Fenomena Hujan Es di Negara Tropis

29 Maret 2017 6:59 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Hujan Es Batu di Jakarta (Foto: Gesit Prayogi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Hujan Es Batu di Jakarta (Foto: Gesit Prayogi/kumparan)
Selasa (28/3) sore, panas terik Jakarta di siang hari sekejap berubah menjadi awan mendung. Ketika hujan mulai turun, sebuah fenomena alam langka terjadi. Hujan deras yang mengguyur sebagian kawasan di Jakarta diikuti dengan bongkahan es.
ADVERTISEMENT
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut bahwa fenomena hujan es terjadi karena adanya perubahan suhu yang berlangsung cepat di langit Jakarta.
“Ditunjukkan oleh nilai perbedaan suhu udara antara 10.00 WIB dan 07.00 WIB dan rentangnya 4.5 derajat Celcius disertai dengan kelembapan yang cukup tinggi ditunjukkan oleh nilai lebih dari 60 persen,” ungkap Harry Tirto Djatmiko, Kepala Bagian Humas BMKG kepada kumparan (kumparan.com), Selasa (28/3).
Terletak di garis 6 derajat lintang utara hingga 11 derajat lintang selatan serta dilalui oleh garis khatulistiwa, membuat Indonesia memiliki iklim tropis dengan cuaca yang hampir selalu panas. Di Jakarta sendiri, suhu rata-rata mencapai 30 derajat celcius.
Meski demikian, dalam ilmu meteorologi, fenomena hujan es ternyata tak hanya terjadi di negara beriklim tropis. Hujan es bisa terjadi dimana saja, bahkan di negara beriklim sedang sekalipun. Pakar meteorologi Alutsyah Luthfian menyebut, penyebab terjadinya hujan es dimananpun akan serupa dengan yang terjadi di Jakarta pada Selasa kemarin.
ADVERTISEMENT
“Dimanapun, hujan es terjadi jika memenuhi tiga faktor. Tersedianya energi potensial di udara, tersedianya kelembaban yang memadai, dan adanya lapisan udara kering yang menumpang di atas lapisan udara lembab dan panas,” ungkap Alutsyah,
Ketiga faktor tersebut, ucap Alutsyah, akan sangat mudah ditemui di musim pancaroba seperti saat ini.
Di musim pancaroba, udara lembap berada di bawah udara kering. Pemanasan udara yang kuat dari permukaan bumi, serta tiupan angin dingin dari gunung pun terjadi di musim pancaroba. Alutsyah menjelaskan, hal tersebut membuat udara akan menjadi lebih labil dan lekas 'marah'.
“Salah satu manifestasi kelabilan udara ini adalah awan kumulonimbus, induk dari puting beliung dan hujan es,” ungkap Alutsyah.
Ilustrasi cuaca buruk (Foto: Darwin Fatir/ANTARA)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cuaca buruk (Foto: Darwin Fatir/ANTARA)
Selain suhu di Indonesia yang memang panas, pengapnya kota Jakarta juga memungkinkan terjadinya hujan es. “Terdapat pemanasan udara yang intens dari matahari serta radiasi panas dari aktivitas perkotaan. Adanya tiupan angin dingin dari tempat lain yang menabrak udara panas di Jakarta,” Alutsyah ketika dihubungi kumparan (28/3).
ADVERTISEMENT
Namun tak perlu khawatir, fenomena hujan es di negara tropis seperti Indonesia tidak berbahaya. Hujan es bisa menimbulkan potensi bahaya jika terjadi di negara beriklim sedang, seperti di Amerika Serikat.
Di Amerika Utara, bongkahan hujan es biasanya berukuran lebih besar daripada di Indonesia, karena awan tumbuh di kondisi atmosfer yang ekstrem. “Di Amerika, awan CB tumbuh di bawah arus jet yaitu suatu zona berangin sangat kencang di langit lapisan atas tempat udara kutub dan udara tropis bertemu, energinya dari Samudera Atlantik. Pemicunya adalah udara kutub yang super dingin,” terang Alutsyah.
“Sedangkan di Indonesia tidak ada arus jet. Energinya dari samudera tapi penyentilnya hanya angin gunung dan angin dari benua yang suhunya tidak beda jauh dengan udara yang disentil,” lanjut Alutsyah.
ADVERTISEMENT
Ketika bongkahan es di Jakarta hanya sebesar kerikil, es yang jatuh di negara beriklim sedang bisa mencapai seukuran bola softball dengan jari-jari 41 sentimeter. Kejadian terakhir di Texas, AS, pada 27 Maret 2017 bahkan menunjukkan bongkahan es yang jatuh ke tanah seukuran buah jeruk. Ukuran es yang besar ini tentu bisa menyebabkan kerugian material karena berakibat pada kerusakan infrastruktur.
Ilustrasi hujan es (Foto: thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hujan es (Foto: thinkstock)