Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.1
Fatima, Perempuan yang Hadir di Antara Erdogan dan Prabowo
13 Februari 2025 10:53 WIB
·
waktu baca 3 menit![Presiden Turki Erdogan, Presiden Prabowo bersama penerjemah Fatima Gulhan Abushanab di Istana Bogor, Rabu (12/2/2025). Foto: Dok Setkab RI](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01jkyjy57g8d1pe5sfeb5bjres.png)
ADVERTISEMENT
Kunjungan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan ke Indonesia telah berakhir. Namun, masih ada sisi yang menarik dari kunjungannya. Misalnya saja seorang perempuan yang selalu hadir di antara Erdogan dan Presiden Prabowo Subianto.
ADVERTISEMENT
Perempuan itu adalah Dr. Fatima Gulhan Abushanab, penerjemah Erdogan.
Fatima mulai tampak saat Erdogan dan istrinya, Emine, mendarat di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, pada Selasa (11/2) sore. Dia memakai jas warna biru tua. Dia selalu berada di lingkaran Erdogan dan Emine.
Pada Rabu (12/2) siang saat Erdogan menghadiri sambutan kenegaraan dan pertemuan bilateral di Istana Bogor, kehadiran Fatima juga tampak menonjol. Kali ini dia memakai jas biru muda. Dia membawa tas serta menggantungkan tanda pengenal di dada kirinya.
Ketika Prabowo memberikan cenderamata kepada Erdogan, perempuan itu menerjemahkan pernyataan berbahasa Inggris Prabowo kepada Erdogan. Dia juga menyampaikan pertanyaan/pertanyaan Erdogan kepada Prabowo.
Sebelum ke Indonesia, Fatima juga menjadi penerjemah Erdogan dalam kunjungannya ke Malaysia pada 10-11 Februari 2025.
ADVERTISEMENT
Sosok Fatima
Fatima memperoleh gelar sarjana dari jurusan hubungan internasional di Universitas George Mason di Virginia dan kemudian gelar master dari Program Studi Liberal di Universitas Georgetown di Washington, D.C. Selama di AS, dia pernah bekerja sebagai peneliti.
Gelar doktor diraihnya dari Universitas Ankara. Saat ini, ia menjadi bagian dari tim pakar hubungan internasional di Istana Kepresidenan, tempat Erdogan berkantor.
Ayah Fatima adalah orang Palestina yang berpaspor Yordania-AS, Ali Ahmad Ghulam Abushanab. Dengan demikian, Fatima memiliki darah Palestina.
Sedangkan ibu Fatima adalah Prof. Dr. Merve Safa Kavakci dan menjadi Dubes Turki di Malaysia pada 2017-2022.
Adapun ayah Merve dikenal sebagai Imam Yusuf di sebuah masjid di di Richardson (Dallas, AS) dan salah satu pendiri komunitas Islam di sana. Yusuf berimigrasi ke Amerika karena putrinya (Merve) dilarang masuk sekolah dengan mengenakan jilbab. Yusuf memiliki hubungan yang kuat dengan komunitas Palestina di kota itu.
ADVERTISEMENT
Ibu Fatima Diusir karena Berhijab
Adapun ibu Fatima, Dr. Merve, adalah sosok terkemuka di Turki. Dia merupakan wakil ketua parlemen pertama yang memakai hijab di Turki — yang menganut sekularisme — hasil Pemilu 1999. Namun, karena hijabnya, dia diusir dari parlemen. Bahkan kewarganegaraannya dicabut.
Merve kemudian pergi ke AS untuk menyelesaikan studi di Harvard dan mengajar di sana. Hingga kemudian Erdogan menunjuknya sebagai Dubes di Malaysia pada 2017.
Fatima Jadi Sasaran Kubu Oposisi
Erdogan lalu menunjuk putri Merve, Fatima, sebagai penerjemahnya. Penunjukan Fatima bukannya tanpa tantangan. Partai oposisi mempersoalkan Fatima saat Erdogan bertemu Presiden Joe Biden pada 2022 dan Fatima sebagai penerjemahnya.
Oposisi menuduh Fatima yang masih cukup muda itu tidak kompeten untuk menjadi penerjemah. Mengutip Turkish Minute, Erdogan membela Fatima dan mengatakan bahwa tuduhan pada Fatima dilancarkan hanya karena Fatima mengenakan hijab.
“Setiap kali Erdogan membawa wanita muda kita [Fatima Abushanab] bersamanya sebagai penerjemah dalam pertemuan diplomatik, jutaan pencari suaka ilegal memasuki negara kita, atau mereka membuat negara kita menandatangani kontrak dengan biaya yang sangat tinggi,” tuding Kemal Kılıcdaroglu, pemimpin Partai Rakyat Republik (CHP) dari oposisi.
ADVERTISEMENT
Fatima tidak terima dengan tudingan itu sehingga dia mendaftarkan pengaduan ke Kejaksaan Ankara. Fatima lewat pengacaranya mengatakan, pernyataan Kemal Kılıçdaroglu merupakan serangan terhadap hak-hak pribadinya.