutnya adalah mempertahankan embrio bisa bertahan sampai dilahirkan.
"9 Bulan 10 hari kalau pada sapi (sampai melahirkan). Kita terus beriset supaya angka keberhasilan ini terus meningkat," jelasnya.
ADVERTISEMENT